Perasaan

0 0 0
                                    

Clara pun masuk ke dalam kamarnya. Ia melepas sendal dan ikat rambut yang dipakai. Tubuh indahnya pun dihempaskannya ke kasur lebar nan empuk.

"Sembarangan banget cium-cium orang! dasar gorila!" gerutu Clara dengan wajah cemberutnya.

Tidak lama kemudian muncul Caroline dan Siti secara tiba-tiba. "Clara gimana tadi akting kami?" tanya Caroline.

Dengan ekspresi yang masih terlihat bad mood Clara berucap, "Akting kalian sih bagus.. tapi..Si gorila itu malah meluk aku dan cium tanganku. Sebel banget tau nggak."

Seketika Caroline dan Siti pun tertawa nyaring. "Hihihihihihihi ... aura seorang tuan putrimu memang membuat siapapun akan luluh Clara.." lanjut Caroline.

Clara memanyunkan bibirnya. Ia kemudian melepaskan kardigan yang dipakainya. Akan tetapi ia melihat kartu nama Verrel yang diberikan oleh Ifa terjatuh dari kantong bajunya tersebut. Clara lalu mengambil kartu nama itu dan terus menatap lekat nomor ponsel Verrel yang ada pada kartu tersebut.

"Hubungi saja Clara... dari pada nanti kena gangguan jiwa kamu.." ucap Caroline.

Clara masih terdiam. ia terus menatap kartu nama tersebut. "Clara. Hubungi saja dia. Ngapain sih dipandangi terus," lanjut Caroline. Ia memang hantu terbawel yang pernah Clara temui seumur hidupnya.

"Iya hubungi saja dia, Clara..." sambung Siti. Si hantu pendiam.

Sejenak Clara berpikir. "Kalau aku hubungi, nanti kesannya aku terlalu frontal sama Guruku sendiri.. tapi.......hwaaaa aku kangennnn, pengen tau keadaannya," batin Clara.

"Hubungi saja...ribet banget si Clara," celetuk Caroline.

"Ih bawel Caroline! udah sana main aja sama Siti!" sahut Clara bernada emosi.

"Ya sudah...pikirin aja terus, sampe Siti punya anak juga nggak bakal selesai."

"Hihihihihi..." tawa Siti. Tidak lama kemudian dua hantu beda benua itu pun menghilang.

Begitu lama Clara berpikir akhirnya ia membulatkan tekad untuk menghubungi sang Guru tampan bernama Verrel tersebut.

Tut......Tut.....Tut....

"Hallo.."

"Hallo Pak Verrel.."

"Hallo siapa ya?"

"Ini Clara Pak..."

"Oh Clara...ada apa Clara? gimana liburannya?"

"Liburannya menyenangkan kok Pak. Bapak gimana keadaannya sekarang?"

"Sudah membaik Clara. Terimakasih ya sudah mengirimkan bodyguardmu untuk menjagaku.."

"Syukurlah. Iya Pak sama-sama. Malam ini Pak Sarto sudah belikan Bapak makanan?"

"Tenang saja Clara. Dari tadi Bu Ifa sudah menyiapkan makanan untukku. Sekarang rasanya aku seperti merepotkan banyak orang..."

"Oh nggak ngerepotin kok Pak.. aku senang bisa membantu Bapak...Pak jadi tadi Bu Ifa ngerawat Bapak?"

"Iya dari pagi dia datang sampai sore jam enam tadi dia baru pulang.."

Mendengar hal itu ekspresi Clara menjadi berubah.

"Oh.. gitu ya Pak..syukurlah.. kalau.. begitu...a..a..aku tutup dulu ya Pak.. so..al..nya  Ayahku manggil.." ucap Clara dengan suara terputus-putus.

"Iya Clara. Selamat malam ya.."

"Selamat malam Pak...Semoga cepat sembuh..."

Clara menutup panggilan tersebut dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi ia sedih di sisi yang lain ia cemburu tapi di sisi yang lainnya lagi ia seperti mulai pasrah.

Mengejar Kekasih Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang