ASSALAMUALAIKUM
*****
Hacim... hacim...
Sedari tadi Tania bersin-bersin, mungkin karena tercebur ke kolam renang. Dia tak memasalhkannya, menurut Tania ini hanya efek yang sebentar lagi pasti akan hilang.
Namun, beberapa saat setelah itu. Tania masih saja bersin. Dia coba minum obat dan tiduran di kasur. Tania pun tertidur, sebelum tidur Tania sangat berharap kalau saat dirinya bangun ia akan sembuh. Tidak bersin-bersin lagi.
*****
Ha-hacimm...
"Udah minum obat?" tanya Dito. Dito yang bekerja pun menghentikan sejenak. Agak terganggu dengan suara bersihan Tania.
Haciiim...
"Ke rumah sakit sekrang. Kamu ganti baju!" ucap Dito. Ia menutup laptop dan membereskan beberapa berkas.
"Buat apa?" tanya Tania yang saking pintarnya atau entah apa.
"Buat anak!" sargas Dito.
"Ha? Enggak!"
"Siapa juga yang mau buat anak di RS Tania? Kalau aku mau aku bisa lakukan di sini sekarang. Lagian kenapa pakai acara tanya ke RS mau ngapain? Sudah jelas periksa keadaan kamu." Tania menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Cepat siap-siap!"
"Gak ah, bentar lagi juga pasti sembuh," ucap Tania ngeyel.
"Aku hitung dari 5 kamu belum siap aku akan...," ucapnya terhenti saat Tania menjawab. "Akan apa? Sukanya ngancem. Yauda sana keluar aku mau ganti baju," ucap Tania.
"Cepat ganti!" Dito masih berada di dalam kamar.
"Kakak keluar dulu, ihhh!"
"Kenapa? Toh udah sah di mata hukum dan agama," ucap Dito enteng. Ya, memang benar udah sah. Jadi tidak ada salahnya lagi bukan? Mereka sudah menjadi suami istri.
"Keluar cepet kalo gak aku gak mau," ancam Tania balik. Sesekali ya kan?
"Iya, cepat!"
*****
Dokter menyarankan Tania untuk lebih berhati-hati dengan air, karena sedikit terkena air kolam atau hujan Tania akan mudah flu. Sangat sensitif dengan air.
"Dengar apa kata dokter tadi!" ucap Dito. Tania tidak habis pikir dengan Dito. Bukannya yang salah Dito, karena melepaskan dirinya dan itupun tidak ada niat untuk bermain air. Lagi-lagi dirinya yang disalahkan.
"Hmm."
"Jangan lupa minum obat!"
"Hmm."
"Hmm terus jawabannya, tapi gak dilakukan," ucap Dito merasa kesal dengan jawaban Tania.
"Lagi nyanyi lagu nissa sabyan, pak." Mlence Tania, ia sampai lupa kalau barusan memanggil dengan sebutan 'pak'
"Kamu tadi bilang apa? Pak? Aku bukan bapak kamu Tania Chelsea," ucap Dito.
"Iyaa maap, lupa. Dasar ngambekan," ucap Tania nadanya agak direndahkan.
"Gak salah bicara, hmm?"
"Dah lupain!"
Dito kembali fokus menyetir. Mengalihkan pandangan dari Tania ke jalan. Sepanjang jalan banyak kendaraan roda dua daripada roda empat. Sebabnya pasti mereka malas dengan yang namanya macet. Benar, jam segini rawan macet. Bahkan bisa berjam-jam kejebak macet.
Tapi lain halnya dengan Dito, itu bukan masalah kalaupun nanti telat datang ke acara atau kegiatan apapun, itu suatu hal yang wajar. Kenapa? Bukannya Jakarta memang begitu bukan? Jadi tidak usah heran dan diwajarkan saja jika seseorang yang tinggal di Jakarta terlambat. Menurut Tania pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEACHERBAND [END]
Ficção Adolescente[HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR TETLEBIH DAHULU!!!] Di dalam ruangan terlihat Dito yang sedang memandangi langit-langit rumah sakit. Sambil celingak-celinguk ke kanan dan kiri. Saat dia menyadari kedatangan Tania wajahnya berubah bingung. "Anda siapa?" Pe...