Resolusi

320 51 13
                                    


@yooamaria











“Dek, ngapain?”

“Gak ada.”

Menjawab acuh pertanyaan yang sang bunda ajukan, Minhee lantas berlalu begitu saja untuk meninggalkan ruang makan untuk kembali ke kamarnya. Tidak ada hal penting yang mengharuskan ia untuk tetap berdiam di ruangan itu sehingga ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

Memasuki kamarnya, pemilik marga Kang itu langsung mendengus malas sebelum bergerak ke arah ranjangnya. Ia lalu membanting tubuhnya ke sana dan diam dalam posisi tengkurap selama hampir lima menit. Setelah itu ia berguling dan mengubah posisinya menjadi telentang sebelum meraih guling dan memeluknya. Wajahnya lantas merengut begitu saja dengan bibir yang mencebik tidak senang.

“Liburan sialan, gabut banget gue! Mana setelah ini gak ada kerjaan lagi.”

“Tahun baru, Hee, tahun baru! Seharusnya lo bisa ngelakuin sesuatu buat hidup lo!”

“Tapi, gue harus ngelakuin apa?”

“Hidup gue mah mau diapain juga tetap gini-gini aja.”

“Mau gue jungkir balik dari Antartika sampe antariksa juga gue tetap anaknya Kang Daniel tukang bohong.”

“Tapi, kata orang tahun baru gini harus punya resolusi. Masa lo gak punya resolusi sih?”

“Kagak ada! Resolusi gue dari jaman bocah sampe sekarang tetap jadi teman hidup kak Yunseong.”

“Beeuuhhh boro-boro jadi temen hidup, jadi temen jalan aja udah dijulidin satu bimasakti. Tai kuda emang orang-orang.”

Menyadari apa yang baru saja diucapkannya, wajah manis yang semula tidak senang itu kini jadi berubah sendu. Bibirnya masih mencebik, tapi bukan lagi ekspresi kesal yang ada di wajahnya. Kini wajah itu hanya dihiasi ekspresi sok galau yang jatuhnya jadi menggemaskan.

“Tapi, gue suka sama kak Yunseong.”

Diam sesaat lagi, wajah manis itu kini berubah dan menampilkan ekspresi datar. Guling dalam pelukannya tiba-tiba dilempar ke ujung ranjang dan pemilik marga Kang itu segera beranjak dari posisi rebahannya.

“Tapi, dunia menolak, Hee! Jadi lupain aja perasaan lo! Mending sekarang cari cara biar dinotice leader Drippin. Siapa tahu doi jatuh cinta sama lo, terus ngelamar lo pas showcase comebacknya nanti.”

Berucap asal, Minhee lantas beranjak dari ranjangnya dan melangkah kembali ke arah pintu. Ia akan pergi ke dapur untuk mengambil beberapa camilan untuk menemaninya menonton Sweet Home—sepertinya bagus untuk melatih mual-mual. Agar ketika ia diajak untuk ikut syuting bersama tim DMS, ia sudah terlatih mual-mual ketika diserang mahluk halus. Lupakan! Ia tidak mau melakukan itu.

Membuka pintu kamarnya dengan cepat, Minhee reflek membuat gerakan mundur sejauh satu langkah saat tangan seseorang melayang tepat di atasnya—hampir saja mengetuk keningnya.

“Baru juga mau gue ketuk, untung gak kena lo ini,” pemilik tangan itu berucap lebih dulu sambil menarik tangannya dan menatap si manis dengan senyumannya.

“Ngapain?” tanya Minhee setelah mengerjap dua kali.

“Ya mau ketemu lo-lah. Masa mau ketemu ayah.”

“Ngapain?” jawaban santai orang itu berikan, tapi Minhee tetap pada pertanyaan yang sama, “Maksud gue, mau ngapain lo ketemu gue?”

“Gak boleh?”

Tapi, bukannya menjawab pertanyaan Minhee, orang itu malah mengajukan pertanyaan lain yang membuat si manis mendengus. Detik berikutnya, pemilik marga Kang itu membuka pintu kamarnya lebih lebar. Ia lalu akan melangkah keluar kamar, tapi malah ditahan orang itu.

SHINE || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang