Ketika Dennis menginjakkan kaki di kantornya di Kepolisian Harmac sekitar pukul 9 pagi, Rick Boyden langsung menghampiri dan memberikannya kabar yang cukup menggembirakan.
"Permintaan surat perintah kita sudah disetujui, Cap!" serunya sumringah dan Dennis juga ikut tertawa lebar mendengarnya.
"Bagus! Apa kau sudah mengabari Agen Dalton dan Gibson?" tanya Dennis, mereka berdua berjalan beriringan menuju meja Dennis.
"Akan saya lakukan segera, Cap!"
Dennis langsung sigap memberikan instruksi kepada anggota tim-nya, "Baiklah, Rick. Kau lakukan itu. Lalu, Dento segera hubungi bagian administrasi untuk menggunakan mobil yang bisa memuat kita semua untuk perjalanan ke kota Xylite. Atlas, kau kordinasi dengan kepolisian kota Xylite!" Mereka semua langsung mengangguk mengerti dan bergerak cepat, mengerti betapa gentingnya situasi sekarang, terlebih karena tersangka utama mereka mempunyai alibi pada saat pembunuhan Hakim Agung terjadi.
Jikalau si pengacara tidak dapat memberikan petunjuk apapun, maka penyelidikan mereka akan kembali menemui jalan buntu sampai entah berapa mayat yang akan berjatuhan.
Rick kemudian menghampiri Dennis, "Sudah kusampaikan kepada dua agen itu dan mereka bilang, mereka akan stand by di sini."
"Hmm... itu aneh..."
"Sebenarnya mereka sudah mengabari Agen Raleigh mengenai perkembangan yang kita dapat sejauh ini dan Agen Raleigh memberikan instruksi untuk stand by di Harmac karena saat ini NIC sedang melacak jejak terakhir Cornell Vangal di sini," jelas Rick.
Jejak terakhir Cornell Vangal? Apa maksudnya?
Kemudian giliran Atlas yang menghampiri, "Kepolisian kota Xylite sudah dikabari dan mereka bilang akan menempatkan polisi patroli untuk mengawasi gedung dan rumah tempat si pengacara bekerja. Kita diminta untuk mengabari mereka ketika sudah memasuki kota."
Dennis menganggukkan kepala, sejauh ini semuanya berjalan lancar. Semoga keberuntungan tetap menaungi mereka.
Suara deringan telepon memecah pikiran Dennis, ketika ia mengangkatnya suara Dento langsung terdengar. "Baiklah, kami akan bersiap!" Ia menutup teleponnya dan langsung berkata, "Dento bilang kendaraan akan siap dalam 15 menit. Sebaiknya kita siap-siap dan mengambil perlengkapan sekarang!"
Dengan gerakan sigap, ketiga detektif itu langsung menyiapkan perlengkapan yang mungkin mereka butuhkan, termasuk senjata api dan rompi anti peluru yang wajib dikenakan. Antisipasi jika keadaan tiba-tiba memburuk. Dalam waktu kurang dari 10 menit mereka sudah memasukkan barang-barang mereka ke dalam van berkapasitas 7 orang. Rupanya Dento memilih mobil dengan mempertimbangkan Agen Dalton dan Gibson.
"Agen-agen NIC itu akan stand by di sini," info Dennis kepada Dento. "Maaf karena tidak memberitahumu lebih awal, tetapi dengan itu kita bisa mendapatkan mobil yang lebih besar, kan."
"Semuanya sudah siap?" tanya Rick, terlihat sangat bersemangat. "Ayo ke kota Xylite!"
Mobil van itu melaju keluar dari Kantor Kepolisian Harmac dan dari kejauhan, lebih tepatnya dari jendela lantai 10 gedung yang letaknya berseberangan dengan Kantor Kepolisian Harmac, RAT mengamati laju van itu dengan teropongnya.
Kemudian ia mengambil ponselnya, dengan lincah jemarinya mengetik pesan yang akan dikirimkan kepada mitranya, "Mereka sudah pergi. Berhati-hatilah."
***
"Agen Raleigh... Berkas yang anda minta sudah saya kirim ke email anda," ucap seseorang yang sedang bercakap dengannya di telepon.
"Terima kasih. Kerja yang baik," ucap Touya kemudian menutup teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOSPITAL WARD (M.O.D #2)
Mystery / ThrillerMasa lalu yang mengenaskan menjadi pengantar memasuki lorong-lorong suram Rumah Sakit Harmac. Dimulai dari tiga mayat yang menggantung di bawah langit subuh yang kelabu, Detektif Dennis harus menghadapi seorang pembunuh berantai yang berbeda dari bi...