A Letter

340 56 5
                                    


Shortfic read on HWANGMINI PODCAST PARTY SPECIAL NEW YEAR'S EVE.

By: 0002dan 0002dan





Sudah menjadi keseharian minhee untuk mengantarkan lembaran surat-surat kepada orang-orang. Hal ini sudah ia lakukan sejak 2 tahun terakhir demi menyambung hidupnya.

Minhee hanyalah seorang pemuda berusia 24 tahun yang kebetulan hidupnya belum pernah disambangi oleh dewi fortuna. 

Ia terlahir dikeluarga yang sangat sederhana, besar dan tumbuh menjadi sosok pekerja keras demi sesuap nasi untuk menghidupi diri. Sejak kepergian kedua orang tuanya 4 tahun lalu karena sakit keras, kini minhee dituntut untuk membiayai kehidupannya. Ia banting tulang, mencoba segala jenis pekerjaan demi sesuap nasi dan demi membayar biaya sewa kamar.

Bagi minhee, pekerjaannya yang mengharuskan ia berkeliling kota menghantarkan lembaran demi lembaran surat kepada sang pemilik adalah hal yang paling menyenangkan yang pernah ia rasakan. Ia selalu suka melihat senyuman bahagia yang muncul diwajah para penerima surat, menurutnya tak ada hal yang lebih indah dibandingkan senyuman mereka yang begitu tulus.

Namun, bukannya melelahkan ya bekerja seperti itu? Apalagi ketika dirinya kesulitan untuk menemukan alamat rumah yang dituju.

Jawabannya,

Tentu saja.

Terlebih  jika sudah memasuki musim dingin, dimana minhee akan menjadi super sibuk, hilir mudik untuk menghantarkan surat dan kartu ucapan kerumah-rumah diseluruh penjuru kota.  

Minhee tidak peduli dengan rasa lelahnya, tidak peduli juga dengan dinginnya udara yang menusuk kulit.

Bahkan ketika salju pertama turun ditahun ini, minhee sama sekali tidak ambil pusing. Ketika pagi datang, ia bergegas keluar dari flat mungilnya dan sejenak menatap kepingan salju cantik yang berlomba jatuh kebumi sebelum kembali mengayuh sepedanya menuju kantor pos untuk mengambil surat yang menunggu untuk dikirim.

Sejujurnya…

Jauh dilubuk hatinya…

Minhee ingin ada seseorang yang juga mengiriminya surat seperti ini. 

Melihat orang-orang tersenyum hangat ketika menerima surat kirimannya membuat minhee berangan-angan,akan sehangat dan sebahagia apa jika dirinya yang ada diposisi mereka.

Namun sayang beribu sayang minhee tidak punya siapa-siapa didunia ini untuk saling berkirim surat.

Yang muncul dibenaknya malah nama seorang tetangga flatnya yang sudah 6 bulan belakangan ini tidak lagi ia temui. Minhee tidak tahu kemana pemuda itu pergi, mungkin pindah? Atau sedang dinas? Yang jelas ia cukup rindu dengan kehadiran pemuda tampan itu.

Ia ingat sekali bagaimana sosok pemuda itu selalu mengetuk pintu usang flat miliknya, tepat setelah ia selesai mengantar surat, hanya untuk berbagi sepanci ramyeon panas dengan sepiring kimchi. Pemuda itu datang disaat yang tepat, dengan kondisi perut yang kosong dan kelelahan, minhee tentunya tidak akan tega menolak tawaran yang menggiurkan dihadapannya. Terlebih lagi pemuda tersebut sudah menyelonong masuk dengan panci dan piring dikedua tangannya.

Ia juga teringat ketika hujan turun disertai dengan petir, tapi minhee masih harus pergi kekantor pos untuk mengambil surat-surat, pemuda itu mendatanginya dengan wajah jelek yang tidak bersahabat dan membabatnya habis dengan omelan panjang lebar yang intinya adalah menyuruh minhee untuk tidak nekat pergi bekerja. Dan yah, pada akhirnya minhee memilih untuk menurut dan mereka pun menghabiskan waktu dengan bermain catur diflat minhee sembari menunggu hujan reda.

SHINE || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang