Bab 1

29.4K 1.9K 24
                                    

ToBuCil
Books n Coffee


Rhaya menatap papan nama kecil berbentuk segi empat yang terbuat dari kayu tersebut sambil tersenyum dengan bahagia. Toko Buku Kecil, sebuah bangunan sederhana yang di desain dengan amat sangat menarik hingga membuat siapapun yang datang betah berlama-lama di dalamnya. 

Toko Buku Kecil ini Rhaya temukan secara tidak sengaja. Semua karena Hannah, sahabatnya di kampus, yang mengajaknya menikmati sore dengan menyusuri sepanjang jalan Braga. Lalu saat mereka sampai di sudut jalan, Hannah tiba-tiba saja berbelok ke sebuah bangunan berlantai dua dengan pohon-pohon rindang di sekelilingnya.

Rhaya ingat kala pertama kali ia memasuki Toko Buku Kecil ini, ia serasa menemukan sebuah harta karun. Komik-komik lama, buku langka, dan novel-novel yg begitu sulit ia cari bisa dengan mudahnya ia temukan di sini. Seketika kebahagian menyeruak melingkupi seluruh tubuhnya. Ia bahagia. Teramat sangat bahagia, dan semua hanya karena hal sesederhana ini saja.

Lalu sejak saat itu, ia selalu datang ke Toko Buku Kecil ini setiap harinya. Terkadang bersama Hannah, tapi lebih sering sendirian saja sambil menikmati hari dengan membaca atau sekedar menghabiskan sore hari dengan buku dan secangkir kopi hangat di atas meja.

Seperti hari ini, di suatu sore yang cerah dan dengan ditemani secangkir kopi kesukaannya, Rhaya tenggelam dengan keasikannya membaca buku di tempat duduk favoritnya. Wajahnya terus menunduk menatap sebuah buku yang terbuka di depannya. Ia begitu khusyuk membaca kata demi kata tanpa terganggu sama sekali oleh suara-suara bising yang terdengar di sekelilingnya. Baik itu suara orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar mejanya ataupun suara-suara dari beberapa orang yang tengah bercengkerama dengan satu sama lainnya.

Namun entah kenapa, tatkala sebuah suara berderit yang disebabkan oleh pintu yang terbuka terdengar di telinganya, Rhaya sontak saja menengadah dan dalam sekejap napasnya seakan terhenti. Di sana, di balik pintu yang sudah setengah terbuka, sesosok lelaki berwajah teduh nan menenangkan tampak  melangkah masuk dengan langkah kaki yang lebar.

Rhaya terpana. Hatinya seketika berdesir dengan desiran yang begitu halus dan lembut ditimpali oleh jantung yang tiba-tiba saja berdegup dengan begitu cepat dan keras. Ia terus terpaku tanpa mampu mengalihkan  pandangannya dari lelaki tampan yang saat ini tengah berjalan melewati mejanya menuju ke sebuah ruangan tempat di mana pemilik Toko Buku Kecil ini berada.

Sesaat mereka saling berpandangan kala matanya dan mata lelaki tersebut saling bertemu pandang. Dan pria itu tersenyum ke arahnya. Seulas senyum tipis yang sukses membuat Rhaya sejenak terpana sebelum akhirnya ia kembali menunduk, dan mencoba untuk kembali berkonsentrasi pada buku yang ada di depannya. Namun seberapa keras pun ia berusaha untuk kembali fokus pada bacaannya, nyatanya tidak ada satu kata pun yang terbaca karena hanya ada bayangan lelaki tersebut yang terus menerus menggelayut di pelupuk mata Rhaya.

Mengenakan celana jeans warna biru tua, sneaker putih, dan juga kaos putih polos yang dilapisi dengan kemeja warna gelap yang semua kancingnya dibiarkan terbuka, bayangan sosok lelaki tersebut terus saja muncul dan tetap tinggal di benaknya.

Dan tatkala lelaki itu berjalan melewatinya, untuk kedua kalinya Rhaya kembali menengadah karena  merasakan kibasan angin yang terasa menerpa sisi wajahnya tatkala pria itu berjalan melewati tempat duduknya. Semilir angin yang membawa sebuah aroma lembut nan manis yang menguar dari tubuh lelaki dengan pandangan lembut itu. Sebuah Aroma menyegarkan yang membuat kedua bola matanya otomatis terpejam. Lalu secara samar-samar, Rhaya bisa mendengar suara lelaki tersebut bercakap-cakap dengan Ben Rahadian, si pemilik Toko Buku Kecil ini.

Oh, sepertinya dia teman Mas Ben. Rhaya membatin.

Dan Rhaya masih terus melamunkan lelaki tersebut tatkala sebuah teriakan dan tepukan keras mengagetkannya.

Toko Buku Kecil (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang