Kalea membuka netra perlahan, matanya berkedip berkali-kali melihat sekeliling mencoba mengumpulkan kesadaran. Beberapa detik kemudian Kalea membelalak, menyadari ini bukan kamar yang biasa Kalea lihat saat bangun di pagi hari. Kalea menoleh, nafasnya tertahan ketika melihat Jae yang masih tertidur tenang mendekap tubuhnya. Sapuan napas Jae yang mengenai wajah Kalea membuat jantungnya berdebar cepat.
"Gue baru bangun astaga," kata Kalea memegang dada.
Masih dalam dekapan, Kalea berusaha menyentuh kening Jae, mencoba mengetahui apakah panas di tubuh Jae sudah turun atau belum. Pergerakan Kalea membuat Jae ikut bergerak, perlahan netra Jae mulai terbuka, mengedip beberapa kali sembari mengumpulkan nyawa.
"Masih pusing?"
"Hm?"
"Masih pusing nggak?"
Jae menggeleng, malah mempererat pelukan pada tubuh Kalea membuat wanita itu kembali membelalak karena perlakuan Jae. Nafas Kalea tertahan, rasanya benar-benar membuat Kalea tidak bisa berkutik.
Pintu kamar tidur Jae terbuka membuat seluruh cahaya seolah menyerang dua jiwa yang masih berleha-leha di atas kasur. Jae maupun Kalea menyipitkan mata karena cahaya pagi yang terasa sangat terang menyerang wajah.
"Silau banget," kata Jae mencoba menutup pandangannya dan Kalea menggunakan telapak tangan.
"Astagfirullah, pagi-pagi mata gue udah berdosa ngeliat orang zina." Wildan berkacak pinggang.
"Astaga kalian ini berdosa banget," kata Brian yang muncul di balik punggung Wildan.
"Kok lo semua bisa masuk apart gue?" tanya Jae bingung.
"Gue tau password lo," jawab Wildan.
"Kok bisa?"
"Gue kan smart jadi tau. Ayo bangun dulu terus sarapan, Shaka sama Doddy udah siapin," kata Wildan kembali menutup pintu.
Kalea membalikkan badan memunggungi pintu kamar sembari menutup wajah dengan kedua tangan.
"Malu banget di lihat Wildan sama Mas Bri," kata Kalea pelan tapi masih bisa Jae dengar.
Jae menurunkan tangan dari wajah Kalea, melempar senyum pada Kalea yang wajahnya sudah merah seperti kepiting rebus.
Jae tertawa, "Sekarang yang sakit lo ya?"
Karena posisi keduanya masih di atas kasur dan tidak sejajar membuat Kalea harus mendongak untuk melihat Jae.
"Hah?"
"Muka lo merah."
Kalea memegang kedua pipinya, "Masa sih?!"
Jae yang sudah tidak tahan mencubit pelan hidung Kalea membuat Kalea mengaduh, terkesan pelan tapi menurut Kalea cubitan Jae cukup sakit.
"Sakit!"
"Lagian gemesin."
"JAE KALEA SARAPAN DULU! JANGAN NDUSEL-NDUSEL MULU." teriak Shaka.
Jae dan Kalea segera bangkit ketika suara Shaka yang terdengar kemudian ikut berkumpul di meja makan.
"HAH?" pekik Jae, Shaka dan Wildan bersamaan.
"Kok lo enggak cerita sih, Le?" tanya Wildan.
"Gue mau cerita cuman keburu ketemu Mas Brian duluan."
"Gue juga kaget pas tau dia tinggal di samping kamar gue, kebetulan yang lucu ya."
"Kok gue enggak pernah liat lo ya, Kal?" tanya Jae.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] For Us - DAY6 Jae ✔️
Fanfiction"Apa kabar?" Pertanyaan klasik tapi mampu membuat saya tidak berkutik setelah menjabat tangannya. Tangan hangatnya menggenggam tangan saya sembari memberikan senyuman. ✨ Kisah dari dunia "Time of Our Life" ✨ Before you read this story, please make s...