Rhaya termenung sambil menatap langit-langit kamarnya. Malam sudah semakin larut, tapi rasa kantuk belum mau menyerang. Rhaya menumpukan satu tangannya di atas dahinya sambil berusaha keras memejamkan kedua matanya.
Tubuhnya sudah begitu lelah, tapi matanya bahkan tidak mau terpejam sedikitpun. Bayangan Abian sepertinya masih tidak ingin beranjak pergi dari pikirannya. Pelukan eratnya, dan wangi tubuhnya semua seakan tertinggal di dirinya.
Rhaya meraba bibirnya pelan, ciuman Abian rasanya masih begitu nyata. Mengingat kembali rasanya, seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya.
Ciuman pertamanya.
Rhaya tidak mengerti, seharusnya ia bahagia tapi kenapa ada rasa perih yang melingkupi hatinya?
Rhaya ingin bertanya, tapi ia takut! Ia sungguh takut jikalau jawaban dari pertanyaannya justru akan membuatnya semakin terluka. Takut bahwa kebahagian yang dirasakannya hanya sesaat ini saja.
Siapkah ia terluka? Bolehkah ia merasa terluka? Sanggup kah bila akhirnya ia harus kehilangan Abian Sastra?
Rhaya menarik napasnya pelan.
***
"Hannah...?" Rhaya terkejut begitu dirinya keluar dari kamar kost nya dan mendapati Hannah sudah ada di parkiran depan kost-an tengah menunggunya. Hannah Berdiri di sebelah mobilnya dengan kedua tangan terlipat dan jangan lupakan tatapan tajam menyelidiknya.
"Lo dari kapan udah nyampe kost-an gue? Kok nggak ngabarin kalau mau jemput?"
"Abang yang suruh jemput. Tadi pagi-pagi buta nelepon gue cuma mau bilang buat jemputin lo kuliah jam 11. Jangan sampai telat katanya."
"Bang Bian..?"
"Ya iyalah, Bang Bian! Emang lo punya berapa 'Abang' Rhay? Emang ada lagi selain Bang Bian?"
Rhaya cemberut. "Pagi-pagi nggak boleh nyolot, Na. Lo lagi berantem sama Mas Dimas ya? Belom dapet jatah preman lo ya?"
"Berisik, Rhaya!" Hannah tiba-tiba memperhatikan Rhaya dari atas sampai bawah.
"Kenapa? Ada yang aneh sama penampilan gue?" Rhaya jadi ikut memperhatikan penampilannya. Rasanya hari ini ia berpakaian seperti biasa, tidak aneh-aneh. Cuma celana bahan item, kemeja dan sneaker.
"Ada yang beda sama lo hari ini, gue nggak yakin apa, tapi sepertinya gue dah bisa mengira-ngira. Nggak ada yang lo mau ceritain ke gue, Rhay? Hmm..." Hannah menaik turunkan alisnya.Rhaya menghembuskan nafasnya pelan. Hannah emang nggak bisa dibohongin. Rhaya bergegas membuka pintu mobil dan dengan terburu-buru memasang sabuk pengaman.
"Jalan, Na! Ntar kita telat, loh."
"Gue nggak akan jalan sampai lo cerita ya, Rhaya! Jangan ngalihin pembicaraan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Buku Kecil (COMPLETED)
RomansaAku menemukan nya tak sengaja, disuatu sore yg cerah, disudut jalan Braga. Sebuah bangunan berlantai 2 yang didalamnya penuh akan buku-buku dan komik yang begitu memanjakan mata. Toko Buku Kecil. Sebuah nama yang unik bukan. Di Toko Buku Kecil inila...