Kepergiannya

1 0 0
                                    

"Clara kenapa buru-buru begini?!" tanya Penita kepada Clara yang berjalan begitu cepat menuju helikopter.

"Aku kesal dengan orang-orang yang ada di sini! kalau kamu mau ikut ayok sekarang! tapi kalau tetap mau di sini silahkan aku nggak maksa!" tegas Clara dengan penuh emosi.

"Ok ok aku ikut.." sahut Penita.
Akan tetapi tiba-tiba saja Clara menghentikan langkahnya. Ia lalu menatap Penita dan bertanya, "Mana Rudi?"

"Rudi?" lanjut Penita, "tadi dia ada di belakang kita Clara?!" ungkapnya.

"Clara!" panggil seseorang. Clara dan Penita pun menengok ke arah suara tersebut. Mereka melihat ada Rudi, Devan, Riko, dan Steven berdiri di depan, menghalangi jalan mereka.

"Clara. Pulanglah hari ini...tapi bersamaku.." pinta pemuda bernama Devan tersebut.

"Nggak!" bentak Clara.

Devan lalu merangkul Rudi dengan kasar.
"Kalau kamu nggak mau. Temanmu ini akan menanggung akibatnya," lanjut Devan.

"Hey! jangan bawa-bawa temanku!" sahut Clara semakin meninggikan suaranya.

"Kalau begitu pulang lah hari ini bersamaku!" tegas pemuda itu dengan suara meninggi pula.

"Gawat! orang ini berbahaya sekali,"  batin Clara, karena memikirkan keselamatan Rudi ia pun akhirnya memutuskan untuk mengalah dan menuruti keinginan laki-laki angkuh itu.

"Ok aku turuti keinginanmu. Tapi jangan pernah melibatkan teman-temanku lagi," pinta gadis berparas cantik itu.

"Baiklah kalau begitu. Sekarang perintahkan pilotmu untuk segera pergi. Nanti sore kita akan pulang bersama," perintah Devan. Clara pun hanya terdiam. Ia lalu berjalan melewati pemuda yang bersetelan jas itu dengan wajah tidak senangnya.

Clara lalu menaiki helikopter yang sudah siap membawanya pergi. Ia pun memberitahu sang pilot untuk meninggalkannya.

"Om maaf ya.. aku nggak jadi pulang. Nanti saja pulangnya..." ucap Clara.

"Iya Nona nggak papa ... saya mengerti..." sahut pilot tersebut. Clara benar-benar merasa lega mendengar jawaban pria setengah baya itu. Ia lalu memutuskan untuk segera turun. Tidak beberapa lama kemudian helikopter itu pun terbang kembali.

Clara kemudian berjalan mendekati Devan, ia pun berucap dengan suara nyaring, "Sudah puas kamu?!!"

*********

"Selamat pagi Pak Verrel.." ucap Ifa yang sudah berdiri di depan pintu sambil menenteng begitu banyak belanjaan.

"Ifa?" sahut Verrel yang terlihat heran. Ifa lalu duduk di sofa sambil mengeluarkan isi belanjaannya.

"Pak. Ini aku bawakan makanan untukmu, ada obat, ada minuman kesehatan,ada juga..."

Verrel lalu duduk disampingnya. "Ifa tolong jangan seperti ini..." sambung laki-laki berperawakan tinggi itu .

"Maksudmu apa Pak?" tanya Ifa bingung.

"Maksudku adalah tolong jangan terlalu baik seperti ini. Aku sungguh kesulitan membalas budi baikmu," lanjut Verrel.

"Aku nggak perlu balasan apapun Pak, aku ikhlas...tapi hanya satu yang aku harapkan darimu berikan cintamu itu..." ucap Ifa penuh penekanan.

Verrel pun terdiam sesaat. Ia lalu kembali membuka mulutnya.

"Bu Ifa.."

"Iya Pak?"

"Maaf aku tidak bisa..."

Ekspresi Ifa seketika berubah murung. Sesaat kemudian ia pun tersenyum kembali.

"Nggak masalah kok Pak..tapi aku yakin suatu saat nanti kamu pasti akan menjadi milikku..." sahut Ifa dengan tenang.

Mengejar Kekasih Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang