Thirteenth Body

376 83 9
                                    

*WARNING : EXPLISIT CONTENT"
Kebijakan pembaca diperlukan.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saat ia memasuki gang kecil di belakang Rumah Sakit Harmac, hujan deras sedang mengguyur sehingga langkahnya menimbulkan suara berkecipak yang berisik. Ia sedikit berlari karena saat itu ia hanya mengenakan jaket kulit bertudung, tahu bahwa payung hanya akan memperlambat langkahnya. Ketika menjejakkan kaki di tempat yang sudah beratap ia melihat sekilas garis polisi yang mengelilingi tempat kejadian perkara. Tempat di mana ia menggantung tiga orang keparat itu. Segaris senyum langsung menghiasi wajahnya.

Namun, tidak ada waktu untuk bernostalgia dengan sentimen menyenangkan itu. Mereka sudah berkata kepadanya agar siap sedia di panggung selanjutnya pada pukul 2 pagi. Jam tangannya menunjukkan pukul setengah satu, ia masih punya waktu sekitar 30 menit untuk bersiap-siap.

Pintu belakang rumah sakit terbuka dan ia melangkah masuk, membiasakan matanya dengan cahaya putih temaram. Air menetes-netes dari ujung-ujung jaketnya, sepatu bot-nya mengeluarkan rembesan air yang membasahi lantai rumah sakit. Matanya melihat sekelilingnya yang sunyi dan sepi. Ia dikelilingi oleh tembok gompel dengan cat yang mengelupas, bau antiseptik yang sangat kentara, lampu-lampu neon putih yang berkerlap-kerlip dan lantai keramik putih yang bernoda kecokelatan. Sisi rumah sakit yang benar-benar tidak terurus.

Dengan berhati-hati ia memeriksa sekeliling sebelum ia melangkahkan kaki. Meskipun mereka meyakinkan bahwa ia tidak perlu mengkhawatirkan CCTV, ia tetap merasa harus berhati-hati. Ia tidak ingin tertangkap sebelum menghilangkan nyawa semua orang yang berada di daftarnya.

Setelah memastikan bahwa dirinya aman, ia kembali bergerak. Sesuai instruksi mereka ia memeriksa keranjang yang berada di dekat pintu. Di dalamnya ia menemukan sepasang pakaian operasi dan sepatu olah raga berwarna putih serta masker dan penutup kepala. Pada lipatan baju itu ia menemukan selembar kertas yang berisi sebuah pesan, diketik dengan komputer.

"Pakai ini dan tinggalkan bajumu di sini. Kami akan mengurusnya."

Ia mengangkat alis. Organisasi ini benar-benar bisa bertindak selangkah di depan. Seolah-olah mereka tahu bahwa hari ini akan hujan sehingga pakaian dan sepatu basah akan meninggalkan jejak. Mereka mampu membaca pikiran dan memperkirakan gerakannya.

Dengan cepat ia bergerak mematikan lampu di selasar itu, tidak ada waktu untuk mencari kamar kecil untuk mengganti baju tentu saja. Lebih baik ia melakukannya di tempat. Ia membuka jaket basahnya, lalu baju dan celananya serta sepatunya dan menggantinya dengan pakaian yang telah disiapkan itu. Sebelum ia melemparkan semua itu ke keranjang, tidak lupa ia mengambil pisau tipisnya dan menyelipkannya ke dalam kantung celana.

Kemudian ia memakai maskernya dan berjalan menyelusuri selasar usang itu, berusaha agar tidak menimbulkan bunyi. Dilihatnya lampu yang menunjukkan arah tangga darurat dan mengarah ke sana. Sesuai dengan instruksi yang ia baca, ia menapaki tangga menuju ke lantai 4. Tangga darurat hanya diterangi satu lampu sorot di setiap pertengahan tangga, sehingga tampak gelap dan suram. Ia tidak berpapasan dengan siapapun ketika sebuah papan menunjukkan angka 4. Ia keluar dari tangga darurat, menemukan lorong kosong yang nyaris tidak terdapat cahaya. Hanya ada lampu kotak berwarna merah yang kerlap-kerlip di ujung lorong.

Bau disinfektan tercium tajam di lantai ini sehingga membuat ia menduga-duga bahwa di lantai inilah terdapat ruang operasi. Dan, kotak merah yang berkedip di ujung lorong adalah pintu menuju ke sana.

"Panggung pertunjukkan yang selanjutnya..." bisiknya kepada dirinya sendiri.

Ia memasukkan tangan ke dalam saku celananya dan menggenggam pisau di dalamnya erat-erat. Jantungnya kembali menimbulkan detak kencang dan cepat, berlawanan dengan langkah kakinya yang lambat namun cermat. Nafasnya memburu, adrenaline di dalam dirinya membuncah seiringan dengan amarah dan dendam yang mengaliri seluruh pembuluh darahnya.

HOSPITAL WARD (M.O.D #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang