Distrik merah Harmac terkenal dengan pemandangan yang memuaskan kaum Adam. Bahkan untuk yang berselera berbeda sekalipun. Wanita-wanita di distrik merah Harmac terdiri dari berbagai macam tipe, ras dan warna kulit.
Ada yang memiliki kulit putih kekuningan, bermata kecil, bernuansa oriental ataupun kulit putih kemerahan dengan warna mata terang dan bertubuh bongsor. Ada pula yang berwarna kulit gelap, seperti cokelat karamel yang memiliki buah dada dan bokong besar. Apapun yang dicari oleh kaum pria yang hendak memuaskan nafsu mereka, distrik merah Harmac menyediakannya. Tinggal mencari orang yang tepat untuk menyediakan kebutuhan itu.
Seorang pria gemuk berumur awal 40-an berjalan tertatih-tatih menyusuri lorong. Ia akan menemui seseorang yang disebut Blue Lily, penguasa distrik merah Harmac. Ia ingin menemui Blue Lily untuk melayangkan protes karena wanita kesukaan dan langanannya sedang tidak berada di Harmac sehingga ia harus puas dengan layanan wanita lain.
Pria itu memasuki sebuah ruangan bercat putih yang dihiasi tirai merah, di tengah-tengah ada meja kecil untuk dua orang berwarna hitam mengkilat. Ia duduk dengan susah payah karena bokong dan perut gemuknya. Memposisikan dirinya yang besar di kursi sekecil itu sungguh sulit. Ia bertanya-tanya kenapa Blue Lily yang sudah mengenalnya sekian lama malah memberikannya kursi sekecil ini.
"Tuan Tahar Fassab!" sebuah suara muncul dari balik tirai merah. Seorang pria berpakaian wanita, lengkap dengan riasan wajah, gincu merah menyala, sepatu berhak tinggi dan gestur feminine memasuki ruangan itu. "Senang sekali menyambut anda di sini!" serunya sambil duduk dan menyilangkan kaki di depan Tahar.
"Jangan basa-basi, Madam!" sentak Tahar tidak ramah, dagunya yang bergelambir bergoyang-goyang. "Aku mau wanitaku! Kau tahu hari ini jadwalku, kenapa ia tidak ada?!?"
Blue Lily mengaitkan jemarinya di depan wajahnya, ia memainkan bulu mata palsunya yang lentik. "Maafkanlah kami ini Tuan Fassab. Karina, wanitamu, tiba-tiba sakit keras dan harus kembali ke kampung halamannya. Tenang saja kami sudah menyiapkan penggantinya yang bahkan lebih baik dari Karina," ucapnya centil, mengibaskan jemarinya yang lentik dan berpulas warna kuning terang kepada Tahar.
"Ha? Benarkah? Apakah kau yakin ia bisa menangani pecutku?" tanyanya, merasa ragu, alisnya berkerut-kerut di atas matanya yang kecil.
"Tentu saja yakin, Tuan. Apakah Blue Lily pernah mengecewakanmu?" tanyanya.
Senyum lebar menghiasi wajah gemuk Tahar Fassab.
***
Sudah hampir sepuluh tahun Blue Lily tinggal di distrik merah Harmac. Ia memulai karirnya dari melayani pria-pria homoseksual sampai suatu ketika ia mulai berbincang dengan Blue Lily yang sebelumnya, yaitu seorang wanita paruh baya pencandu ganja. Tangannya menghitam karena terlalu sering menggulung daun ganja di dalam kertas tipis. Dan, ia tahu wanita itu akan mudah diajak bicara jika selinting ganja dengan asap tipis sudah mengepul di tangannya.
"Bagaimana jika aku ingin menjadi penerusmu?" tanyanya, di suatu malam yang panas dengan dikelilingi botor bir.
Wanita paruh baya itu hanya meliriknya dan mengangguk-ngangguk. Ia diam sejenak, menghisap ganjanya sekali dua kali dalam diam sebelum akhirnya berkata, "Kenakan pakaian wanita mulai besok dan temani aku kemanapun aku pergi."
Itulah awal mulanya. Ia menemani wanita tua itu kemanapun, mulai dari menemui klien, melakukan seleksi atas wanita-wanita atau pria-pria yang dibawakan oleh para anak buahnya sampai melakukan pengiriman atas satu tas besar yang berisi uang keamanan setiap bulannya. Itu jugalah awal mulanya ia mengenakan pakaian wanita dan merasa nyaman dengan itu.
Beberapa tahun setelahnya, wanita tua itu akhirnya tewas. Ia over dosis ketika mencoba menghisap heroin dengan hidungnya, bubuk putih itu menghiasi wajahnya yang kaku dan mengeras. Sebagaimana diwasiatkan, ia ditasbihkan menjadi Blue Lily yang baru. Tentu saja tidak tanpa pergolakan, namun mengikuti wanita tua itu kemanapun ketika ia masih hidup mempunyai keuntungan tersendiri. Dengan bantuan salah satu kenalannya, ia mengetahui para penolaknya sekarang terbujur dengan kulit yang mengkerut di dasar laut dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOSPITAL WARD (M.O.D #2)
Mystery / ThrillerMasa lalu yang mengenaskan menjadi pengantar memasuki lorong-lorong suram Rumah Sakit Harmac. Dimulai dari tiga mayat yang menggantung di bawah langit subuh yang kelabu, Detektif Dennis harus menghadapi seorang pembunuh berantai yang berbeda dari bi...