Ketika sampai di ruangan Belix dan Hiddleman, mereka mendapati Agen Dalton dan Agen Gibson sudah ada di sana. Tidak seperti kemarin, wajah mereka hari ini tampak sumringah meski waktu sudah mendekati jam 10 malam.
"Kalian semua sudah makan malam? Perlu kami pesankan pizza?" tanya Agen Dalton ketika menyambut kedatangan Dennis dan timnya.
"Ah, ya kami sudah makan malam. Terima kasih tawarannya," deham Dennis, tidak terbiasa dengan kebaikan agen-agen NIC sebab biasanya agen-agen NIC selalu minta dilayani macam-macam oleh polisi lokal.
"Terlambat, Cap. Aku sudah pesan beberapa kotak pizza barusan," kekeh Agen Gibson. "Sebab malam ini akan menjadi malam yang panjang. Aku ingin tubuhku mempunyai asupan gizi yang cukup."
"Malam yang panjang?" Dento tercengang.
Para agen NIC itu saling berpandangan sebelum Agen Dalton berbicara, "Tadi, kami juga sudah melihat rekaman kesaksian si bodyguard dan dokter. Mengejutkan, tapi menggembirakan." Agen Gibson mengamini perkataan Agen Dalton dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.
Dalam hati, Dennis juga menyetujui perkataan Agen Dalton. Setidaknya mereka menemukan suatu titik terang sekarang. Ditambah dengan informasi yang ia dapatkan mengenai Cornell Vangal, penyelidikan ini mulai menuju ke arah yang benar.
"Kami juga sudah melaporkan ini ke Agen Raleigh dan ia bilang Detektif Dennis pasti sudah mempunyai rencana selanjutnya. Benar begitu, Cap?" tanya Agen Dalton.
Semua mata kemudian menuju ke arah Dennis, termasuk Belix dan Hiddleman yang memasang raut ingin tahu. Diperhatikan seperti itu, Dennis mengusap tengkuknya dan sedikit salah tingkah. Ia berdeham, seolah-olah tenggorokkannya terasa gatal padahal tidak, "Sebelum itu, lebih baik kita melihat CCTV Rumah Sakit pada saat kejadian, jadi kita bisa melihat gambarannya secara lengkap."
"Ah, ya... benar, kau benar..."
"Baiklah!" seru Belix, menepukkan tangannya karena ini saatnya ia beraksi. Ia kemudian memberi pandangan penuh arti kepada para detektif dan agen yang ada di ruangan itu. "Sekali lagi, hari ini adalah hari keberuntungan!"
"Tidak ada rekayasa apapun di CCTV-nya. Bahkan NIC juga sudah mengkonfirmasinya!" Hiddleman tampak semangat.
Keberuntungan demi keberuntungan. Lama-lama Dennis jadi ngeri sendiri. Meskipun ia senang, biasanya keberuntungan beruntun diikuti dengan kesialan yang luar biasa.
"Baiklah... Ini rekaman di lorong ruangan CT Scan antara jam setengah 4 sampai jam 5. Kalian bisa melihatnya sendiri." Hiddleman kemudian memencet tombol "play" dan video diputar dengan 3 kali kecepatan, jari telunjuk-nya kemudian stand by di tombol "pause".
Di layar kemudian terlihat sosok Hakim Razed, bodyguard-nya dan Dokter Nevin di luar ruangan CT Scan, mereka memasuki ruangan itu ketika jam CCTV menunjukkan pukul 3:37 PM. Terlihat si bodyguard bersiaga di luar ruangan, tepat di depan pintu yang dimasuki oleh Dokter Nevin dan Hakim Razed.
Kemudian, 20 menit kemudian keluarlah perawat yang disebutkan di kesaksian si bodyguard. Semuanya menahan napas, menatap layar lekat-lekat. Tanpa diperintah, Hiddleman menekan tombol "pause" dan kemudian hening.
Mulut Dennis terasa agak kering ketika mengatakan, "Ya, kalau dilihat dari sini, tidak salah perawat itu memiliki postur seorang wanita." Ia memeriksa berkas di tangannya, lalu melnjutkan, "Dengan begini, kesaksian bodyguard dan dokter Nevin dapat dikonfirmasi."
"Apakah setelah ini tidak ada kamera yang merekam wajahnya dari depan?" tanya Agen Gibson.
"Jadi..." Hiddleman menekan tombol play, "Tersangka kita berjalan lurus sampai ujung lorong dan kemudian berbelok ke kiri." Kemudian, jarinya dengan lincah menari di atas keyboard, "Ini adalah rekaman kamera di lorong tersebut."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOSPITAL WARD (M.O.D #2)
Misteri / ThrillerMasa lalu yang mengenaskan menjadi pengantar memasuki lorong-lorong suram Rumah Sakit Harmac. Dimulai dari tiga mayat yang menggantung di bawah langit subuh yang kelabu, Detektif Dennis harus menghadapi seorang pembunuh berantai yang berbeda dari bi...