Tak terasa waktu telah menunjukan pukul 19:00 p.m. Sang mega yang terkena sinar mentari pun perlahan mulai menghilang, digantikan oleh terangnya sinar rembulan.
Seluruh kolega Devan dan Clara yang ikut berlibur di pulau Hula-Hula itu pun bersiap untuk menyantap makan malam mewah mereka di sebuah pondok dekat pantai.
"Caroline, Siti. Aku mau makan malam dulu ya. Nanti kalau aku sudah selesai makan kalian kuberi aba-aba untuk melaksanakan tugas. Ok?!" ucap Clara dengan suara yang sedikit mengecil.
"Ok!!!" sahut Caroline dan Siti serempak.
Tok Tok Tok
"Claraaa sudah siap belum?!" seru Penita dari arah luar.
"Sebentar!" sahut Clara. Ia bergegas merapikan pakaiannya dan memakai lipstick berwarna pink untuk mempercantik penampilannya.
Clara lalu membuka pintunya. Terlihat Rudi dan Penita sudah siap dengan pakaian rapi mereka.
"Ayok jalan!" ajak Clara.
Mereka pun berjalan beriringan. Baru beberapa langkah berjalan. Tak sengaja mereka bertiga bertemu dengan Devan beserta kawan-kawannya yang lain.
"Hallo sayang! ayo kita jalan bersama!" tegur Devan. Ia pun langsung menggenggam tangan Clara dengan erat dan menariknya pergi mendahului teman-teman mereka.
"Mengapa ayang Clara harus setega ini padaku..." lirih Rudi dengan ekspresi meringisnya. Riko, Steven dan Penita pun hanya tertawa melihat tingkah laki-laki berjambul tersebut.
"Hey! apa apaan ini?! Jangan main genggam tangan orang sembarangan!" tegas Clara.
"Diam saja. Aku sedang berakting," sahut Devan tanpa ekspresi. Mendengar hal itu Clara pun hanya terdiam.
Tidak berapa lama kemudian tibalah mereka di tempat makan malam mewah yang penuh dengan nuansa romantik yang sudah dipersiapkan oleh orang tua mereka.
"Selamat datang anak-anakku.." sambut Ayah Clara.
"Lihatlah nuansanya sangat indah bukan? cocok sekali untuk menambah nuansa cinta yang ada di dalam diri kalian.." sambung Pak Broto.
Clara dan Devan pun hanya bisa tersenyum dengan terpaksa melihat tingkah kedua orang tua mereka tersebut. Tidak berapa lama datanglah Riko, Steven, Penita, dan Rudi. Mereka pun dipersilahkan untuk duduk di kursi-kursi yang sudah disediakan dengan satu meja yang panjang.
"Eh Clara, Devan. Bukan disitu tempat duduk kalian. Tempat kalian disana!" tegur Ayah Clara menunjuk satu meja berukuran sedang di pinggir pantai yang hanya tersedia dua kursi dan dikelilingi oleh lilin-lilin.
"Apa?! kenapa kami harus dibedakan Yah..." ucap Clara yang nampak terkejut.
"Kenapa terkejut? harusnya kan kamu senang Clara," tukas Ayah Clara. Devan pun seketika langsung mencubit tangan Clara.
"Eh...Iya..aku senang kok Yah. Ehehe..."sahut gadis berparas cantik itu yang menjadi canggung.
"Clara sayang...ayo kita duduk disana..." ucap Devan dengan suara lembut yang nampak dipaksakan. Clara pun mengkrenyit memandang Devan.
Kedua anak muda itu lalu berjalan menuju tempat yang sudah disediakan untuk mereka berdua.
Clara menarik kursi dan duduk dengan wajah cemberut. Sementara Devan duduk dengan wajah datarnya. Desiran angin pantai menambah dinginnya suasana mereka pada malam itu.
"Hey jangan keseringan memanggilku sayang. Aku sangat geli mendengarnya," celetuk Clara.
"Aku juga begitu. Tapi apa kau lupa kita sedang berpura-pura?" sahut Devan dengan santainya.
"Tapi aku geli. Cukup sesekali saja memanggil sayang. Mengerti kan?" perkuat Clara.
"Nggak. Selama di hadapan orang tua kita. Kamu akan terus ku panggil sayang," tegas Devan.
Clara pun terdiam. Ntah mengapa ia selalu kalah berbicara dengan laki-laki yang ada di hadapannya tersebut.
Mereka kemudian melanjutkan menyantap hidangan yang ada di hadapan dengan suasana yang hening, akan tetapi Clara tidak tahan berlama-lama bersama dengan pria yang ada di hadapannya itu. Ia pun berinisiatif untuk memanggil dua teman hantunya tersebut.
"Caroline...Siti..datanglah..tampakkan diri kalian dihadapanya.." batin Clara.
Mendengar panggilan Clara. Kedua teman hantunya itu pun segera datang. Caroline muncul dengan wajah setengah rusak dan berdarah-darah tepat di belakang Clara sehingga membuat Devan nampak jelas melihatnya.
"Clara..di...di..belakangmu..." ucap Devan dengan suara bergetar. Clara pun membalikkan badannya.
"Ada apa?" sahut Clara yang seolah-olah tidak melihat.
"I..i..itu di belakangmu... ad..a han..tu.." lanjut Devan lagi dengan suara yang terbata-bata sambil menunjuk kebelakang Clara. Gadis itu pun sekali lagi membalikkan tubuhnya.
"Hantu apa sih? aneh-aneh aja kamu," jawab Clara yang terus berpura-pura tidak tahu.
"Hantu!!!! lari Clara!!!!" teriak Devan. Ia kemudian berlari mundur menjauhi meja makan bernuansa romantis tersebut. Saat ia membalikan tubuhnya ia pun melihat ada Siti yang tidak kalah menyeramkan menampakkan wujud dihadapannya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!" teriak Devan semakin keras. Ia lalu terduduk di pasir pantai yang putih tersebut sambil menelungkupkan kepalanya ke kedua lutut.
"Hihihihihihihi..."
Caroline dan Siti pun seketika menghilang setelah melihat Devan begitu ketakutan.Clara sontak tertawa lepas. Ia lalu menghampiri Devan. "Hey sadar! nggak ada apa-apa!" ucap Clara sambil terus tertawa dan menggoyangkan tubuh laki-laki itu.
Akan tetapi sesuatu yang aneh terjadi, Devan yang biasanya terlihat selalu angkuh dan keras. Kini terlihat menangis sejadi-jadinya. Clara pun merasa bingung dengan sikap laki-laki itu.
"Devan kenapa menangis..?" tanya Clara yang nampak heran.
"Hey...kenapa jadi lemah begini??"lanjutnya. Devan terus saja menangis. Hingga tidak lama kemudian ia pun membuka suaranya yang sudah terdengar parau.
"Clara..aku sangat takut dengan hal yang mengerikan. Dulu Ibuku meninggal karena kecelakaan dan aku melihat wajahnya yang rusak di hadapanku.." tutur Devan sambil terisak. Tanpa diduga ia pun langsung memeluk Clara dengan erat.
"De..De..Devan..." ucap Clara dengan terbata-bata. Tubuhnya mengaku karena ia memang tidak pernah berpelukan sebelumnya.
"Biarkan aku memelukmu sebentar saja...aku ingin menghilangkan rasa sakit ini..." tutur Devan dengan suara yang merendah.
Clara pun terdiam di keheningan malam itu. Rambut dan bajunya tersibak-sibak terkena angin pantai yang begitu kencangnya.
Tidak berapa lama datanglah Orang tua dan teman-teman mereka yang tadi terkejut mendengar teriakan Devan.
"Wah so sweet sekali kalian, berpelukan di pinggir pantai seperti ini..." ucap Ayah Clara.
"Eh Ayah... " sahut Clara. Devan pun lalu melepaskan pelukannya kepada Clara.
"Terusin aja ya adegan so sweetnya ayok semuanya kita kembali ke tempat asal," ajak Pak Broto yang kemudian menarik yang lainnya untuk berjalan ke dalam ruang makan mereka.
Melihat yang lain telah menjauh. Devan pun menatap Clara lekat-lekat. Ia lalu mencium tangan Clara.
"Pelukanmu hangat sekali. Seperti pelukan Ibuku..ntah mengapa aku menjadi sangat tenang bersamamu saat ini.." ucap Devan sambil tersenyum manis kepada gadis itu.
Seketika ekspresi Clara pun berubah.
"Hey kamu! jangan sembarangan main cium dan peluk begini dong! ah ngeselin!" bentak Clara dengan penuh emosi. Ia pun kemudian bangun dari tempat duduknya yang berpasir itu dan pergi meninggalkan Devan seorang diri."Clara. Aku rasa kau perempuan yang menarik...mungkin sebaiknya hubungan ini tidak seharusnya menjadi pura-pura," gumam Devan seraya tersenyum memandang gadis yang terus berjalan menjauhinya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Kekasih Masa Lalu
RomanceClara yang terlahir sebagai seorang anak berkemampuan khusus serta merupakan anak konglomerat adalah salah satu siswi yang sangat populer di sekolahnya. Wajahnya yang cantik membuat banyak pemuda mencoba untuk mendapatkannya, akan tetapi ia tidak pe...