Bab 15

23K 1.2K 49
                                    

                                   ***Warning : Mature Content! Di skip aja, ya, yang tidak berkenan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                   ***
Warning : Mature Content! Di skip aja, ya, yang tidak berkenan.

                                   ***

Rhaya merangkum pipi Abian dengan kedua tangannya. Sedikit menengadahkan kepala Abian, agar ia dapat semakin memperdalam ciuman mereka. Bibir Abian yang mengulum, melumat dan memagut bibirnya dengan pagutan-pagutan lembut, membuatnya berusaha untuk membalas setiap pagutan dan kuluman bibir pria itu, dan mencoba membelitkan lidahnya dengan lidah Abian dengan sensual.

Erangan keluar dari bibir Abian tanpa bisa ditahannya. Nafas mereka saling memburu dengan degupan jantung yang bertalu-talu semakin keras.

Abian semakin mengeratkan pelukannya. Ia mendekap Rhaya yang berada dipangkuannya dengan erat sehingga tubuhnya semakin menempel ke dadanya dan kedua pahanya yang semakin kencang menjepit paha Abian. Perlahan, jari jemari Abian membuka satu persatu kancing kemeja Rhaya dengan bibir yang masih saling melumat dan lidah yang saling membelit. Dengan gerakan lembut meloloskan kemeja Rhaya dari bahunya dan melemparnya asal ke lantai menyisakan hanya bra hitam berenda di tubuh bagian atasnya yang polos.

Abian melepaskan tautan bibirnya, matanya tak lepas menatap ke arah dua gundukan padat dan kenyal yang tepat berada di depan matanya. Dada yang bulat dan penuh yang menyembul seperti akan 'tumpah' dari bra hitam berenda, Rhaya. Seakan-akan bra yang dikenakannya sudah tidak mampu lagi menampung sepasang bukit indahnya.
Abian terpaku, Jantungnya semakin bergemuruh kencang dengan nafas yang semakin memburu.

Abian perlahan bangkit berdiri dengan tubuh Rhaya yang berada dalam gendongannya. Reflek Rhaya melingkarkan kakinya di pinggang Abian dengan kedua tangan yang melingkar erat di lehernya. Abian melangkah pelan menuju kamarnya dengan mata yang saling menatap dalam. Rhaya bisa melihat tatapan sayu dan penuh hasrat dari mata Abian yang seakan membakarnya. Ia gugup, dan Rhaya yakin, Abian pasti dapat merasakan kegugupannya.

Abian merebahkan tubuh Rhaya dengan lembut dan perlahan ke atas ranjang dengan tubuhnya yang menaungi tubuh Rhaya. Sebelah tangannya menumpu di sisi kepalanya dan sebelah tangannya lagi mengusap pipi Rhaya lembut. Menyusupkan jemarinya ke sela-sela rambut Rhaya kemudian dengan penuh kasih sayang mengecup keningnya mesra.

"Rhaya..." Abian mengusap perlahan bibir Rhaya yang sudah membengkak akibat ulahnya, wajahnya perlahan menunduk semakin dekat hingga Rhaya dapat merasakan hembusan hangat nafasnya. Bibir Abian kembali mengulum bibirnya lembut, menggoda bibirnya dengan pagutan-pagutan kecil agar lidahnya dapat menyusup masuk ke dalam bibirnya. Ciuman Abian perlahan turun menuju lehernya, mengecupnya lembut kemudian Menyesapnya dengan kuat.

"Abang..." Rhaya mengerang pelan, matanya terpejam dengan leher yang mendongak memberikan Abian akses lebih untuk semakin menjelajahi leher jenjangnya.

Abian kembali mencium bibir Rhaya rakus dengan tangannya yang perlahan menyusup ke balik punggung Rhaya dan segera melepaskan kaitan branya kemudian menariknya lepas dari tubuhnya. Matanya menatap dengan penuh gairah ke arah dua gundukan bukit yg membulat penuh, padat dan kencang dengan puncaknya yang sudah mengeras yang berwarna merah muda.
Sesaat, Abian terpana tanpa mampu bersuara sedikit pun. Dibalik kesederhanaan seorang Rhaya, tubuhnya benar-benar seksi dan menawan serta berisi di tempat-tempat yang tepat dengan lekukan-lekukan yang selama ini selalu tertutupi dengan kemeja, kaos dan hoodie nya.

Toko Buku Kecil (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang