Bab 20

18.6K 1.2K 32
                                    

"When one door of happiness closes, another one opens; but often we look so long at the closed door that we do not see the one which has opened."

-Helen Keller-

                                     ***

"Bian..." Lila menyodorkan sebuah kotak kecil ke hadapan Abian. Siang ini mereka memang tengah makan siang di sebuah cafe tidak jauh dari Apartemen Abian. Lila yang meminta Abian untuk menemuinya di sini. Lila telah banyak berpikir akhir-akhir ini, memikirkan kenapa kisah cintanya harus berakhir, dan pada akhirnya harus membuatnya kehilangan pria luar biasa yang begitu dicintainya.

Bian... yang selalu menjadikan hubungan mereka sebagai prioritas penting dalam hidupnya. Sedangkan baginya,  hubungan mereka hanyalah prioritas kesekian dalam hidupnya. Lila sadar, sudah begitu terlambat untuk memperbaikinya, sudah sangat terlambat untuk kembali  mengusahakannya. Awalnya terasa begitu berat, Lila benar-benar tidak ingin melepaskan Abian. Tapi dia wanita yang kuat kan? Lila yakin dia akan bisa melaluinya. Hatinya akan membaik, hidupnya akan kembali normal seperti biasa.

"Lila..." Abian tau apa yang ada di dalam kotak kecil yang berada di hadapannya saat ini. Dia menatap jauh ke dalam bola mata wanita cantik yang pernah sangat di cintainya itu. Ada yang tercubit di hatinya, ada rasa sakit yang di rasakannya. Abian tidak pernah ingin menyakiti Lila. Tapi siapa yang akan  menyangka saat ini akhirnya tiba. Melihat luka itu di mata Khalila, terasa begitu melukai hatinya. Abian merasa begitu bersalah.

"Maaf, La. Maaf sudah  membuatmu harus merasakan kesedihan. Maaf karena aku nggak bisa memenuhi janjiku padamu. Maaf, La." Lirih Abian.

Khalila tersenyum lembut. "Kamu ga salah, Bi. Seandainya waktu bisa diputar kembali, aku pasti tidak akan pernah membiarkan kamu berjuang sendirian di hubungan kita." Lila menarik nafas pelan. "Gadis itu, dia benar-benar beruntung, Bi bisa di cintai olehmu.  Keberuntungan yang dulu lupa untuk aku syukuri."

Abian menggeleng. "Jangan pernah menyalahkan dirimu, La. Kita berdua terlalu terbiasa bersama selama bertahun-tahun lamanya, hingga akhirnya lupa kalau cinta juga harus terus dipelihara, cinta juga butuh untuk dirawat. Kita hanya menjalani rutinitas yang sama setiap harinya, tanpa ada lagi kata-kata rindu ataupun ungkapan cinta. Aku yang hanya terus menunggu tanpa mau sedikit saja untuk berusaha merawat kisah kasih kita dengan baik,  ataupun berusaha membuat hubungan ini jadi lebih menyenangkan." Abian menghembuskan nafasnya pelan dengan pikiran yang menerawang jauh.

Hanya ada keheningan yang tercipta diantara mereka berdua. Abian yang masih terus memandangi kotak kecil di hadapannya dan Khalila yang tenggelam dalam pikirannya.

Hari ini, hubungan mereka benar-benar sudah berakhir.

                              ***

"Abang..." Rhaya bergumam pelan sambil terus menatap seraut wajah tampan dihadapannya. Dari sejak saat Rhaya membuka matanya, dia hanya terus menatap Abian tanpa sedikitpun bersuara.
"Abang..."Rhaya kembali bergumam sambil  mengerjap-ngerjapkan matanya pelan. Apakah dia sedang bermimpi? Melihat pria yang kau rindukan ada dihadapanmu, kenapa terasa begitu nyata?.
Perlahan Rhaya mengulurkan  tangannya ragu kearah pria yang sedang tersenyum lembut sambil menatapnya. Rhaya ingin menyentuh wajah pria yang begitu dirindukannya selama 2 bulan pelariannya, ingin memastikan apakah ini sungguh nyata ataukah dia hanya sekedar bermimpi.  Tapi sesaat dia ragu kemudian kembali menarik tangannya. Rhaya takut, bayangan Abian akan menghilang begitu dia menyentuhnya.

Toko Buku Kecil (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang