24🕊️

252 18 4
                                    

ASSALAMUALAIKUM

*****

"TUNGGU!!"

Semua mata yang berada di ruangan itu sontak menoleh ke sumber suara, Tania. Meraka menampilkan wajah bingung, seperti bertanya kenapa Tania di sini?

Dito mendekati Tania, mencoba menyuruh istrinya itu untuk keluar dari ruangan kepala sekolah di saat itu juga. Hal yang akan dibicarakan merupakan urusan guru dan tak sepatutnya Tania ikut serta di sana. "Ayo ikut!" ucap Dito menarik Tania untuk keluar. "Maaf pak, saya izin keluar sebentar."

Pak Sutomo selaku kepala sekolah itu pun menganggukkan kepala disertai senyum tipisnya.

Setelah berada di luar Dito memberi pengertian jika Tania tidak boleh ikut campur urusan guru. Karena itu termasuk perilaku tidak sopan.

"Kamu jangan masuk, biar aku yang selesaikan masalah ini," ucap Dito meyakinkan Tania, yang sekarang berada tepat di depannya.

"Tap_," ucapan Tania terpotong. Dito lebih dulu menutup mulut Tania dan berkata, "Jangan bantah ucapan aku, kalo kamu mau jadi istri yang baik buat suami," ucap Dito.

Pasalnya Tania kalau sudah menyangkut hubungan sudah tidak bisa berkutik. Ia sekarang memilih diam sejanak. Tania pastinya tidak mau menjadi seorang istri yang durhaka terhadap suami. Hanya karena tidak menuruti perintahnya. Hal sepele yang berujung besar.

"Sekarang tunggu di sini, jangan ke mana-mana!" ucap Dito lalu masuk kembali ke ruang kepala sekolah.

Ya, sekarang Tania menunggu di sana. Tepat di depan ruangan, duduk di kursi panjang sendirian. Tapi ternyata Tania hanya duduk sendiri sebentar, Hanna menyusul Tania ke sana. Bukan hanya itu aja, Hanna juga sangat peka. Ia menghampiri Tania dengan membawa dua botol teh pucuk, tau aja kalau Tania sedang haus.

Segera Tania meneguk minuman botol itu. Saking hausnya tak sampai lima menit minuman itu sudah habis masuk ke dalam perutnya.

Tak terasa mereka berdua sudah menunggu di sana selama kurang lebih tiga puluh menitan. Namun, tak kunjung ada orang yang keluar. Bikin penasaran batin Tania. Ia pun beranjak berniat untuk masuk ke dalam lagi. Tetapi ia ingat perkataan Dito beberapa menit yang lalu, yang melarang dirinya untuk masuk dan ikut campur.

"Han, aku mau masuk tapi kata Kak Dito gak boleh, gimana dong? Aku mau denger pembicaraan mereka," ucap Tania jujur.

Hanna juga sama dengan Tania, sama-sama kepo dengan obrolan mereka. Tapi yang terlihat pintunya dikunci, agar tak ada orang yang bisa masuk. Tiba-tiba ada satu ide, jalan keluar yang mungkin bisa dilakukan.

"Kita nguping dibalik pintu?" tanya Hanna.

Sepertinya boleh juga tawaran Hanna itu. Semoga perbincangan mereka bisa didengar dikuping Tania dan Hanna.

Mereka pun mendekati pintu itu. Mendekatkan kuping mereka, bersiap untuk mendeteksi suara yang ada di dalam ruangan. "Maaf, perbuatan ibu itu tidak mencerminkan perilaku sebagai guru. Jadi maaf, saya terpaksa mengeluarkan ibu dari sekolah ini karena perbuatan ibu sendiri."  Itu yang terdengar di kuping Tania maupun Hanna. Mereka tak salah lagi, itu jelas.

"Han, gimana dong?" tanya Tania gelisah.

"Gimana apanya?" tanya Hanna agak bingung dengan pertanyaan yang diutarakan Tania barusan.

Tania berjalan ke sana ke mari, "Kalo Bu Bunga dikeluarkan dari sekolah ini," ucap Tania.

"Ya bagus dong, ngapain lo gelisah gitu. Kaya orang kurang kerjaan, mending lo bantu ngerjain tugas gue hahaha," ucap Hanna disertai kekehan.

"Aku serius Hanna!" ucap Tania dengan muka seriusnya.

"Terus sekarang mau lo apa, Tania Chelsea?" tanya Hanna dengan muka malasnya. Malas karena harus sok peduli dengan gurunya itu.

TEACHERBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang