The Party

430 57 5
                                    

Shortfic read on DINGDEULFESS AWARDS 2020.

By:

yoomaria















Kalian percaya cinta pada pandangan pertama? Aku tidak tahu, sama sekali tidak tahu apa aku harus percaya atau tidak. Membayangkan untuk jatuh cintapun tidak, lalu mengapa harus memikirkan itu?

Jatuh cinta, sebuah proses alami yang begitu indah tapi cukup rumit. Orang-orang mengisahkannya dengan berbagai kisah kompleks yang terkadang sedikit menyebalkan. Itu membuatku sedikit malas untuk memikirkannya.

Jatuh cinta itu alami. Prosesnya benarkah serumit itu?

Lalu, bagaimana ketika proses yang katanya rumit itu hanya memerlukan waktu sepersekian detik setelah manik saling mengunci untuk pertama kalinya?

Benarkah jatuh cinta serumit itu? Bahkan ketika kupu-kupu langsung menari dengan euphoria menyenangkan ketika mata saling memandang untuk pertama kalinya?

Aku tidak tahu apa itu jatuh cinta pada pandangan pertama dan aku juga tidak tahu apa aku harus mempercayai itu atau tidak. Tapi ketika kakiku tidak sengaja menapak di hadapannya karena desakan tamu untuk pesta dansa dan manikku yang bertemu manik indahnya, kurasa jatuh cinta tidak serumit itu. Dan jatuh cinta pada pandangan pertama itu ada.




---




Pekerjaan takdir memang tidak bisa diprediksi. Aku tidak tahu bahwa datang ke pesta ini setelah dipaksa kakakku akan membawaku pada sebuah pertemuan indah yang bahkan tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

Dengan alunan piano yang indah, ketika mataku secara tidak sengaja menemukan pemadangan seindah berlian di tengah batu karang, kupikir tidak ada hal paling indah yang pernah terjadi selain pertemuan ini. Bahkan ketika tubuh itu harus didesak karena semangat para tamu untuk memulai pesta dansa, mataku masih bergerak ke manapun ia pergi.

Aku bahkan masih mengerjap tidak percaya ketika ia secara tidak sengaja pula berhenti di depanku. Lalu, ketika manik sebening embun itu beradu dengan manikku untuk pertama kalinya, kurasa pertemuan ini adalah pesan bahagia untuk selamanya yang takdir kerjakan padaku.



--



"Ingin berdansa, yang terindah?"

Yunseong mengulurkan tangannya dengan kedua sudut bibirnya yang bergerak naik ketika mengajukan pertanyaan itu pada Minhee yang masih terdiam menatapnya. Yang tanpa diduganya, membuat sebuah senyum malu-malu mengintip di wajah manis Minhee beberapa saat setelah itu.

"Apakah yang terindah adalah sebuah sapaan?"

Pertanyaan itu diajukan Minhee dan Yunseong mengendik, "Kurasa tidak, tapi kupikir kau layak mendapatkannya. Kau yang terindah malam ini, di mataku tentunya."

"Ah, tidak buruk."

Minhee berkomentar kemudian, sedangkan Yunseong sedikit menggoyangkan tangannya yang masih terulur di hadapan yang terindah itu.

"Jadi, bagaimana?"

Tidak menjawab pertanyaan Yunseong dengan pasti, Minhee menatap sesaat telapak tangan Yunseong dan pemiliknya bergantian. Hingga pada detik kesekian, senyumnya merekah dengan tangan yang perlahan terulur untuk menerima uluran tangan yang lebih tua.

Yunseong kembali tersenyum, menggenggam lembut telapak tangan Minhee ketika sudah sampai di tangannya. Telapak tangan Minhee terasa begitu pas dalam genggamannya, seakan telapak tangan itu memang diciptakan untuk ia genggam. Lalu, dengan senyum yang masih sama dituntunnya yang terindah menuju lantai dansa.

Lantai dansa seketika berubah suasana saat keduanya memasuki tempat itu. Musik masih mengalun dengan merdu, tapi semua yang ada di sana seketika menepi. Seakan pertunjukan utama sudah dimulai dan lantai dansa itu adalah panggung khusus untuk keduanya, semua tamu kini tak lebih dari kursi-kursi kosong yang memenuhi gedung teater ketika pertunjukan sedang berlangsung. Dunia seakan berhenti berputar dan hanya merekalah yang ada di sana.
Gerakan-gerakan halus yang diiringi musik itu terlihat begitu indah, menyadarkan mereka dan siapa saja yang melihatnya bahwa pertemuan keduanya memang indah, dikerjakan takdir untuk sebuah proses alami yang disebut jatuh cinta.

"Yang terindah..."

"Apakah kau harus memanggilku seperti itu?"

"Kau keberatan? Sudah kubilang bahwa kau yang terindah."

"Baiklah, hanya sampai kau tahu namaku."

"Tentu."

"Jadi?"

"Kau percaya takdir?"

"Takdir apa?"

"Takdir bahwa dua manusia dipertemukan dengan cara yang indah, mereka akan bersama selamanya."

Minhee bingung sejenak, menetralkan debaran jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat. Menghembuskannya perlahan dan tersenyum seraya menatap dua mata indah Yunseong. Kemudian sambil mengeratkan pelukan di leher yunseong, "Dengan apa aku harus memanggilmu?"

"Pangeran."

"Aish," mendelik kecil pada Yunseong yang kini sudah tersenyum yang terindah itu menepuk pelan pundaknya, "Lupakan, aku ingin bertanya."

"Tanyakan saja."

"Kamu percaya jatuh cinta pada padangan pertama?"

Yunseong balas tersenyum.

"Bagaimana mungkin aku tidak percaya? Aku sedang merasakannya saat ini. Denganmu."

Jatuh cinta itu alami, prosesnya serumit pekerjaan takdir. Tapi, yang takdir lihat hanya pekerjaan sederhana untuk mempertemukan dua insan yang dalam satu detakan seirama. Karena ketika kalian mampu membuat jantung satu sama lain berdetak cepat dengan euphoria menyenangkan bersama kupu-kupu yang menari dengan gembira, jatuh cinta akan menjadi sesederhana takdir melihat pekerjaannya untuk mengakhiri sebuah pertemuan indah dengan kebahagiaan.







.

yooamaria

SHINE || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang