Toko Kaset (Satu)

1 1 0
                                    

Malam pun tiba. Langit yang biru telah memudar dan berganti menjadi gelap gulita, bulan pun nampak separuh dengan bintang-bintang yang berkelap kelip laksana butiran permata.

Malam ini Clara rencananya akan ke toko kaset sebentar untuk mencari beberapa musik klasik karya Bethoven yang belum ada dalam koleksinya.

Yap. Meskipun ia tidak terlalu menyukai kegiatan ekskul musik di sekolah, akan tetapi bukan berarti jiwa seni di dalam dirinya tidak ada sama sekali.

Di dalam rumahnya yang berukuran besar dan mewah itu, ia dibuatkan sebuah ruangan khusus oleh sang Ayah untuk menyimpan semua koleksi musik-musik klasik yang ia suka. Mulai dari karya Franz Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart hingga karya dari seniman Galilea yang hidup di zaman renaisans sudah ia dapatkan semuanya.

"Caroline, mau ikut ke toko kaset?" tanya Clara kepada Caroline yang sedang duduk disampingnya.

"Nggak, malam ini kan malam jum'at Clara. Kunti-kunti rumah kosong sebrang sana ngajakin aku kumpul, sekalian mau jalan-jalan  ke pasar gaib juga katanya," jawab teman hantunya tersebut dengan polos.

"Oh gitu. Ya sudah, aku berangkat sendiri aja, hati-hati di taksir gendruwo sama kuntilanak laki ya," ucapnya yang mencoba menakut-nakuti, karena ia tahu teman hantu berambut pirangnya tersebut sangat membenci gendruwo dan kuntilanak laki-laki.

"Ih kamu Clara. Bikin ilfeel, ya udah aku berangkat dulu. Sudah kedengeran tuh panggilan dari Nyai Kunti."

"Haha. Iya deh. Have fun," sahutnya. Caroline pun kemudian menutup matanya dan menghilang.

Clara lalu bergegas bangun dan langsung mengambil jaket tebalnya yang berwarna biru muda di lemari pakaian. Ia lalu membuka lemari kacanya yang khusus menggantung kunci-kunci mobil, setelah beberapa saat memilih ia pun memutuskan untuk mengambil kunci mobil mewahnya yang bermerek ferrari.

Ia kemudian berjalan menyusuri tangga dan turun ke bawah menuju bagasi mobil.
Belum sempat ia menuju bagasi mobil, ia dihadang oleh dua orang bodyguard setianya.

"Dimas, Sarto.. jangan ikuti aku. Aku mau ke toko kaset saja sebentar," ucapnya dengan tenang. Kedua bodyguardnya itu pun mengangguk paham dan mempersilahkannya untuk terus berjalan.

Yap. Meskipun ketentuan sebenarnya adalah Clara harus selalu diikuti kemanapun dan kapanpun. Akan tetapi dua orang bodyguard-nya tersebut tidak pernah mengambil pusing, mereka sangat mengerti remaja seusia Clara sangat membutuhkan privasinya.

Clara lalu melajukan mobilnya menuju toko kaset bernama puri maya, yang jika dari kediamannya memerlukan waktu 20 menit untuk sampai.

Sesampainya di toko kaset yang dituju tersebut, ia pun langsung berjalan masuk ke bagian kaset-kaset musik klasik, karena merasa tidak menemukan kaset yang ia cari. Ia pun berinisiatif untuk bertanya kepada penjaga toko tersebut.

Ia melihat seorang laki-laki berprawakan tinggi semampai dari kejauhan memunggunginya. Laki-laki tersebut sedang berdiri menyusun kaset-kaset yang baru ia keluarkan dari kardus.
Clara pun berjalan mendekati laki-laki tersebut.

"Permisi mas, kaset piringan hitam karya Bethoven masih ada?" laki-laki tersebut kemudian membalikkan tubuhnya.

"Permisi mas, kaset piringan hitam karya Bethoven masih ada?" laki-laki tersebut kemudian membalikkan tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mengejar Kekasih Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang