Sirkus media.
Bisa-bisanya para televisi itu menyorot keluarga yang sedang berduka dan menangis terisak-isak, mempertontonkan mereka di televisi hanya untuk menyedot rating. Belum lagi pertanyaan-pertanyaan konyol yang mereka ajukan ditambah dengan jejak kotor Tahar Fassab yang diberitakan terus menerus. Media memang hal yang tidak pernah bisa menawarkan kemanusiaan jika ada berita kematian seperti ini.
RAT kembali menatap laptopnya, mengagumi hasil kerjanya yang bahkan tidak bisa dibedakan oleh para ahli di NIC. Dia merasa kasihan dengan suster yang menjadi kambing hitam untuk menutupi jejak klien mereka, tetapi suster itu pasti akan bebas dalam beberapa hari ke depan karena tidak ada bukti fisik.
Sekarang, sebagaimana diminta oleh mitranya, ia harus menyiapkan panggung selanjutnya. Dimulai dengan membuka sistem Rumah Sakit Harmac.
Beberapa waktu lalu ada sedikit "halangan" di sistem Rumah Sakit tersebut. Tampaknya NIC mulai bergerak dengan memperkuat dinding pertahanan sistem tersebut. Namun yang tidak mereka ketahui adalah ia sudah menanamkan programnya di sana, jauh sebelum keterlibatan NIC. Sehingga dinding setebal apapun yang memblokir jalan masuknya, tidak akan menghalanginya.
Hanya dalam beberapa suara ketikan keyboard ia dapat masuk ke sistem milik Rumah Sakit Harmac tanpa kesulitan berarti. Setelahnya, ia masuk ke data seorang pasien bernama Aria Razed untuk mengecek jadwal pemeriksaan untuk Aria Razed di Rumah Sakit Harmac yang sudah ia rencanakan dari jauh hari, pemeriksaan yang akan menuntun Aria Razed untuk bertemu dengan kliennya.
***
Ia tidak terbiasa dengan kebingungan.
Sepanjang yang ia ingat, Linda selalu berhasil memetakan masalah dan menemukan jawabannya. Namun, berkas-berkas yang diberikan oleh Tandy terkait dengan M Corp membuatnya bingung karena tidak satu benang merahpun yang dapat ditariknya menuju suster bernama Arni. Bahkan benang yang tipis sekalipun. Ditambah lagi telepon genggamnya sudah berdering-dering dan layarnya menunjukkan nama Dennis ataupun Rako.
Mereka pasti menagih janjinya untuk memberikan berkas ini kepada kepolisian seperti janjinya, pikir Linda. Namun, mana bisa ia memberikan berkas tersebut sementara ia belum bisa menemukan setitik jawaban yang dicarinya.
Waktu. Butuh waktu yang lebih lama agar ia dapat memaksimalkan pencariannya.
Sayangnya telepon genggamnya terus berdering dan ia tidak punya pilihan lain selain menjawabnya. Suara serak Dennis Rainder memasuki gendang telinganya.
"Waktu terus berjalan, Linda. Kau tahu kami hanya punya waktu 48 jam untuk menahan tersangka dan tanpa bukti fisik yang cukup ia akan bebas melenggang keluar," ujar Dennis, nadanya terdengar tidak sabar.
"Aku butuh waktu, Detektif Rainder! Berkas-berkas ini..." jawab Linda cepat, tetapi suara Dennis langsung memotongnya.
"Kalau begitu bawa berkas-berkas itu kemari, Linda! Beberapa mata tambahan akan membuat kita menemukan sesuatu lebih cepat!"
Itu masalahnya.
Linda tidak bisa membawa berkas-berkas itu begitu saja ke kepolisian. Begitu polisi mendapatkan sesuatu lebih dulu darinya yang bisa menjadi bukti yang akan dibawa ke pengadilan, ia tidak bisa begitu saja memberitakannya. Jaksa wilayah yang akan menangani kasus ini nantinya akan melakukan segala cara agar alat bukti itu tidak keluar di media. Hal itu merupakan kerugian besar baginya.
The Eyeball Hunter harus menjadi cerita yang dipublikasikan olehnya.
Jika memang Arni ini adalah the Eyeball Hunter dan teorinya benar, pasti ada sesuatu di berkas-berkas ini. Suatu petunjuk yang mengarah ke nama Arni. Tapi...
KAMU SEDANG MEMBACA
HOSPITAL WARD (M.O.D #2)
Mystery / ThrillerMasa lalu yang mengenaskan menjadi pengantar memasuki lorong-lorong suram Rumah Sakit Harmac. Dimulai dari tiga mayat yang menggantung di bawah langit subuh yang kelabu, Detektif Dennis harus menghadapi seorang pembunuh berantai yang berbeda dari bi...