Bab 23 (End)

24.7K 1.1K 54
                                    

                                   ***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                   ***

"Bi... udahan belom nih? Pegel ini kita berdiri di bawah tangga biar nggak ada yang naek ke atas." Ben ikut teriak. "Ini anak-anak dah pada ngantri mau naik loh, Bi! 5 menit lo ga turun, gue suruh pada naik ya mereka semua." Ben dan Hannah langsung melakukan tos sambil tertawa lepas.

Rhaya tersentak kaget begitu mendengar teriakan Hannah dan Mas Ben dari bawah tangga. Sontak ciuman mereka terlepas dengan nafas yang masih memburu tak beraturan. Abian menggeram pelan sambil memeluk pinggang Rhaya erat sambil berusaha menetralkan deru nafasnya yang masih memburu kencang. Ia benar-benar lupa kalau saat ini mereka sedang berada di Toko Buku Kecil. Hampir saja mereka melakukan hal yang lebih dari sekedar berciuman.

Rhaya yang merasa begitu malu memeluk Abian dengan erat sambil menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Abian. Ia yakin wajahnya pasti sudah memerah saat ini. Ia bisa mengingat dengan jelas kalau tadi ia bahkan mendesah dengan nggak tahu malunya. Ishh...

Abian tersenyum Sambil mengelus punggung gadisnya lembut. Ia bukannya nggak tau kalau Rhaya merasa begitu malu karena ciuman panas mereka barusan. Saat ini, ia bahkan yakin sekali kalau wajah gadisnya itu pasti sudah memerah sempurna sampai ke lehernya.

"Ya..." dengan gerakan lembut Abian melepaskan kedua tangan Rhaya yang memeluk lehernya.

Ditatapnya wajah Rhaya yang memerah dengan nafas yang masih memburu dan bibir yang sedikit bengkak akibat ciuman mereka tadi.

Rhaya yang ditatap dengan sedemikian rupa seketika merona. Perlahan, dengan gerakan malu-malu dan senyum yang terukir di bibirnya , ia mengulurkan tangannya mengusap lembut bibir Abian.

"Maaf kalau tadi Abang sedikit lepas kendali. Abang bener-bener lupa kalau sekarang kita sedang berada di Toko Buku Kecil." Abian meringis pelan sambil tangannya merapikan helaian rambut Rhaya yang sedikit berantakan karena ulahnya dengan sayang.

"Kita turun sekarang, ya?"

Abian menurunkan Rhaya dari pangkuannya lalu memeluknya selama beberapa saat sebelum akhirnya menggenggam jemari gadisnya dan membawanya turun ke lantai bawah di mana Hannah dan Ben sudah menunggu mereka sejak tadi.

"Mas... kita udah kayak apaan aja ya duduk di tangga kayak gini." Hannah terkekeh. "Kasian banget yang dari tadi mau naek, tapi kehalang sama kita berdua."

Ben terkekeh pelan. Emang dasar Bian dah gilak, suka nggak liat-liat tempat kalau mau mesra-mesraan. Tapi Ben bisa memahami kenapa Abian bersikeras buat melamar Rhaya di Toko Buku Kecil. Ia ikut bahagia melihat sahabatnya itu kembali menemukan seseorang yang dicintainya. Bian yang tampak menyedihkan setahun belakangan ini kini terlihat penuh akan binar-binar kebahagiaan.

"Sepertinya kamu bakalan keduluan Rhaya deh nikahnya, Na. Bian dah kebelet banget itu, bisa-bisa bulan depan dah langsung dinikahin itu Rhaya."

"Bukan sepertinya lagi, Mas. Emang udah pasti itu sih." Nana menghela nafas keras. "Yang pacaran lama siapa, yang nikah duluan siapa."

Toko Buku Kecil (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang