07. Jae Sakit

453 53 0
                                    

Jae sangat suka pesan dan telepon saat yang tidak terduga, Jae senang mengetahui bahwa jika Jae tidak menanggapi pesan Kalea, wanita itu akan mengirimnya pesan lebih banyak membuat Jae akan tersenyum sepanjang hari. Jae suka teks selamat pagi dan selamat malam, Jae suka paragraf lucu yang membuatnya akan tertawa sepanjang malam dan akan membacanya berulang kali, Jae suka tindakan, membuktikan padanya bahwa dirinya penting dan istimewa.

Satu hal yang Jae ingat saat masa indah bersama Kalea adalah perkataan manis yang Jae katakan pada wanita itu, "I want you to stay with me, don't leave me, Kalea."

Perkataan yang sangat berbeda dengan kenyataan sekarang, mereka berakhir.

Jae membuka mata, pandangannya terasa berputar dan berat. Jae mengerang, merasakan pusing yang luar biasa. Pelipisnya berair, beberapa tetes berhasil keluar membuat wajah dan baju Jae basah karena keringat. Jae benci ketika sakit, merasa dirinya terasa lebih lemah dan membutuhkan seseorang. Seketika ingatan tentang Kalea bermunculan, membuat pikiran Jae makin terasa berat.



.



"Dot, telefon lo di angkat Mas Jae nggak?" tanya Brian masih dengan ponsel di telinga kanan.

Doddy menggeleng, "Gue belum ada telefon dia setelah seminggu lalu kita kumpul itu, bukannya dia di kamar, ya? Samperin aja."

"Daritadi gue telefon enggak di angkat, kemana ya? Gue mau anter makan," kata Brian melihat bungkus makanan di meja.

Doddy mengambil ponsel, membuka ruang chat grup Enam Kawan, jarinya sibuk naik turun menscroll layar ponsel beberapa kali, "Chat gue yang tiga hari lalu belum di bales, dia muncul di grup dua hari yang lalu. Mas Jae enggak ada bilang mau keluar juga sih," kata Doddy dengan mata yang masih pada ponsel.

"Seharusnya ada di kamar tapi enggak jawab terus."

Tanpa pikir panjang, Doddy beranjak keluar pintu menuju kamar Jae membuat Brian yang terkejut hanya mengikuti dari belakang, tidak lupa membawa kantung berisi makanan untuk Jae yang sudah Brian siapkan.


Doddy mengetuk pintu kamar Jae beberapa kali sementara Brian masih sibuk terus menelfon. Doddy menempelkan telinga kanan di pintu, mencoba mendengar keadaan di dalam dari luar. Doddy mengangguk yakin, "Fix dia ada di kamar, hapenya bunyi."

"Tapi enggak di angkat," balas Brian.

Sudah sepuluh menit Doddy mengetuk pintu dan Brian yang terus menelfon Jae tapi masih tidak ada jawaban dari dalam, Doddy yang mulai panik dan gelisah mengetok dengan pintu lebih kencang.

"Mas Jae buka!" teriak Doddy.

Sesekali Brian ikut mengetuk, "Duh ngapain sih di dalem sampe kagak di buka-buka."

Lima menit kemudian pintu terbuka membuat Brian dan Doddy dengan cepat membuka pintu lebar-lebar. Bahu keduanya melemas, menghela nafas lega karena Jae terlihat baik-baik saja.

"Lama banget sih buka pintu doang?!" sewot Brian.

Doddy mengamati, merasa ada yang aneh dengan penampilan Jae. Rambut berantakan, mata sayu, butiran keringat terlihat jelas di kening dan bibir pucat pasi.

"Kenapa?" tanya Jae terdengar parau.

Brian dan Doddy kembali menghela nafas kemudian masuk ke dalam mengikuti Jae dari belakang. Brian mengamati cara jalan Jae yang beberapa kali terlihat kehilangan keseimbangan membuat tangan Brian sesekali terangkat latah melihat Jae yang hampir jatuh.

Jae kembali ke kamar, menidurkan tubuhnya kemudian menarik selimut.

"Gue dari tadi telefon emang enggak denger? Hape lo mana sih?!" tanya Brian yang masih sewot ikut duduk di pinggir kasur.

[1] For Us - DAY6 Jae ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang