1.4 | boggart

2.3K 439 74
                                    

Profesor Snape, lengkap dengan jubah panjang emo-nya dan wajah suram datar, melangkah keluar dari lemari.

Laurel menyadari Neville gemetaran, mengarahkan ujung tongkatnya ke Snape-boggart. Profesor Snape pasti memperlakukannya dengan buruk juga, seperti dia memperlakukan semua Gryffindor.

"Ri-riddikulus!" seru Neville, dan sang profesor Ramuan hampir terjungkal ke belakang ketika mendadak kepalanya dibebani topi lebar dengan burung-burung nasar sebagai hiasan. Jubah hitamnnya berubah menjadi gaun berenda dan tangannya sekarang memegang tas tangan berwarna merah.

Gelak tawa memenuhi kelas. Snape-boggart kelihatan kebingungan.

"Parvati, maju!" panggil Profesor Lupin riang.

Seorang anak perempuan maju, tangannya memegang tongkat dengan wajah penuh tekad. Si boggart berubah menjadi sebuah mumi, perbannya kotor terseret-seret di lantai.

"Riddikulus!" kata Parvati dengan yakin. Si mumi menginjak perbannya dan terpeleset. Tawa anak-anak pecah lagi. Rigel hampir jatuh dari kursinya karena antusiasmenya, Laurel menjulurkan tangannya, menariknya cepat-cepat.

"Seamus, giliranmu!"

Seorang anak laki-laki maju dan si boggart berubah menjadi seorang wanita berambut panjang, kulitnya pucat kehijauan. Banshee itu mengeluarkan teriakan melengking, membuat semua orang menutup telinga mereka.

"Riddikulus!" Si banshee kehilangan suaranya.

Setelah itu, si boggart berubah-ubah dengan cepat, kebingungan karena banyaknya orang dalam ruangan. "Kita hampir berhasil! Dean!"

Anak lain buru-buru maju. Ketakutan paling besarnya sebuah tangan tanpa tubuh. "Riddikulus!" dan sebuah perangkap tikus muncul entah dari mana, menjepit tangan itu.

"Ron! Giliranmu!"

"Riddikulus!" Laba-laba raksasa milik Ron mendadak memakai sepatu roda di semua kakinya, terpeleset-peleset di atas lantai. Sekali lagi kelas dipenuhi oleh tawa. Laba-laba itu mendekati Harry, tapi Profesor Lupin dengan cepat mengalihkan perhatiannya.

"Sini!" Si boggart berubah menjadi sebuah bola putih keperakan, melayang di udara. "Riddikulus!" seru Profesor Lupin, nyaris ogah-ogahan.

Tar! Bola itu berubah menjadi balon, menciut saat melesat mengelilingi ruangan.

"Aku mau!" Rigel meloncat turun, membuat Laurel menoleh cepat. Tongkat bocah itu sudah ditarik keluar, siap di tangannya. Profesor Lupin tidak berkomentar saat putranya sengaja membiarkan balon kempis itu berhenti di hadapannya.

Beberapa anak perempuan memekik saat seekor serigala besar muncul di depan Rigel.

Bukan serigala biasa, Laurel menyadari. Itu seekor werewolf, dengan moncong lebih pendek dari serigala biasa dan mata yang lebih terang.

"Riddikulus!" teriak Rigel dengan kepercayaan diri penuh. Si werewolf meraung ketika ketika warna bulunya mendadak jadi merah muda terang.

"Bagus, Rigel!" kata Profesor Lupin bangga. "Neville, giliranmu lagi!"

Profesor Snape muncul sekali lagi, kali ini Neville tidak ragu-ragu untuk meneriakkan mantranya dan tertawa keras-keras sesudahnya.

"Bagaimana, Laurel?" tanya Profesor Lupin dengan senyum menari-nari di matanya. Si boggart beralih kepada beberapa siswa lainnya, semuanya dengan percaya diri menghadapi makhluk gelap itu setelah melihat contoh teman-temannya. "Mau coba?"

Sebelum Laurel sempat menjawab, si boggart sudah sampai di depan Laurel. Profesor Lupin menyingkir ke samping, memberi si boggart pandangan langsung lurus pada Laurel.

Castaway || A Harry Potter FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang