Before Sunrise

357 64 9
                                    


@yooamaria
yooamaria












“Minhee mana?”

Junho yang menjadi tujuan pertanyaan yang diajukan Yunseong itu terlihat cukup kaget. Dalam diamnya bertanya-tanya, apalagi yang sudah dilakukan teman gobloknya itu sampai si kakak tampan bermarga Hwang itu keliatan sangat marah saat ini. Tapi, ia tetap mengendik kecil dengan mulut yang berucap untuk menjawab pertanyaan yang lebih tua.

“Gak tahu, bang. Tapi tadi kayaknya jalan ke arah hutan deh.”’

“Bocah sial!”

Selanjutnya, tanpa menunggu reaksi apapun dari Junho, lelaki Hwang itu segera berlalu menuju setapak yang akan membawanya ke arah hutan yang dimaksud Junho. Kakinya melangkah begitu saja, tidak mengeluarkan suara dan hanya pergi ke manapun ia ingin melangkah. Hingga pada jarak kesekian, lelaki Hwang itu jadi menghentikan langkahnya saat telinganya menangkap sebuah suara aneh di sekitarnya.

Diam selama beberapa saat, Yunseong lalu mundur sejauh empat langkah dan menoleh ke kiri. Saat itu juga, matanya langsung menangkap eksistensi manusia berwajah manis dengan kelakuan jauh dari kata manis.

“Heh! Ngapain lo di situ?”

Seperti pencuri yang tertangkap basah, bocah yang berusia lebih muda dua tahun darinya itu beranjak dari posisi berjongkoknya. Dua detik kemudian, ia menoleh perlahan untuk menatap Yunseong sebelum memamerkan senyum tanpa dosanya. Sukses saja membuat Yunseong mendengus sebelum melangkah maju menghampirinya.

“Lo ngapain di sini?” tanya Yunseong saat ia sudah di depan bocah manis itu.

Tapi, bukannya merasa bersalah, senyum tanpa dosa bocah itu semakin melebar, “Main,” jawabnya kemudian.

“Main?” dijawab anggukan pasti oleh yang lebih muda.

Yunseong mendengus lagi, hampir saja mengangkat tangannya untuk memukul kepala bocah itu. Bagaimana bisa saat ia sibuk berkeliling bumi perkemahan untuk mencari keberadaannya karena khawatir, bocah itu dengan santai menjawab ia tengah main saat ditemukan? Yunseong mau marah.

“Lo gila ya? Lo lupa tadi gue bilang apa sama lo? Jangan jauh-jauh dari buper! Ingat gak, heh Kang Minhee.”

Apa yang selanjutnya Yunseong ucapkan sukses membuat bocah itu—Minhee namanya—merengut dengan bibir yang mengerucut lucu. Terlihat menggemaskan memang, tapi semua tidak berguna karena Yunseong sudah terlanjur kesal luar biasa.

“Tapi kan ini gak jauh.”

“Gak jauh mata lo delapan. Ini lo masuk hutan, bocah! Kalo lo kenapa-napa gimana? Siapa yang mau tanggung jawab? Lo pikir emak bapak lo gampang apa diajak kompromi kalo lo lecet dikit? Heh, ini leher gue auto dipenggal kalo lo luka.”

“Kok lo jadi marahin gue sih?”

“Habisnya lo dibilangin gak pernah nurut sih! Gue sampe muter buper buat nyariin lo, setan! Kalo lo gak ketemu gimana?”

“Ya gak apa-apa, gue juga bisa pulang sendiri.”

Ucapan Minhee membuat kekesalan Yunseong semakin menjadi. Lelaki Hwang itu melangkah maju hendak menarik si manis atau menjitaknya sedikit—berniat menyadarkan jika apa yang dilakukannya memang salah. Tapi, bukannya mendapat apa yang ia mau, Yunseong jadi semakin kesal karena Minhee yang langsung bergerak cepat untuk menghindarinya.

“Sini gak?”

“Gak mau! Lo kan mau mukul gue.”

“Lo pilih, lo datang sendiri ke gua atau kalo gue ngejar lo, pas dapat lo beneran gue pukul.”

SHINE || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang