20. Dengan Dia : Jae bercerita.

278 33 0
                                    

Dengan dia, ada keinginan untuk menjalani setiap saat sepenuhnya, baik itu bahagia atau sedih, saya lebih suka menghabiskannya dengan tangan saya yang menggengam tangannya. Dengan tangan dia di tangan saya terasa sebuah kenyamanan. Dia membuat saya merasa aman di semua momen kehidupan sehingga kami dapat menghadapi dunia.

Dengan dia, ada kelengkapan yang menurut saya tidak ada dalam hidup saya sebelumnya, dia membawa ketenangan pada keadaan, dia membawa damai pada kehidupan.

Dengan dia, semua bagian yang hilang kini telah kembali satu ke tempat saya sekarang. Ketika sebelumnya hidup saya terasa seperti beban yang terus-menerus di pundak saya tapi karena dia ada, saya merasa kuat.

Dengan dia, dengan Kalea, di sisi saya.

Wanita itu benar-benar, deh.

"Panggil sayang coba ke Jae," suruh Shaka.

Lamunan saya buyar ketika mendengar suara Shaka. Selalu deh, ketika menatap Kalea dalam waktu yang lama entah kenapa pikiran saya malah melayang kemana-mana yang berujung buyar saat saya sedang asik.

"Hah?" Kalea menoleh, saya juga.

"Panggil sayang." ulang Shaka.

"Kenapa sih?" tanya Kalea.

"Lo berdua udah mau nikah kagak ada sayang-sayangnya, heran," balas Brian.

Kalea memperhatikan wajah kami satu persatu membuat saya mengulum bibir menahan tawa. Saya yakin di dalam hati, Kalea pasti sudah ngedumel sambil menahan malu.

"Sayang."

Suara Kalea sangat pelan tapi masih bisa saya dengar karena kami duduk bersebelahan.

"Aduh jantung gue," saya memegang dada.

Kalea tertawa, "Lagian kayak gue nggak pernah aja pake kata itu."

"Emang," jawab saya melirik Kalea.

"Coba jelaskan Kalea orangnya gimana, Mas. Kalea galak, ya?" tanya Wildan.

Saya kembali melirik Kalea yang ternyata Kalea sudah melihat saya seakan menunggu jawaban.

"Sedikit."

Wildan tertawa melihat ekspresi saya, "Gue yakin lo juga manja kan ke Kalea tapi Kaleanya ogah sama lo."

"Dia juga manja kok ke gue," balas saya mendengus mendengar jawaban Wildan.

Jelaskan, ya? Jika di suruh menjelaskan tentang Kalea, saya rasa akan panjang. Tidak apa-apa, ya?

Kalea, seorang wanita yang tetap memilih saya ketika semua orang bahkan enggan menoleh pada saya, menghina kehadiran saya dan menjauh disaat saya sedang rapuh. Seseorang yang membuat saya mengerti bahwa hari-hari terlalu berarti jika saya hanya sibuk mencari kesalahan diri sendiri. Seseorang yang menjadi alasan saya untuk tumbuh menjadi pria dengan versi yang lebih baik dari masa yang lalu.

Sampai sini dulu, ya? Nanti saya lanjutkan menjelaskan tentang Kaleanya, hehe.

Shaka, Brian, Wildan dan Doddy sudah pulang, meninggalkan saya dan Kalea di kamar apartemen saya. Kalea sedang berbaring di kamar tidur saya, dia bilang perutnya sakit karena sedang datang bulan hari pertama. Pantas saja tadi lirikan dia menyeramkan.

Saya yang sudah selesai membersihkan ruang TV membawakan teh hangat beserta kantung kompres untuk Kalea ke kamar. Saya melihat Kalea yang berbaring dengan ponsel di tangan, tapi raut wajahnya sesekali meringis.

"Masih sakit ya?"

Kalea mengangguk, "Pinggangnya pegel."

Saya duduk di pinggir kasur, "Hadap belakang, sini gue pijat."

[1] For Us - DAY6 Jae ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang