05. Satu Lantai

326 48 0
                                    

"Kalea?"

Kalea menghentikan pergerakan memutar kunci, menoleh dengan mata melebar, "M-mas Bri?"

Senyum Brian terangkat kemudian menghampiri. Brian mengamati Kalea, memegang kedua bahu Kalea kemudian memeluknya dengan hangat, menepuk sembari mengelus punggung wanita itu dengan lembut.

Kalea yang masih terkejut dengan keadaan hanya diam dengan pikiran kosong.

Brian melepas pelukan, "Lo apa kabar? Astaga gue kangen banget."

Kalea menyatukan alis, melihat Brian yang masih tersenyum lebar ke arahnya. Setelah Jae sekarang Brian, apakah semesta memang sengaja agar Kalea masih berhubungan dengan semua teman-teman Jae?

Brian mengerutkan dahi, "Kalea?"

Kalea mengerjap, "Kok bisa di sini?"

"Seharusnya gue juga nanya, kok lo di sini?"

Kalea meninju pelan bahu Brian, "Kan gue yang nanya duluan."

Brian tertawa, "Kamar gue di sebelah, mampir ke gue dulu yuk. Gue kangen banget mau ngobrol sama lo, keberatan ga?"

Kalea tersenyum, "Boleh."

Brian menarik tangan Kalea mengarah ke pintu kamarnya, Kalea hanya mengikuti dengan senyum tapi dalam benak Kalea muncul banyak sekali pertanyaan.



Keduanya sudah berada di ruang tengah apartement Brian, Kalea melihat sekeliling, ruang apartement Brian termasuk luas, ada ruang tengah, dua kamar tidur, satu kamar mandi, ruang dapur dan satu kamar lain berisi banyak alat musik yang Kalea bisa simpulkan mungkin studio mini.

Brian kembali dari dapur membawa dua minuman botolan kemudian duduk di samping Kalea.

"Lo apa kabar?" tanya Brian sembari membuka tutup minuman kemudian memberikan pada Kalea.

Kalea menerima kemudian mengangguk, "Puji Tuhan baik, Mas. Lo sendiri gimana?"

"Baik, gini-gini aja gue."

Kalea kembali mengangguk, meminum minuman pemberian Brian. Karena sudah lama tidak bertemu, pikiran Kalea terlalu bingung harus memulai bicara apa. Selama dua tahun, selain tidak bertemu Jae, Kalea juga tidak bertemu teman-teman Jae sesering dahulu, dalam dua tahun bisa di hitung jari berapa kali Kalea bertemu Shaka, Brian dan Doddy, tentu saja kecuali Wildan.

"Jangan canggung napa, kayak ketemu siapa aja lo," kata Brian menepuk-nepuk bahu Kalea.

Sentuhan Brian cukup membuat Kalea merasa lebih tenang. Kalea akui tadi bertemu Brian secara mendadak seperti ini cukup membuat dirinya terkejut dengan semesta, sebelumnya Jae, sekarang Brian, nanti siapa lagi? Semua terasa mendadak membuat Kalea jadi bingung sendiri.

Bunyi bel membuat kedua manusia itu menoleh, Brian bangkit dari duduk tapi Kalea menahan.

"Siapa?!"

Brian tertawa melihat reaksi Kalea yang sangat terkejut, "Tenang, bukan Mas Jae."

Kalea menatap Brian dengan datar kemudian melepas genggaman pada lengan Brian.

Bunyi bel berbunyi berkali-kali membuat Brian berdecak, "Sabar napa."

Brian membuka pintu, sementara Kalea mengintip dari balik bantal dengan jantung yang berdetak sangat cepat, takut.

"Lho Mbak Kalea?"

Kalea menghela nafas sangat panjang, tubuhnya yang tadi menegang lemas seketika karena jantungnya berdetak sangat cepat.

"Doddy!" pekik Kalea kemudian berdiri menghampiri.

Doddy merentangkan tangan dengan wajah sumringah. Kalea memeluk Doddy, menepuk punggung pria itu dengan lembut. Doddy mengelus kedua bahu Kalea dalam pelukan, sangat merindukan wanita ini.

[1] For Us - DAY6 Jae ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang