10🕊

233 23 13
                                    

ASSALAMUALAIKUM

*****

Setelah simulasi selesai kelas menjadi riweh, semua murid mengomel-ngomel tidak jelas. Bisa dibilang hampir menjadi orang gila. Sedangkan Tania dan Hanna merasa santai tak ikut mengoceh seperti teman yang lainnya.

Iya jelas, mereka berdua sudah tahu soal simulasi. Seharusnya nilai mereka bisa bagus dari yang lain.

"Pinter juga lo," bisik Hanna.

Tania hanya nyengir. Dia bersyukur mempunyai suami seorang guru di sekolahnya.

Daripada mendengar ocehan mereka Tania memutuskan pergi ke taman sekolah bersama Hanna. Niat mau ke kantin, tapi pasti juga riweh.

"Gue optimis banget dapet niali tertinggi," ucap Hanna girang.

Sedangkan Tania hanya diam tanpa merespon sedikit pun. "Kok lo diem?" tanya Hanna.

"Karena aku yakin. Pasti aku yang dapet nilai tertinggi, wlekk." Tania menjulurkan lidahnya, mengejek Hanna dan berlari lebih dulu.

"Awas lo Tania!" Hanna mengejar Tania, ingin membalaskan dendam karena tidak terima dengan ejekan Tania.

Bug.

"Kenapa lari?" tanya Dito. Sekarang ada di hadapan Tania. Mereka saling tatap satu sama lain. Tak banyak murid yang melihatnya.

"A-anu itu_"

"TANIA!" panggil Hanna.

"Kak aku pergi dulu, dahh," ucap Tania lalu pergi meninggalkan Dito. Dito menatap kepergian Tania dengan tanda tanya. Ada apa dengan dia?

Hanna yang mengetahui keberadaan Dito hanya melihatkan senyum sekilas lalu pergi.

*****

Tania dan Hanna sudah baikan meski ada adu mulut sebelum mereka baikan. Mereka mudah untuk meperbaiki sebuah masalah, satu di antara mereka pasti ada yang mengalah. Sadar kalau mereka sudah dewasa.

Sekarang mereka berada di suatu mall di Jakarta. Letaknya tak jauh dari sekolah mereka. Jadi mereka mampir ke sana untuk hiburan, lebih tepatnya menghabiskan uang.

Hanna mengajak Tania untuk pergi ke salah satu toko baju. Katanya ingin membelikan baju untuk kado mamanya. Anak sholeh.

Di dalam toko terlihat seorang perempuan yang mereka sangat familiar betul. Ya, dia Bu Bunga guru Bahasa Indonesia mereka di sekolah.

Sebelumnya mereka tak mau menyapa karena Hanna tau ia mantan dari Dito. Di sini yang merasa tidak enak adalah Hanna bukan Tania. Padahal jelas yang bersangkutan adalah Tania. Tetapi diririnya hanya biasa saja. Seolah Bu Bunga hanya debu yang lewat.

"Bu, di sini juga?" tanya Hanna. Dalam hati ingin meremas, Hanna sangat anti dengan namanya mantan. Walaupun tidak ada masalah tetap saja mantan itu setan menurutnya.

"Kalian? Ini saya mau beli baju buat orang tua," ucap Bunga.

Hanna menatap Tania seperti bilang 'oh'

"Ohh gitu, lalu ibu sama siapa ke sini?" tanya Hanna.

"Sama temen," jawab Bunga. "Itu dia." Lelaki itu mendekat, Tania dan Hanna yang membelakangi mereka pun sontak membalikan tubuh kaget akan kehadiran orang itu. "Kok Pak Dito?" tanya Hanna tak habis pikir akan semua ini. Rasanya ia lebih kesal ketimbang kekesalan Tania.

"Han, mending kita ke sana. Takut ganggu," ucap Tania menarik tangan Hanna. Sakit rasanya melihat suaminya menemani perempuan lain ke mall, berduan pula. Meskipun hanya perjodohan, namun Tania tetap saja menganggap hal ini serius bukan mainan. Rasa cintanya ke Dito semakin ke sini semakin besar, tak bisa ia pungkiri lagi kalau ia benar sudah jatuh cinta kepada Dito.

TEACHERBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang