ASSALAMUALAIKUM
*****
Tania baru saja pulang dari butik. Cukup lama ia berada di sana, membuatnya merasa lelah. Mungkin hanya sekedar pilih dan mencoba gaun. Namun itu dapat menimbulkan rasa lelah juga baginya.
"Baru pulang dari butik ya?" tebak Sani dari dapur.
"Hmm," balas Tania.
"Masih marah sama bunda?" tanya Sani.
"Gak!" ucapnya sambil memalingkan wajah dari Sani.
"Beneran? Padahal bunda tadi habis beli brownish loh. Buat bun_"
"Eh, Tan-tania gak marah kok sama bunda. Jadi brownish ini buat Tania."
Sani menggelengkan kepala. Memang gampang saja Tania luluh hanya dengan cara memberi makanan atau barang yang ia suka. Semarah apapun Tania pasti akan cepat reda.
"Sayang bunda perlu bicara sama kamu," ucapnya sambil menyuruh Tania duduk di sofa depan TV.
Tania pun menuruti. "Mau ngomong apa bunda?" Tania mulai penasaran. Dari raut wajah bundanya cukup serius. Mungkin ada suatu hal yang penting.
"Pernikahan kamu akan dilaksankan minggu depan, apa kamu udah terima dengan ikhlas?" tanya Sani.
"Bunda, kalaupun ini hanya sebuah perjodohan tanpa adanya rasa cinta, Tania siap kok nerima dan jalani ini dengan ikhlas. Lagian mungkin ini yang terbaik buat Tania kedepannya," ucap Tania meyakinkan bundanya. Memang dia sebenarnya belum bisa menerima ini semua. Tetapi perlahan Tania akan belajar untuk itu semua. Dia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya.
"Bunda bangga sama kamu Tania. Maafin bunda ya?" Sani memeluk putrinya itu dengan penuh kasih sayang. Mungkin ini pelukan terakhir sebelum putrinya menjadi istri.
"Tania juga bangga punya bunda kaya bunda. Tania sayang bunda."
"Bunda juga sayang Tania. Jaga diri baik-baik ya setelah menikah. Kamu juga harus jadi istri yang baik buat suami kamu, nurut perintah suami." Nasihat Sani kepada Tania.
Masih di pelukan bundanya. Tania belum mau melepaskan pelukannya dari Sani. Sudah lama ia tidak merasakan pelukan bundanya. Terakhir kali saat kelulusan SMP dulu.
*****
Malam hari, Tania belajar untuk ulangan harian mata pelajaran olahraga besok pagi. Tania harap usahanya membuahkan hasil yang memuaskan. Selama ini Tania selalu mendapatkan nilai mapel olahraga di bawah KKM. Padahal ia sudah belajar dengan sungguh-sungguh, namun hasilnya belum memuaskan.
Tania akui dirinya tidak menyukai pelajaran olahraga, apalagi kalau praktek di lapangan. Dia sangat tidak suka itu. Kalau materi masih bisa Tania sedikit demi sedikit.
"Semangat Tania, pasti bisa!" ucapnya memberi semangat kepada diri sendiri.
Beberapa lembar sudah Tania baca dan pahami secara teliti, tanpa terkecuali. Tetapi, di otak Tania hanya tersimpan sedikit dari yang ia pelajari malam ini.
Otak Tania benar-benar tidak mau menerima kedatangan materi olahraga. Apa berat otak oh otak? Sampai tidak mau menerima? Kalau seorang cowok brengsek wajar tidak diterima. Ini materi, kenapa otak tidak mau menerimanya?
Tok...
Tok...
Tok...
"Masuk!" Tania menghentikan belajarnya.
"Ada Dito di ruang tamu," ucap bunda Tania.
Tania bingung ngapain dia datang ke sini malem-malem? "Ngapain Pak Dito ke sini malem-malem?" tanya Tania.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEACHERBAND [END]
Fiksi Remaja[HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR TETLEBIH DAHULU!!!] Di dalam ruangan terlihat Dito yang sedang memandangi langit-langit rumah sakit. Sambil celingak-celinguk ke kanan dan kiri. Saat dia menyadari kedatangan Tania wajahnya berubah bingung. "Anda siapa?" Pe...