Berdua

0 0 0
                                    

Di luar toko, Clara langsung bersandar di samping mobilnya. Ia kemudian menyentuh bagian dadanya yang terasa berdegup dengan kencang.

Dag~Dug~Dag~Dug~

"Ya Tuhan... Rasanya seperti ingin ujian masuk sekolah.." ucap Clara yang nampak tegang.

*******
satu jam kemudian. Verrel terlihat berjalan dengan cepat keluar dari toko. Ia mendekati Clara yang sedang berdiri di samping mobilnya yang terparkir di depan toko kaset tersebut.

"Clara, maaf ya lama menunggu."

"Ah. Nggak kok Pak. Nggak masalah," sahutnya, "ayo Pak masuk ke mobilku, kita cari makan," ajak Clara sambil membuka pintu mobilnya.

"Tidak perlu. Warung makanan kesukaan Bapak ada di sekitar sini saja. Harganya juga murah. Hanya 12 ribu seporsi," terang sang Guru.

"12 ribu? tapi Pak.. aku ingin mentraktir Bapak ke restoran kesukaanku," ucap gadis cantik tersebut.

"Nggak perlu mahal-mahal begitu. Niat baikmu mentraktir Gurumu saja Bapak sudah sangat bangga Clara," ucap Verrel dengan senyum manisnya. Seketika jantung Clara berdegup kencang kembali.

"I..i..iya makasih Pak," sahutnya yang mulai nervous.

"Ya sudah, ayo kita jalan. Warungnya ada di persimpangan jalan itu," ucap Verrel menunjuk ke arah ujung jalan. Clara pun mengangguk. Mereka kemudian berjalan  bersama.

Perjalanan kali ini begitu mendebarkan bagi Clara. Ia dan Verrel hanya diam membisu menatap lurus setiap tempat yang mereka lalui. Sedari tadi yang terdengar hanya deruan motor lalu lalang dan gesekan sepatu mereka yang terkena aspal jalanan.
Clara pun lalu mencoba memberanikan diri untuk mulai membuka obrolan.

"Pak. Tempatnya masih jauh ya?" tanyanya.

"Nggak Kok. Itu, udah kelihatan warungnya," sahut Verrel sambil menunjuk sebuah warung kecil yang hanya di tutupi tenda berwarna biru.

"Oh.. syukurlah.." sahut Clara. Suara langkah kaki mereka pun kembali terdengar.

"Clara.." panggil Verrel sambil terus berjalan.

"Iya Pak?" sahut Clara yang mengalihkan pandangannya kepada sang Guru yang memiliki tubuh tinggi tersebut.

"Kamu gugup nggak kita jalan berdua begini?" tanya Verrel yang terus menatap lurus jalanan tanpa memandangnya.

Clara pun terkejut mendengar pertanyaan itu.
"Ma..ma..maksudnya Pak?" tanyanya sambil terus memandang sang Guru.

"Ng..Nggak papa kok," lanjut Verrel seketika. Ia pun berjalan sedikit lebih cepat.

"Auranya kenapa sedikit pink?? "gumam Clara dalam hati. Ia pun tanpa sadar tersenyam-senyum sendiri memandang Verrel yang terus berjalan.

Satu menit berlalu. Sampailah mereka di warung yang mereka tuju tersebut.

"Malam Bu..." sapa Verrel kepada Ibu pemilik warung tersebut.

"Malam Mas Verrel. Pesan seperti biasa ya?" tanya Ibu tersebut yang nampak sudah akrab kepadanya.

"Bentar dulu ya Bu.." lanjut Verrel. Ia lalu keluar tenda untuk mencari Clara.

Ya, setelah melihat aura Verrel. Jalan Clara menjadi melambat. Ia menjadi terus memikirkan pertanyaan mengagetkan yang dilontarkan oleh sang Guru barusan.

"Clara, ayo masuk," ajak Verrel.

Mereka lalu masuk bersama-sama ke dalam warung tersebut. "Ini menunya, kamu mau yang mana Clara?" tanya Verrel sambil mengambil sebuah kertas menu yang ada di atas meja.

Mengejar Kekasih Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang