Yang Tersembunyi

0 0 0
                                    

"Clara! kantin yuk," ajak Penita yang menghampiri temannya yang sedang duduk di bangku kelas tersebut.

"Lagi males nih. Oh ya Pak Verrel kok nggak keliatan sih?" tanya Clara serius.

"Ohhh. Pak Verrel lagi sakit," sahut Penita dengan santai. Mendengar hal itu tatapan Clara pun membelalak. Ia langsung terbangun dari tempat duduknya.

"Apa?! sakit?! sakit apa?! sekarang dia di rumah sakit atau di rumahnya?!" ucapnya bernada cepat.

"Eh. Santai.. santai.. kenapa khawatirnya berlebihan begitu?" tanya Penita memandang heran temannya tersebut.

"Nggak bisa santai ! aku pengen nengok ! kasih tau aku Pen !" paksa Clara.

"Aku nggak tau juga Clara. Infonya juga kudapat karena nggak sengaja dengar obrolan Bu Ifa sama Bu Sari," terang temannya tersebut.

"Oh Bu Ifa! Ok makasih ya infonya!" lanjut Clara. Ia pun langsung berlari keluar kelas dengan terburu-buru.

"Aneh banget si Clara. Apa jangan-jangan dia suka sama Pak Guru?"  batin Penita.

Clara terus berlari, hingga sampailah ia di depan ruang guru. Clara pun langsung masuk dengan pelan menuju meja Ifa.

Di depan mejanya, Ifa terlihat sedang sibuk mengetik.

"Bu Ifa.." ucap Clara bernada lembut.

"Iya.." sahut Ifa yang kemudian mengalihkan pandangannya kepada Clara.

"Oh kamu Clara.. ada apa?" lanjutnya.

"Bu.. Pak Verrel sakit ya?" tutur Clara. Ia nampak sedikit canggung.

"Iya benar. Kenapa?" sahut Bu Ifa sembari mengkrenyitkan dahinya.

"Aku mau nengok Pak Verrel, Bu. Kira-kira Pak Verrel ada dimana sekarang? rumah sakit atau sedang di rumah?" sambung Clara.

"Kenapa kok kamu mau tau banget? Pak Verrel baik-baik saja, cuma demam sedikit," jawab Ifa bernada sinis.

"Tapi aku mau menengok Bu. Berarti Pak Verrel ada di rumahnya kan?"

"Iya," jawab Ifa singkat.

"Bu. Boleh tau alamat rumah Pak Verrel?"

Ifa pun menatap tajam Clara. Ia nampak tidak senang.

"Ngg..." ucapannya tiba-tiba terpotong.

"Kalau aku nggak kasih tau. Nanti dia bisa mengadu ke Pak Burhan. Ah sial," batin Ifa.

"Sebelum Ibu beri tau. Ibu mau tanya. Kenapa kamu begitu ingin menengoknya?" tanya Ifa penuh penekanan.

"Karena Pak Verrel adalah guruku Bu dan juga kalau ada sesuatu yang kurang untuk pengobatannya, aku bisa meminta tolong dengan Ayah," jawab Clara dengan sopan. Ifa pun seketika terdiam. Ia merasa ada benarnya juga ucapan muridnya tersebut.

"Baiklah kalau memang begitu niatmu. Ini alamatnya," lanjutnya sambil menyerahkan kartu nama milik Verrel yang disimpan di dalam kantong baju.

"Terimakasih Bu.." ucap Clara. Ifa pun membalas ucapan sang murid dengan sebuah senyuman yang terlihat terpaksa.

********

Beberapa jam kemudian bel pulang pun berbunyi, seluruh siswa bergegas keluar dari kelas mereka masing-masing.
Rudi yang melihat Clara membereskan buku-bukunya pun mendekati gadis cantik tersebut dengan gaya kerennya.

"Hay sayang Clara..hari ini naik mobilku ya kuantar?" ucapnya santai sambil merapi-rapikan jambulnya.

"Eh..Rudi...anu...aku...emmmmm."

Mengejar Kekasih Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang