ASSALAMUALAIKUM
KANGEN SAMA CERITA INI GAK??
*****
Tania sekarang mulai tegar menghadapi cobaan hidupnya. Jiwa perempuan yang kuat muncul di diri Tania. Tak sendiri Tania ditemani Hanna. Mereka selalu berdampingan, persahabatan mereka juga semakin erat. Sebab itu, mereka jadi sering menghabiskan waktu berdua daripada urusan masing-masing.
Sekarang mereka sedang ada di lapangan, membaca novel. Ditemani terik matahari yang cukup panas. Namun, mampu membuat suasana hati Tania kokoh seperti pohon yang melindunginya.
Tania membaca novel dengan sangat dihayati. Sampai di saat ada adegan sedih Tania ikut hanyut dalam kesedihan. Di saat adegan tawa pun Tania ikut tertawa. Random sekali ekspresi Tania kalau baca novel.
Saat mata Tania merah karena baru saja mengeluarkan air mata. Dia teringat akan hidupnya yang juga menyedihkan menurut Tania.
"Kok cengeng sih lo," ucap Hanna yang melihat Tania menangis.
Bukan menghapus air matanya, Tania malah semakin sesenggukan. Air matanya turun terus-terusan. Bisa dihitung bulan ini Tania sudah hampir seratus kali menangis.
"Loh Tan, lo beneran nangis? Gue kira cuma gara-gara baca novel," ucap Hanna. Dari wajah Tania terlihat nangis bukan karena novel. Tapi menangis betulan, entah karena apa Hanna belum tau. "Kenapa Tan? Coba cerita," ucap Hanna.
"Aku cuma inget cobaan yang aku alami sekarang. Sangat menyedihkan, gak dianggap sebagai istri," ucap Tania.
"Sabar ya Tan!"
Tania memang harus sabar menghadapi ini semua. Dan sabar menunggu saat di mana semua kembali seperti dulu kepada dirinya. Tania yakin akan hal itu, pasti akan datang. Cepat atau lambat.
Tak sengaja saat Hanna sedang menoleh ke arah pinggir lapangan melihat Dito sedang menuju parkiran mobil bersama Bunga gurunya. Terlihat mereka mesra sekali berpegangan tangan. Bercanda dan tertawa, sedangkan di sampingnya Tania sedang merasa sedih.
Sebelum Tania melihat kejadian yang baru saja dilihat Hanna, sebaiknya Hanna mengalihkan arah pandang Tania. Jangan sampai Tania melihat pemandangan yang menyakitkan itu. Seenggaknya sampai mereka berdua masuk ke dalam mobil.
"Tan! Coba baca bagian ini deh, parah bikin baper banget," ucap Hanna mencoba mengalihkan. Kalian tau kalau Tania melihat itu pasti hatinya akan semakin retak.
Tania yang tadinya sedang membaca novelnya sendiri pun terpaksa melihat novel Hanna. Ia pun membaca paragraf yang ditunjukkan Hanna. Baginya tidak bisa bikin baper seperti apa yang dibilang Hanna. "Gak ada yang bikin baper," ucap Tania lalu kembali ke pandangan pertama.
Kemudian Tania menoleh ke arah pinggir lapangan tempat di mana tadi ada Dito dan Bunga. Hanna sedikit ketakutan kalau Tania lihat mereka berdua.
Untung saja saat Tania menoleh mereka sudah gak ada, sudah pergi.
"Gak ada apa-apa kan," ucap Hanna.
Entah sadar atau tidak barusan Hanna menjawab tanpa Tania tanya. Membuat Tania curiga akan ucapan Hanna. "Maksudnya? Emang tadi ada apa?" tanya Tania agak mencurigai gerak-gerik Hanna.
Hanna yang bary sadar akan ucapannya pun langsung menepuk jidat. 'mampus' batinnya. Dia malah menjemput pertanyaan dari mulut Tania.
"Lupakan, gak penting," ucap Hanna. Dia tidak ada jawaban untuk pertanyaan Tania.
Tania pun tak melanjutkan topik itu. Tidak terasa penting juga mungkin. Pikir Tania seperti itu, tapi faktanya itu hal penting yang mampu membuatnya merasa sakit tapi tak berdarah.
*****
"Gue pulang duluan ya," ucap Tania sambil melambaikan tangan dengan Hanna. Mereka pulang berpisah. Hanna ingin pergi menemui sepupunya yang baru saja datang dari luar kota. Sebab itu dia tidak bisa pulang bersama Tania.
"Hati-hati," ucap Hanna sambil membalas lambaian tangan Tania.
Tania mengendarai mobilnya, keluar dari parkiran. Saat sedang menyetir Tania menerima telfon. Dia pun segera mengangkat telfon itu, tanpa melihat depan.
"Hallo bunda, ada apa?"
"Bunda minta tolong belikan susu di alfamart ya!"
Tanpa Tania sadari dia tak fokus dalam mengendarai mobilnya.
Bruk.
"Kenapa Tania?"
"Enggak bunda, sampai ketemu di rumah."
Tania langsung mematikan telfonnya. Dia ketakutan karena menabrak seseorang.
Kemudian ia berlari keluar untuk menolong orang itu. Tania merasa sangat bersalah. Karena ia mengangkat telfon saat sedang menyetir. Bukannya meminggirkan mobil terlebih dahulu untuk menjawab telfonnya. Sudah terlambat!
Korban sudah ada di depan mata. Tinggal tanggung jawab saja sekarang.
"Tania?" ucap orang itu mengenali Tania.
Jelas orang di depannya ini kenal dengan Tania. Dia saja adalah gurunya di sekolah. Yang sekarang adalah musuh. Apa Tania sekarang harus menolongnya?
Sebaiknya iya, kalau tidak Tania akan dicap tidak punya hati. Padahal dia tidak mau menolong karena orang itu jahat. Namun Tania tidak boleh melakukan hal yang sama kepadanya, apalagi dia guru. Karena kalau dibalas Tania akan sama saja seperti dia. Sama-sama jahatnya. Tania tidaklah mau menjadi orang seperti itu.
"I-iya Bu, saya minta maaf," ucap Tania. Dia menundukkan kepala. Tidak berani menatap mata gurunya itu.
"Kamu itu kalau gak bisa bawa mobil, gak usah sok-sokan nyetir! Mau tebar pesona? Supaya cowok-cowok deketin kamu, termasuk Pak Dito?" tanya Bunga yang mampu menyekik leher Tania rasanya. Benar-benar guru tidak punya hati. Bisanya berucap seperti itu kepada muridnya sendiri. Padahal ini masih di lingkungan sekolah. Gak takut ketawan berbuat seperti itu sama murid?
"Asal Ibu tau, saya tidak pernah melakukan hal seperti yang Ibu bilang itu, sedikit pun saya tidak punya niat untuk itu. Apa gak kebalik ucapannya?" ucap Tania. Ada kata tantangan di ucapan Tania.
Membuat Bunga berdiri, dan mendorong Tania. Tania yang didorong pun sedikit kontal. Tapi untung saja ia masih punya keseimbangan yang stabil untuk mempertahankan.
"Kamu jangan macam-macam sama saya," ucap Bunga penuh amarah kemarahan. Tania yang tau akan hal itu tak masalah. Terserah mau Bunga marah atau tidak. Itu kan hak dia, jadi gak ada larangan.
"Saya tidak takut dengan ancaman Ibu!" ucap Tania percaya diri.
"Awas kamu ya!" Bunga sudah maju ingin menampar Tania. Namun niatnya ia urungkan, tiba-tiba saja ia mengambil tangan Tania dan menaruhnya di pipi sebelah kanan Bunga.
"Sakit Tania," ucap Bunga penuh drama.
"Kamu apakan dia?" tanya Dito yang tiba-tiba saja datang. Tania tidak tau kalau tadi Dito ada dibelakangnya baru saja.
Tania diam dan tak menjawab satu kata pun.
"Dia tampar aku, padahal dia juga baru aja tabrak aku," ucap Bunga. Masih dengan memegang pipinya yang katanya sakit.
"Kamu kelewatan Tania!" ucap Dito.
Plak.
Satu tamparan lolos di pipi Tania. Tania pun meringis kesakitan. Sakitnya sudah difitnah dan ini ia ditampar. Lagi-lagi ia merasa sakit hati karena cinta. Apa seberat ini ujiannya?
Tania mengeluarkan air mata kesedihan. Dia benar-benar tidak percaya hal ini akan terjadi. Dito seseorang yang ia cintai baru saja menamparnya. Sakit!
Sedangkan Bunga tersenyum, merasa puas dengan kejadian di depannya.
Tania kemudian masuk mobil dan meninggalkan tempat itu.
*****
TBC❤️
Seneng gak TB update?
Next??
KAMU SEDANG MEMBACA
TEACHERBAND [END]
Fiksi Remaja[HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR TETLEBIH DAHULU!!!] Di dalam ruangan terlihat Dito yang sedang memandangi langit-langit rumah sakit. Sambil celingak-celinguk ke kanan dan kiri. Saat dia menyadari kedatangan Tania wajahnya berubah bingung. "Anda siapa?" Pe...