Setelah pertemuan kami untuk pertama kali setelah dua tahun, hidup saya berbeda setelahnya.Saya kira hanya mampir sesaat, ternyata tidak, saya kira dia sudah melupakan dan tidak tertarik, dan lagi-lagi tidak. Dia masih sama, dia, Jaeenan Pradipta, masih di sana untuk saya.
Saya tanya bagaimana kabarnya tapi dia menjawab tidak baik tanpa saya. Jika di tanya bagaimana perasaan saya kala itu, saya rapuh dan hancur. Saya masih ingat betul raut wajah Jae saat kami bertengkar hebat dan saya mengucapkan "Kita udahan aja ya."
Kala itu Jae tidak marah, dia hanya menarik saya ke dalam pelukannya sembari mengelus surai saya dengan lembut dan menanyakan apakah hubungan kami bisa di selamatkan atau tidak, baik saya maupun Jae tidak ada yang bisa menjawab. Saya meminta izin untuk pulang sendiri tapi Jae tidak mengizinkan dan bersikeras ingin mengatar saya pulang sampai rumah.
Bahkan saat saya sudah turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, Jae masih di sana, melihat kearah jendela kamar saya dari dalam jendela mobil miliknya.
Saya kira setelah dua tahun melewati semuanya bersama, kami sudah saling membuka diri dan kami akan bisa saling mencintai tanpa tapi, ternyata kami salah. Jae masih di sana untuk gadis dahulunya dan saya masih pada rasa tidak percaya diri di dalam diri. Semuanya terjadi begitu saja tanpa saya mengerti sepenuhnya, semua di luar kendali.
Dua tahun kami saling mengenal satu sama lain, dua tahun juga waktu yang sangat panjang untuk saya membangkitkan dia untuk pergi dari masa lalu, dan dua tahun waktu yang sangat panjang untuknya membangkit saya agar lebih percaya diri.
Dan lagi, dua tahun. Dua tahun kami berpisah adalah waktu yang sangat panjang untuk saya lewati setiap harinya dengan bayangan wajah Jae yang selalu ada di pikiran saya.
Saya kira setelah dua tahun dia sudah melupakan saya, ternyata tidak. Setelah dua tahun pun dia masih menunggu, dan lagi, dia menunggu tanpa saya minta dan tanpa keberatan.
Dan tepat hari ini, tepat dua tahun lewat satu hari kami bertemu kembali, entah dalam perasaan yang sama atau tidak dan tanpa rencana apapun kami duduk berhadapan di satu meja yang sama, duduk berhadapan di waktu yang sama.
Jae menyodorkan tangan di udara dengan kedua ujung bibir terangkat membuat saya membalas dengan hangat.
"Apa kabar?"
Saya tersenyum.
Pertanyaan klasik tapi mampu membuat saya tidak berkutik setelah menjabat tangannya. Tangan hangatnya menggenggam tangan saya sembari memberikan senyuman.
Kalau boleh saya bilang, senyum itu masih membuat saya kecanduan walaupun sudah lama tidak saya lihat untuk di konsumsi, senyum itu masih juga menjadi alasan untuk kedua ujung bibir saya terangkat tanpa permisi.
Saya, rindu Jaeenan.
"Baik, lo?"
Jae menggeleng kecil, "Engga baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] For Us - DAY6 Jae ✔️
Fanfiction"Apa kabar?" Pertanyaan klasik tapi mampu membuat saya tidak berkutik setelah menjabat tangannya. Tangan hangatnya menggenggam tangan saya sembari memberikan senyuman. ✨ Kisah dari dunia "Time of Our Life" ✨ Before you read this story, please make s...