Kembali

3 0 0
                                    

Kevin dan Clara duduk di sofa ruang tamu. Sesaat mereka terdiam satu sama lain, namun akhirnya Clara membuka obrolan.

"Ternyata kamu jadi juga ya pindah ke sini Vin.."

"Jadi kamu udah tau ya?" sahut Kevin. Ia nampak terkejut.

"Ya tau lah. Hahah. Sewaktu kamu dulu tanya alamat rumahku sama sekolahku di Wa, trus kamu minta tanyain lagi sama Reva. Aku udah tau kamu bakal datang kok.."

Kevin tertunduk malu. Ia tidak menyangka gadis di hadapannya tersebut akan mengetahui niatannya. Apalagi ditambah dengan tawa Clara yang memandangnya seolah-olah sedang bertingkah konyol.

"Aku tunggu besok di sekolah ya.." lanjut Clara dengan gelak tawanya yang tidak henti.

Kevin yang mendengar hal itu pun hanya melongo keheranan, karena gadis yang disukainya tersebut mengetahui semua rencananya.

*********

Keesokan paginya..

"Ayo berangkat Pak.." ajak Clara kepada ke dua bodyguards-nya yang sudah siap untuk mengantar ke sekolah. Ke dua ajudan itu pun mengangguk. Mereka lalu mulai melangkahkan kaki menuju garasi mobil.

Akan tetapi sebuah suara penuh wibawa mencegat mereka bertiga untuk terus melangkah.

"Clara! hari ini kamu harus berangkat ke sekolah bersama Devan."

Ternyata itu adalah suara Pak Burhan. Lelaki yang sudah mulai memutih rambutnya itu berdiri di belakang sang putri dengan setelan jas lengkap. Ia nampak sudah siap untuk pergi ke kantornya.

Mendengar ucapan Ayahnya netra Clara seketika membelalak.
"Apa?!"

"Kenapa kaget? Bukannya kamu sudah setuju dengan perjodohan ini?! sahut sang Ayah dengan ekspresi sangarnya.

"Ta..tapi..aku nggak mau diperlakukan seperti princess Ayah! A..a..aku kan punya mobil sendiri !" jawab Clara dengan suara meninggi.

"Tidak ada alasan apapun! Pokoknya kamu harus berangkat bersama Devan!" tegas sang Ayah. Ia pun lalu segera pergi menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan istana megah tersebut.

"Jalan Pak Darmo," ucap Ayah Clara kepada sang sopir dengan raut ketusnya.

Brummm.

Mobil pun melaju. Tinggallah Clara di depan rumah mewahnya itu dengan perasaan sangat kesal.

"Arghh menyebalkan," gerutu Clara sambil melipatkan kedua tangannya ke dada.

Tidak lama kemudian terlihat sebuah mobil mewah berwarna biru mengkilap masuk ke area rumahnya.

Titttttttt. Bunyi dari klakson mobil yang terdengar sangat nyaring. Clara yang sedari tadi sudah berdiri di  teras rumah pun telaha mengetahui bahwa itu adalah mobil pria yang sangat ia tidak sukai tersebut.

"Hey! Jangan mematung disitu! Ayo masuk!" Seru Devan sambil mengeluarkan sedikit kepalanya dari mobil. Ia terlihat sudah rapi dengan setelan casualnya untuk berangkat kuliah.

"Nggak mau! Kamu jalan aja duluan!" Bentak Clara dengan ekspresi kecutnya.

"Kamu berani sama aku?! Aku laporin ke orang tua kita untuk dipercepat aja pernikahan kita gimana?!!" ancam Devan dengan nada meninggi.

Clara langsung mengernyitkan dahinya. "Sialan banget ini makhluk," batinnya. Dengan perasaan kesal ia pun langsung berjalan masuk ke dalam mobil pria menyebalkan tersebut.

Bruk! Bunyi pintu mobil yang Clara tutup dengan sangat keras.

"Dengar ya. Ini terakhir kalinya kamu jemput aku. Aku nggak mau besok besok begini lagi!" tegas gadis itu.

Devan langsung tersenyum setengah.
"Terserah aku..." sahutnya dengan enteng.

"Ehhh!!" lanjut Clara dengan mata membelolok.

Devan pun segera menancap gas dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di depan sekolah Clara langsung turun dari mobil mewah itu tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Sampai jumpa nanti sore sayang...!" ucap pria itu dengan dengan suara lantangnya. Clara yang mendengar hal itu langsung menengokkan kepalanya ke arah Devan dengan tatapan geli.

Tanpa sengaja Verrel yang hendak keluar dari gerbang sekolah mendengar teriakan Devan barusan. "Clara sudah memiliki kekasih?" batin guru muda itu yang sontak menghentikan langkah kakinya.

Ia terus tertegun memandang kedua remaja itu hingga akhirnya mereka saling pergi menjauh satu sama lain.

"Tidak seharusnya aku merasakan hal ini.." batin Verrel kembali.

********

"Selamat pagi semuanya..." Sapa Verrel kepada para muridnya.

"Selamat pagi Pak..."

"Hari ini Bapak akan memperkenalkan murid baru lagi buat kalian. Bapak harap kalian dapat berteman baik dengannya.. Silahkan masuk Kevin..."

Remaja berusia 17 tahun berperawakan tinggi dan berkulit putih itu pun berjalan masuk dengan tenang. Ia terlihat rapi dan tampan dengan seragam putih abu abu yang melekat di tubuhnya.

"Ya ampun gantengggg," bisik beberapa gadis di dalam kelas tersebut.

"Wajahnya mirip oppa oppa.." lanjut Penita dengan tatapan terpana.

Clara yang mendengar ucapan teman-temannya tersebut hanya tersenyum saja.

"Silahkan perkenalkan dirimu Kevin..." Kevin mengangguk. Ia lalu melangkahkan kakinya ke depan.

"Selamat pagi, perkenalkan namaku Kevin Anggoro. Umurku 17 tahun, pindahan dari American International High School. Aku harap kita bisa menjadi teman baik. Terimakasih..."

Kevin pun memundurkan langkahnya kembali dan berdiri di samping sang guru.

"Silahkan Kevin duduk di ujung sana ya.." ucap Verrel menunjuk sebuah kursi di belakang Clara.

Mengetahui ia duduk berdekatan dengan Clara. Senyuman Kevin pun seketika langsung mengembang.

"Terimakasih Pak.."sahut Kevin. Ia pun segera berjalan menuju tempat duduknya.

"Baiklah..terimakasih banyak perhatiannya.. semoga kalian bisa berteman baik dengan Kevin... Terimakasih Pak Jordi atas waktunya saya permisi.." Pak Jordi mengiyakan ucapan Verrel. Guru seni itu  pun segera keluar kelas dan pelajaran pun dilanjutkan kembali.

*******

Kringggg, bel istirahat berbunyi seluruh siswa bergegas ke kantin sekolah untuk mengambil makan siang mereka.

"Clara. Bisa kita ke kantin bareng? Em. Ke..ke..kebetulan aku belum terlalu tau tempat sekolah ini.." alasan Kevin yang sebenarnya hanya ingin selalu bersama dengan Clara.

"Oh iya bentar.." sahut Clara sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas slempangnya.

"Clara! Bareng yuk ke kantin.." ucap Penita yang baru saja datang dari arah luar bersama Rudi.

"Oh iya bisa kok.."

"Clara kamu kenal dia?" tanya Rudi sambil menatap tajam Kevin.

"Iya. Dia teman satu sekolahku dulu di New York," sahut Clara dengan tenang.

"Apa?! Untuk apa kau kesini? Apa kau ingin mengejar ayang Clara?! Tunggu. Ayang Clara itu hanya milikku!" celetuk Rudi dengan menggebu-gebu.

Clara nampak heran dengan temannya tersebut. "Em.. jangan hiraukan dia. Rudi memang suka bercanda Vin..." sambung Clara yang merasa tidak enak dengan Kevin. Laki-laki itu sedari tadi menatap bingung mereka bertiga.

"Ayok jalan!"  Clara pun segera menarik tangan Kevin dan berjalan mendahului Penita dan Rudi.

"Hey! Aku tidak bercanda Clara! Aku serius 2 juta persen!" Sahut Rudi dengan lantang.

Penita yang sedari tadi hanya terdiam memandang heran Rudi. Akhirnya merasa gemas, ia pun segera menutup mulut bawel temannya itu dengan rapat menggunakan tangannya.

"Diem, berisik banget," ucap Penita dengan suara berbisik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengejar Kekasih Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang