Ketika Linda membuka matanya ia mendapati langit di luar jendela sudah gelap. Kamarnya juga temaram, hanya diterangi sinar tipis-tipis dari jendela di samping meja kerja-nya. Ia menggeliat, mengusap mukanya dan mencoba memproses segala sesuatunya. Sepertinya ia ketiduran ketika memeriksa berkas-berkas itu. Akhir-akhir ini kopi yang biasa ia minum tidak dapat menghentikan kantuknya, seringkali ia terbangun dan bahkan tanpa mengetahui kapan ia tertidur. Sepertinya ia harus mencari kopi lain dengan kafein yang lebih kuat.
Hal yang ia ingat terakhir kali adalah ia menemukan sesuatu yang sangat penting di berkas-berkas yang Tandy berikan kepadanya. Akhirnya ia menemukan titik terang, yaitu kesamaan para korban. Linda mendengus, tidak percaya ia mendapatkan kebenaran setelah komentar dari mantan tersangka.
Tidak, bukan "mantan", Arni masih tersangka untuknya.
Linda mengambil sebuah map berkas yang warna kuningnya sudah memudar. Map itu berisi berkas sebuah kejadian sepuluh tahun yang lalu, yang melibatkan Nay Irish dan Tahar Fassab. Di berkas tersebut juga disebutkan bahwa ada tiga orang saksi yang memberatkan pelaku, mungkin saja mereka adalah tiga berandal yang digantung di belakang rumah sakit. M Corp terlibat karena ternyata pelaku adalah salah satu pemilik toko di Nite Street yang dibakar oleh mereka karena sengketa lahan. Sebenarnya merupakan kasus yang terbilang lebih ringan daripada kasus korupsi para pejabat gendut di balai kota, tetapi ia tidak habis pikir dengan hukuman yang dijatuhkan.
Pasti masih ada sesuatu di balik kasus ini, Linda yakin itu. Tetapi, Linda tidak memiliki waktu yang banyak karena dari diagram kasus yang dibuatnya di papan tulis, ia bisa memprediksi siapa korban selanjutnya. Cepat-cepat ia mengambil ponselnya dan menekan nomor si tua Rainder untuk memberinya kabar.
Terdengar beberapa kali nada sambung sebelum suara serak Rainder terdengar di telinga Linda, "Kukira aku tidak akan mendengar apapun darimu, Linda."
"Hai, Pak Tua dengar. Kau tidak perlu bertanya, tetapi kau harus cepat-cepat menemui Hakim Agung Aria Razed."
"Ha?"
"Hakim Agung Aria Razed, aku rasa dia adalah korban selanjutnya The Eyeball Hunter!" seru Linda, mulai tidak sabar dengan otak tua detektif itu.
"Kau benar-benar tidak tahu atau sedang bercanda?" tanya si tua, nadanya agak mengejek dan membuat Linda sedikit jengah.
"Bukan waktunya bercanda, Pak Tua! Hakim Agung..."
"Dia sudah tewas!" seru Dennis sebelum Linda menyelesaikan sentakkannya.
Hening. Dahi Linda berkerut dan ia menggelengkan kepalanya ketika bereaksi atas pernyataan Dennis. Sampai akhirnya ia menarik nafas panjang untuk mengembalikan pengendalian dirinya. "Apa? Tewas? Kapan? Ia dibunuh The Eyeball Hunter?"
"Wah, aku terkejut kau tidak mengetahuinya. Pantas batang hidungmu belum berkeliaran di markas."
Dengan saluran telepon yang tetap tersambung, Linda melangkah cepat, mengambil remote TV dan menyalakannya lekas. Benar saja, semua saluran berita sedang menayangkan peristiwa tewasnya Hakim Agung Aria Razed. Seorang penyiar berita dengan rambut bob megar membacakan bahwa Hakim Agung Aria Razed ditemukan tewas petang ini di Rumah Sakit Harmac ketika sedang melakukan CT Scan untuk medical checkup. Ia ditenggarai dibunuh oleh The Eyeball Hunter karena jasadnya ditemukan tanpa bola mata.
Mulut Linda terasa kering, kemarahan menumpuk di dadanya hingga terasa sesak. Padahal ia sudah menemukan kesamaan para korban dan mestinya ia bisa menyelamatkan Hakim Agung itu jikalau saja ia tidak ketiduran. Ia mengepalkan tangannya, mencoba menahan kemarahan dan penyesalannya yang sudah hampir mencuat keluar.
"Linda, kau masih di sana? Jika tidak ada yang ingin..."
"Ada!" jawab Linda cepat sebelum Dennis sempat menyelesaikan kalimatnya. Ia geram, ia benar-benar kesal kepada dirinya sendiri karena tidak bisa mencegah sesuatu yang seharusnya bisa ia cegah. Oleh karena itu, ia berniat untuk menebusnya. "Aku sudah menemukan kesamaan para korban dan aku rasa aku sudah tahu siapa The Eyeball Hunter sebenarnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOSPITAL WARD (M.O.D #2)
Misteri / ThrillerMasa lalu yang mengenaskan menjadi pengantar memasuki lorong-lorong suram Rumah Sakit Harmac. Dimulai dari tiga mayat yang menggantung di bawah langit subuh yang kelabu, Detektif Dennis harus menghadapi seorang pembunuh berantai yang berbeda dari bi...