"Iam doing well"
"I haven't even skipped the meal"
"Time has just stopped"
"I don't even try to forget you, right"
"You were right"
"It was killing me"
"But i'm doing well in my way"
"Except that emptiness"
"Troubles me a little"
"I miss you a lot"
"When we walked together,"
"You held me"
"I miss your warm heart"Dark cloud -younha
***
Lila, dia ada di sana, duduk termenung di dekat jendela dengan dagu yang menumpu pada kedua lututnya. Untuk pertama kalinya, Lila terlihat begitu rapuh dimatanya. Khalila Atmadja, cinta pertamanya, wanita yang pernah memiliki seluruh hatinya, pusat semestanya dan wanita pertama juga yang hatinya terluka karenanya. Masih adakah cinta itu untuknya? Hubungan yang telah terjalin bertahun-tahun lamanya, bisakah menghilangkan rasa itu padanya? Bisakah tergantikan dengan perasaan lain yang baru dirasakannya beberapa bulan ini saja?
Abian hanya berdiri diam di mulut pintu Apartemennya dengan terus memandangi Lila tanpa sedikitpun beranjak dari tempat dia sekarang berada. Hatinya terasa begitu perih, dadanya begitu sesak dengan kedua mata yang terasa semakin memanas. Dia tau bahwa hatinya sudah memilih, pada siapa cintanya sekarang ingin dia tempatkan. Tapi, kenapa terasa sulit sekali untuk mengatakannya?Lila menolehkan kepalanya begitu menyadari akan kehadiran Abian. Prianya. Lila tersenyum miris, masih bolehkah dia menyebut Abian sebagai prianya? Pria yang masih sangat dicintainya sejak bertahun-tahun lalu hingga saat ini. Dia tercenung. Diam. Banyak hal yang ingin ditanyakannya, tapi mulutnya seakan terkunci tak mampu bersuara sedikitpun. Lila takut, ketakutan yang baru sekali ini dirasakannya, ketakutan akan sesuatu yang selama ini berusaha ditepisnya. Lila takut, jawaban dari pertanyaannya hanya akan membawanya pada sebuah kebenaran yang dia yakini akan membuatnya sangat terluka. Saat ini, dia hanya berusaha meyakini dirinya bahwa semua akan baik-baik saja, Abian masih terus menunggunya, mencintainya dan tetap menginginkannya ada di dalam hidupnya.
Dalam keheningan, mereka hanya terus saling menatap tanpa ada yang berbicara. Berusaha menyelami perasaan masing-masing melalui tatapan mata, hanya terus saling memandang dalam diam. Waktu seakan berhenti baginya, hanya terdengar detak lemah jantungnya dan suara nafasnya yang berhembus pelan. Ada rasa sakit yang begitu perih dirasakannya, haruskah dia merelakan pria yang sedang berdiri di hadapannya saat ini? Ataukah melakukan apapun yang dia bisa untuk mempertahankannya dan membuatnya kembali padanya. Abian Sastra, pria tampan yang dulu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan kehangatan.
Lila mengerjapkan-ngerjapkan matanya pelan, mencegah bulir-bulir bening yang ingin mengalir turun dari kedua matanya. Dadanya terasa begitu sakit, begitu perih, seolah ada yang tercerabut paksa dari dalam dadanya. Inikah akhirnya?Abian melangkah pelan menghampiri Lila yang saat ini juga tengah berjalan ke arahnya. Mereka saling berhadapan, saling menatap tanpa kata hingga akhirnya Abian bersuara..
"Lila, aku..."
"Jangan katakan apapun, Bi. Lila menggeleng cepat. "Jangan katakan apapun, aku mohon." Lila terisak, tangannya sudah memukul-mukul dada Abian pelan. "Jangan katakan apapun." Lila terus menggelengkan kepalanya.
"La..." Abian menyentuh lembut pergelangan tangan Lila.
Lila menatap pergelangan tangannya yang disentuh Abian dengan tatapan sendu. Lirih terdengar suaranya sambil menengadah menatap wajah pria tampan yang berada dihadapannya saat ini.
"Maaf..." dengan perlahan Lila melepaskan tangan Abian yang menahan lengannya.. "Aku pulang, Bi." Lila meraih tasnya yang tergeletak di sofa kemudian segera melangkah menuju pintu Apartemen, dan tanpa menoleh lagi, berjalan pergi meninggalkan Abian yang masih berdiri diam menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toko Buku Kecil (COMPLETED)
عاطفيةAku menemukan nya tak sengaja, disuatu sore yg cerah, disudut jalan Braga. Sebuah bangunan berlantai 2 yang didalamnya penuh akan buku-buku dan komik yang begitu memanjakan mata. Toko Buku Kecil. Sebuah nama yang unik bukan. Di Toko Buku Kecil inila...