Rhaya menghempaskan tubuhnya ke bangku kantin, meraih minuman di sebelahnya dan langsung menenggaknya sampai habis tak bersisa.
Hannah melotot, "Minuman gue, Rhayaaa!!"
"Haus, Na." Rhaya cengengesan.
Hannah mendengus sebal. "Gimana jadinya? Proposal lo disetujui, nggak?"
Namun alih-alih menjawab pertanyaan sahabatnya, Rhaya malah menelungkupkan wajahnya ke atas meja kantin.
"Proposal gue ditolak Pak Bima," gumamnya lirih. "Kenapa gue bisa masuk Fakultas Teknik, ya, Na?" Rhaya mengangkat wajahnya menatap Hannah. "Kenapa gue dulu pasrah aja, ya, pas bokap nyuruh masuk teknik," desis Rhaya lagi dengan lelah.
Selalu begitu, setiap hari dilalui dengan penyesalan yang sama. Kenapa, kenapa, dan kenapa. Tapi, seberapa sering pun Rhaya mengeluh, Hannah akan selalu menjawab dengan kalimat yang sama.
"Kalo lo nggak masuk teknik, kita nggak bakalan ketemu, Rhay." Dan sejak Rhaya bertemu Abian, Hannah hanya akan berkata, "lo nggak akan ketemu gue, lo juga nggak bakalan ketemu dan jatuh cinta sama Abang gue, rela lo?!"
Dan senyum bahagia akan menghiasi wajah Rhaya setelahnya. Hannah memang selalu dapat menenangkannya dengan caranya sendiri.
"Emang tadi Pak Bima bilang apa? Proposal lo kenapa nggak disetujui?" Hannah kembali bertanya.
"Gue disuruh ganti judul sama Pak Bima. Permasalahan yang mau gue bahas sudah terlalu umum katanya, dan udah banyak juga yang bahas. Tema yang gue ajukan juga kata beliau terlalu sederhana, Na." Rhaya mengerucutkan bibirnya. "Mau nangis nggak, sih?"
Hannah menatap iba, Rhaya. Ini sudah yang kesekian kalinya proposal Rhaya ditolak oleh Pak Bima.
"Sabar ya, Rhaya." Hanya kalimat penghiburan yang mampu Hannah ucapkan.
"Iya, Na." Rhaya mengangguk lemah.
"Lo mau ke mana sekarang? Lo mau ikut gue pulang atau dijemput sama Abang?"
"Dijemput, Abang."
Rhaya menghembuskan napasnya pelan kemudian kembali menelungkupkan kepalanya ke atas meja. "Pusing, Na," gumamnya pelan dan terdengar begitu lirih. Dan selagi Rhaya berusaha menenangkan diri, Tiba-tiba ia merasakan telapak tangan Hannah yang mengusap lembut kepalanya.
Rhaya semakin tenggelam dalam pikirannya.
"Rhaya ..." Hannah memanggil.
"Hmm ..." Rhaya bergumam pelan tanpa berniat sedikitpun mengangkat kepalanya dari atas meja kantin.
"RHAYA ...!!!"
"Apasih, Na." Rhaya mengangkat wajahnya dari atas meja kemudian seketika terdiam. Ia menatap Hannah yang berada di depannya kemudian segera mengalihkan tatapannya ke sebuah wajah yang tangannya masih berada di atas kepalanya.
"Abang ..." Rhaya menunduk malu. Wajahnya terasa panas, dan dengan kesal kakinya menendang Hannah di bawah meja.
"Aduh! Sakit, Rhay." Hannah melotot galak. "Kenapa lo malah nendang gue."
Abian tertawa pelan, tangannya menarik kepala Rhaya mendekat lalu mencium puncak kepalanya dengan lembut.
"Rhaya kenapa? Kok mukanya kusut gitu?" Tanya Abian lembut.
"Proposal Rhaya ditolak lagi, Bang," potong Hannah cepat.
"Ditolak?" Abian menatap Rhaya, tangannya terulur merapikan helaian rambutnya. "Emang apa alasannya? Apa topik yang kamu pilih terlalu umum, dan udah banyak yang jadiin skripsi ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Buku Kecil (COMPLETED)
RomanceAku menemukan nya tak sengaja, disuatu sore yg cerah, disudut jalan Braga. Sebuah bangunan berlantai 2 yang didalamnya penuh akan buku-buku dan komik yang begitu memanjakan mata. Toko Buku Kecil. Sebuah nama yang unik bukan. Di Toko Buku Kecil inila...