ASSALAMUALAIKUM
KALIAN BACA PART INI JAM BERAPA?
*****
Sekarang Tania terbaring lemah di rumah sakit. Dia tenggelam di danau, untung saja Dito cepat menyelamatkan Tania. Kalau tidak nyawa Tania bisa tak tertolong alias meninggal dunia.
Dito sangat cemas dengan keadaan Tania yang belum sadarkan diri. Terlihat dia yang sedang mondar mandir di ruang tunggu. Memang sewajarnya begitu, suami mengkhawatirkan istrinya yang sakit.
Sudah ada sekitar dua jam lebih Dito menunggu Tania sadarkan diri. Namun, belum ada tanda-tanda Tania sadar.
Dito menunggu Tania sendiri di rumah sakit. Dito sengaja belum memberi kabar kepada kedua orang tua Tania. Supaya mereka tidak cemas. Lagipula sudah ada Dito sekarang yang menjaga Tania.
"Keluarga pasien?" tanya Dokter yang baru saja keluar dari ruangan Tania.
"Saya suaminya, Dok."
"Baik, pasien sudah sadarkan diri. Tapi tolong jangan banyak mengobrol dengan pasien. Pasien masih butuh istirahat," ucap Dokter itu.
"Baik dok."
"Saya permisi, masih banyak pasien yang harus saya tangani."
"Silahkan, terimakasih dok."
Setelahnya Dito masuk ke dalam. Melihat kondisi Tania saat ini membuat Dito merasa bersalah. Ini juga kesalahan Dito yang tidak mengejar Tania saat di mall. Hanya penyesalan sekarang.
"Udah baikan?" tanya Dito. Tapi sepertinya Tania masih marah dengannya. Ia tidak menjawab pertanyaan Dito dan memilih untuk mengabaikannya.
"Makan ya?" tanya Dito kembali.
Tania menggelengkan kepala.
Dia tidak mau ada Dito di sampingnya saat ini. Hatinya masih merasakan sakit yang belum kembali utuh. Masih dengan keadaan retak.
Tania memandang langit-langit kamar rumah sakit. Lebih menarik daripada Dito, suaminya.
"Aku minta maaf atas kejadian tadi, itu_" ucap Dito dipotong oleh Tania. "Apa? Emang kakak cuma anggap ini mainan kan? Sedangkan aku dengan bodohnya menganggap hubungan ini serius."
"Aku_" Sekali lagi Tania memotong ucapan Dito. "Kakak pergi dari sini! KELUAR!" ucap Tania lantang.
"Aku tetap akan di sini," ucapnya.
"Aku bilang keluar ya keluar! Kakak gak punya telinga?" Tania tengah emosi sekarang. Padahal ia sedang sakit, namun kekuatannya untuk marah sangat besar. Membuat Dito harus keluar, supaya Tania tenang dahulu.
"Baik, kalo ada apa-apa panggil aja. Aku di depan jagain kamu," ucap Dito lalu keluar dari ruangan.
Sekarang Tania tenang tanpa keberadaan Dito di sampingnya. Meski ia tahu Dito ada di luar ruangan menunggunya. Tapi seengaknya tidak di dalam ruangan. Tania sangat muak melihat wajah Dito. Wajah cowok munafik!
Tidak patut untuk dipandang. Seharusnya haram.
Apa semua cowok memang tidak ada yang menghargai perasaan perempuan sedikit pun? Dengan teganya mereka menyakiti. Hanya manis di awal, pahit di akhir. Sangat biasa, banyak terjadi di kalangan remaja saat ini. Bukan penipuan barang online, melainkan cowok brengsek!
Tania memang pernah jatuh cinta dulu. Tapi rasanya tidak sesakit ini. Apa dia memang sudah dalam jatuh dalam hubungan ini? Apa tak bisa ia bangkit lagi dan melupakan?
Gak! Dia sudah terjerumus di status pernikahan. Jalan satu-satunya pasti tak jauj dari kata cerai bukan? Big no!
Dia cukup berpikir lama soal pemecahan masalah ini. Dan memutuskan untuk tidak terlalu terjerumus lagi. Artinya ia akan melupakan, tepatnya tidak terlalu baper dengan hubungannya.
"Aku yakin aku sanggup, meski berat hiks," ucap Tania disertai tangisan. Dia perempuan yang mudah menangis jadi sudah tidak diragukan kalau menangis dengan mudah.
Tania berkeinginan untuk mengambil air putih di samping ranjangnya.
Pyar...
Gelas Tania pecah. Dito yang mendengar suara gelas pecah secepat kilat masuk ke dalam ruangan tanpa izin Tania.
Tania yang melihat kedatangan Dito tak acuh. "Kenapa tadi gak minta tolong?"
"Gak perlu," ketus Tania.
Dito menghela napas kasar. Dia harus sabar saat ini menghadapi Tania. Kalau ia lawan pasti akan semakin memburuk bukan membaik. Hanya mengalah jalannya saat ini.
"Mau minum?" tanya Dito. "Gak! Bisa sendiri," ucap Tania lalu mengambil botol minum. Tetapi tanganya tidak sampai.
Dito yang peka pun mengambilkannya. Walau Tania sempat menolak. Saat Tania menerimanya pun masih dengan wajah kesal. Tak ada kata terimakasih yang terucap dari mulut Tania.
*****
Tania sudah dibolehkan pulang tepat jam delapan malam. Di dalam mobil suasana sangat canggung. Tidak ada obrolan antara mereka berdua. Saling mendiamkan.
Tania memilih untuk memainkan gantunga squishy di tasnya. Tas Tania memiliki gantugan squishy yang berkarakter hello kitty.
Sampai di rumah ia masih tetap memainkan itu saja.
"Kalian darimana aja? Kok baru balik, bunda khawatir loh sama kalian," ucap Sani.
"Kita gak papa kok, bund. Tania masuk duluan ya, capek," ucap Tania berlalu melewati sang bunda.
Sani menganggukan kepala. "Kamu juga istirahat ya Dito!" ucap Sani.
Tania merasa iri saat itu. Ia mendengar Dito mendapatkan perhatian dari bundanya. Sedangka Tania? Boro-boro, anak kandungnya Dito mungkin. Makanya Tania dicuekin. Sudahlah tidak penting. Semua orang emang munafik.
Sebelum merebahkan tubuhnya ke kasur Tania mengunci pintu kamarnya. Supaya Dito tidak masuk ke dalam kamar. Tania tidak mau lagi satu ranjang dengan Dito. Rasa kesalnya lebih besar daripada rasa cintanya saat ini.
Tok...
Tok...
Tok...
"Tania buka pintunya! Aku mau masuk," ucap Dito dari luar.
"Mulai sekarang aku gak mau sekamar sama kakak. Mending kakak tidur di kamar sebelah," ucap Tania.
Sudah tidak terdengar suara Dito di luar. Sepertinya ia sudah pergi. "Maaf."
Hati kecil Tania masih punya rasa kemanusian. Ia tidak tega sebenarnya melakukan seperti ini kepada Dito. Tapi mau bagaimana lagi? Hatinya juga sakit atas perlakuannya.
Biarkan ini berjalan. Kita lihat adakah ruang cinta di hati Dito untuk Tania. Ya, sejauh ini Tania akan menunggu. Namun rasanya tidak mungkin ia lakukan. Tania tidak sanggup akan semua ini. Terlalu berat dilakukan di umurnya saat ini.
Apa rasa cinta akan berubah rasa benci?
Mungkin saja bisa. Kalau tidak ada salah satu dari mereka yang mengalah. Karena dalam hubungan harus ada yang mengerti. Saling mengerti saat penting di dalam hubungan. Satu saja yang mengerti, tapi dua-duanya juga boleh. Malahan semakin bagus.
"Aku belum sanggup," ucap Tania.
Ia masih belum tidur sampai saat ini. Pikirannya terganggu dengan semua masalah ini. Seketika pikiran penuh dengan masalah. Tanpa ada kunci.
Ia beranjak ke kamar mandi untuk menghapus air mata. Setelah itu Tania berniat mengecek keberadaan Dito. Apa benar dia tidur di kamar sebelah?
Saat di kamar sebelah, Tania melihat Dito tertidur di sana. Memang benar dia ada di sana. Radanya tidak tega melihatnya dalam keadaan itu. Apalagi Dito anak yatim piatu. Tak seharusnya Tania memperlakukannya seperti saat ini. Dia tidur di sana.
Tania pergi meninggalkan kamar itu. Kembali ke kamarnya sendiri dengan perasaan tidak enak.
Tania hanya bisa mengatakan 'maaf' di dalam hati. Tak mampu ia mengungkapkan secara jelas.
*****
TBC❤
Update agak cepet ya. Kalau bisa mau 1 hari 2 kali update. Karena ngejar waktu, takut besok sibuk dengan tugas sekolah. Besok udah daring🙂😭
Ada yang sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
TEACHERBAND [END]
Teen Fiction[HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR TETLEBIH DAHULU!!!] Di dalam ruangan terlihat Dito yang sedang memandangi langit-langit rumah sakit. Sambil celingak-celinguk ke kanan dan kiri. Saat dia menyadari kedatangan Tania wajahnya berubah bingung. "Anda siapa?" Pe...