Paksaan

0 0 0
                                    

Keesokan harinya... Di hari terakhir liburan...

Tok Tok Tok...

Ketukan pintu yang begitu kencang membuat Clara terbangun dari tidur lelapnya. Ia lalu melihat jam pada ponselnya.
"Aduh ganggu banget! Masih jam 6 juga. Pasti Penita nih.." gerutu Clara dengan muka bantalnya. Ia lalu menelungkupkan wajahnya kembali.

Tok Tok Tok !!

Ketukan itu terdengar semakin kencang..

"Ih!! Penita ganggu banget!!" teriak Clara. Ia lalu turun dari kasurnya dan berjalan menuju pintu dengan tergopoh-gopoh.

Ceklek. Pintu dibukanya.
"Tu kan Penita.. ngapain sih pagi-pagi gini ngetuk-ngetuk nggak jelas?!" lanjut Clara.

"Sorry Clara. Aku juga disuruh dia tu..." sahut Penita menunjuk seorang laki-laki berperawakan tinggi dan gagah yang berdiri di sebrang penginapannya.

"Makhluk itu lagi..." celetuk Clara dengan ekspresi yang nampak tidak suka.

Sekali lagi itu Devan. Ntah mengapa kini tingkahnya semakin menyebalkan di mata Clara.

Devan pun berjalan mendekati kedua perempuan tersebut.

"Thanks Penita. Sekarang pergilah.." perintah Devan.

"Hey! berani sekali memerintah temanku seperti itu!" tegur Clara.

Penita yang melihat hal itu pun menjadi bingung. "Sudah nggak papa Clara...aku pergi dulu ya," lanjut Penita. Ia lalu pergi meninggalkan kedua muda-mudi tersebut.

"Liat kan! temanku jadi begitu! maumu apa sih?! baru jam 6 pagi sudah bikin aku tegangan tinggi begini!" celoteh Clara. Ia nampak sedang berada pada tegangan 100 volt sekarang.

Devan hanya tertawa. Ia lalu menurunkan posisi tubuhnya sedikit dan mendekatkan wajahnya di hadapan Clara.

"Kau imut sekali.." ucapnya dengan lembut sambil mencubit kedua pipi gadis itu.
Clara hanya melongo.

Devan lalu berdiri tegak kembali. "Ayo kita jogging... aku tunggu di sana.." lanjut Devan menunjuk ke arah pinggir pantai. Laki-laki muda itu kemudian berjalan meninggalkan Clara yang masih mematung.

"Auranya Pink..AURANYA PINKKK!!!  NGGAKKK!!!" histeris Clara. Ia lalu berlari masuk ke dalam kamarnya.

"Clara?! ada apa?!" ucap Caroline yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Dengan ekspresi ketakutan gadis berparas cantik itu pun berucap, "aura Devan pink Caroline.. Auranya Pinkkkk... kau tau kan artinya itu?!!!"

Clara lalu tertawa mengikik.
"Hihihihihi...nasib jadi orang cantik dan beraura emas ya seperti itu Clara... nikmati saja...."

Clara sontak langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku nggak mau Caroline! aku hanya menyukai Pangeran Kaliatu!" tegasnya.

"Ya baiklah...terserahmu...ku mau pergi dulu..See yaaa," lanjut Caroline yang langsung terbang menembus pintu.

"Caroline heyy!!" panggil Clara, "haduuhhh jadi gimana ni..males banget jogging sama si gorila itu. Tapi kalau nggak diikuti nanti dia bisa ngamuk.." gumamnya.

Clara terus berpikir untuk mencari jalan keluar. Sesaat kemudian ia pun mendapatkan ide cemerlang. "Ahaaaa! ya sudah lah ikutin aja. Aku nggak usah dandan, pakai pakaian ini aja, dan nggak usah mandi biar dia ilfeel trus nggak jadi jogging deh....hehehe.." ucapnya. Ia merasa hal ini akan berhasil mengingat Devan adalah seorang yang sangat perfeksionis.

Clara kemudian keluar kamar, mengunci pintu dan berjalan tenang menuju tempat yang sudah diberitahu Devan.

Sesampainya di pinggir pantai, terlihat Devan memunggunginya dan memandang ke arah laut lepas. Clara lalu berjalan mendekati laki-laki berpostur tegap tersebut.

"Ehem.." Clara berdehem di belakang Devan. Pemuda itu pun lalu berbalik kearahnya.

"Akhirnya datang juga. Sudah siap jogging?" tanya laki-laki tersebut. Clara hanya mengangguk tanpa berbicara sepatah kata pun.

"Baiklah ayo lari!" ajak Devan.

Mereka berdua pun kemudian perlahan-lahan melangkahkan kaki menyisir setiap butiran pasir putih tepi pantai itu. Semakin lama langkah kaki mereka pun semakin cepat. Ditemani deburan ombak dan mentari yang mulai muncul dari ufuk timur. Tanpa ada sepatah kata, Clara dan Devan terus berlari tanpa henti. Hingga akhirnya beberapa menit kemudian..

"Hey..stop stop aku lelah..." ucap Clara yang terhenti dari larinya. Ia terlihat ngos-ngosan sambil membungkuk dan mencengkram kedua lututnya.

"Akhirnya kau berbicara juga.." sahut Devan.

"Maksudmu?" lanjut Clara heran.

"Nggak papa...sudah lah buang rasa lelahmu. Ayo kita lari lagi.." tambah Devan. Ia lalu berbalik dan mulai berlari meninggalkan Clara.

"Devan! aku belum mandi, belum sikat gigi, dan belum ganti pakaian! aku mau kembali ke penginapan!" teriak Clara.

Devan pun terhenti. Ia lalu berbalik kearah Clara. "Nggak boleh! Mau sebau atau sekucel apapun kamu. Kalau kubilang jogging berarti harus tetap jogging!" sahut Devan dengan tegas.

"Ufff. Kenapa sih suka banget memaksakan sesuatu!! aku nggak mau menurutimu Devan! kau bukan siapa-siapaku!" lanjut Clara.

"Memang benar aku bukan siapa-siapamu. Tapi Ayahku punya andil besar untuk mempercepat pernikahan kita. Jika aku meminta kepada Ayahku untuk menikahkan kita hari ini juga. Maka akan ku pastikan hari ini juga pernikahan kita akan terjadi. So Clara, jangan macam-macam denganku," ancam Devan dengan serius. Clara terdiam. Ia berpikir keras untuk menjawab ucapan laki-laki itu.

"Aku juga punya andil besar untuk menolak perjodohan ini..." sahut Clara.

"Hahaha.Tidak mungkin. Ayahmu yang gila harta itu tidak akan pernah membiarkanmu menolak perjodohan ini. Cepat atau lambat kau pasti akan menjadi istriku.."

Mendengar ucapan Devan, mata Clara langsung terbelalak. Mulutnya menganga sempurna. Ia tidak pernah berharap Devan akan seekstrim ini menyukainya.

"Apa maksudmu? bukankah kita sepakat untuk menolak perjodohan ini?!" tegas Clara.

"Ya pada awalnya. Tapi setelah kupikir-pikir lebih baik hubungan ini kita seriuskan saja.." sahut Devan seraya tersenyum sedikit.

"Nggak bisa begitu dong! aku nggak mau nikah denganmu..!" bentak Clara.

"TAPI AKU MAU! TIDAK ADA YANG BISA MENOLAK KEINGINAN DEVAN ANGKASA! TIDAK AKAN PERNAH ADA!" pertegas laki-laki itu dengan lantangnya.

Clara hanya terdiam. Ia pun tiba-tiba saja menitikkan air matanya. "Dengarkan aku Tuan kaya raya. Sampai kapanpun, tidak akan pernah ada pernikahan antara Clara dan Devan, hati dan jiwaku telah dimiliki oleh orang lain,"  sahut Clara dengan suara yang dalam. Ia lalu berbalik dan sekali lagi... ia berjalan pergi meninggalkan Devan seorang diri di pinggir pantai.

"Tidak ada yang bisa memilikimu kecuali aku Clara. Aku benar-benar berhasrat untuk memilikimu," batin Devan sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.

Clara terus berjalan dengan perasaan kesal, ia menuju kamar sang Ayah.

Tok Tok Tok!!

"Ayah!!" panggil Clara sambil terus menggedor pintu dengan nyaringnya.

Tidak lama kemudian sang Ayah pun membuka pintunya. "Ada apa Clara?!" tanya sang Ayah yang masih bertelanjang dada. Laki-laki tua itu terlihat gelagapan.

"Ayah?! kenapa ada bekas lipstik wanita di lehermu?!" tegur Clara yang merasa kaget.

"A..a..Clara..ini.."

"Ternyata Ayah masih main gila dengan para wanita panggilan!!!" potong Clara membentak sang Ayah dengan penuh amarah. Ia merasa sudah tidak ada yang benarnya lagi di pulau tersebut.

"Arghhh! aku mau pulang sekarang juga!!" lanjut Clara.

Ia lalu pergi ke kamar. Sesampainya di dalam kamar, Clara lalu membuka rak meja di samping kasur dan mengambil ponselnya.
Gadis itu pun lalu memencet nomor pilot pribadi milik sang Ayah.

"Hallo Om Rangga..."

"Hallo Nona ada apa...?"

"Om. Jemput aku di Pulau Hula-Hula sekarang juga! aku mau pulang."

Mengejar Kekasih Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang