"Kok lo botak?" tanya Brian yang membukakan Shaka pintu."Gerah."
"Plontos," celetuk Doddy.
"Tadinya mau gitu tapi takut lo semua ngira gue tuyul," kata Shaka kemudian menaruh beberapa minuman kopi yang di bawanya.
Doddy tepuk tangan pelan dengan kekehan yang terkesan terpaksa, "Ayo Mas sedikit lagi kamu lucu."
"Makin kayak bapak-bapak," balas Brian.
"Bapak anak dua," balas Wildan.
"Nanti kan lo duluan yang jadi bapak-bapak," kata Shaka pada Wildan.
"Aamiin."
"Gue kira lo baru dateng malem," kata Jae yang baru keluar dari kamar mandi.
"Lagi enggak lembur gue," jawab Shaka.
Jae mendudukkan diri di karpet bawah, menyenderkan kepala pada sofa bersama yang lain. Jae mengamati teman-temannya yang sibuk sendiri kemudian tersenyum kecil. Jae sudah mengatakan pada teman-temannya bahwa dirinya sudah baik-baik saja dan tidak apa-apa jika mereka tidak datang untuk menemani, karena itu Jae sudah berani untuk kembali ke dunia hiburan tapi Shaka, Brian, Wildan dan Doddy tetap ingin menemaninya. Kata mereka masih mau pantau dulu dalam beberapa bulan untuk memastikan yang membuat Jae tertawa saat mendengarnya.
Jae menyadari satu hal, sekarang mereka jadi lebih sering berkumpul, benar-benar sering. Dulu sebelum Jae mengumumkan hiatus, mereka semua sibuk dan sangat sulit meluangkan waktu untuk berkumpul. Dulu juga, mereka pusing dengan pekerjaan dan beban masing-masing tapi sekarang semuanya berbagi keluh kesah bersama yang membuat beban pikiran menjadi lebih ringan, mereka bahkan sampai mengerjakan tugas kantor di kamar apartemen Jae.
Semenjak itu juga Jae jadi tau apa beban yang teman-temannya alami. Semua manusia mempunyai beban dalam hidup, hanya saja dengan porsi yang berbeda. Mungkin menurut Jae itu tidak berat tapi bisa saja menurut Shaka, Brian, Wildan atau Doddy itu berat. Jae jadi tau, setiap beban yang seseorang alami tidak bisa di sama ratakan dengan patokan dirinya sendiri.
Jae menatap Wildan untuk waktu yang sedikit lama tapi pikirannya bukan memikirkan Wildan yang sibuk dengan jari jemari yang menyentuh papan ketik laptop.
"Wil, pas lo lamar Milena gimana?" tanya Jae sambil meminum kopi pemberian Shaka.
"Gue lamar depan orang tuanya."
Jae menepuk dada karena sedikit tersedak, kopi yang baru saja masuk ke tenggorokannya seakan tersangkut.
"Serius lo?"
"Masa becanda, emang gue belum cerita?"
"Lo cerita mau lamar doang, prosesnya mah kagak," balas Brian.
Wildan menutup laptop, "Sebelumnya gue izin dulu sama orang tuanya, terus buat rencana ajakin Nana beli cincin yang gue bilang cincin itu buat Ibu gue padahal buat dia. Terus pas pulang gue anterin dia kan tuh, sampe rumah, gue, Nana sama orang tuanya makan bareng. Habis makan kita kumpul di ruang tengah, di situ juga gue lamar dia di depan orang tuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] For Us - DAY6 Jae ✔️
Fanfiction"Apa kabar?" Pertanyaan klasik tapi mampu membuat saya tidak berkutik setelah menjabat tangannya. Tangan hangatnya menggenggam tangan saya sembari memberikan senyuman. ✨ Kisah dari dunia "Time of Our Life" ✨ Before you read this story, please make s...