13🕊

202 21 13
                                    

ASSALAMUALAIKUM

ADA YANG NUNGGU UPDATE??

*****

Tania berada di dalam kamar. Dari sepulang sekolah ia sama sekali belum keluar kamar. Bundanya memanggil pun ia tak keluar. Bukannya tidak mau, hanya saja situasi tidak tepat. Makanya Tania memutuskan untuk stay di dalam kamar.

Dia sama sekali tidak merasakan kelaparan. Jelas, Tania sudah menyediakan beberapa makanan di kamar. Tadi ia membel sepulang sekolah. Sedia payung sebelum hujan.

Sampai akhirnya bundanya kembali mengetuk pintu. "Tania, keluar sekarang."

"Nanti aja, bun," ucap Tania masih tidak mau untuk keluar kamar.

"Sekarang sayang. Jangan membantah, ada sesuatu yang perlu bunda omongin sama kamu dan Dito," ucap Sani. Tak perlu menunggu lama, Tania keluar dari kamarnya tanpa Sani berbicara kembali.

"Kenapa bun?" tanyanya.

"Kita ke bawah dulu, ada Dito juga."

Tania turun dari lantai atas ke bawah. Selama melangkah Tania selalu bertanya apa ada hal penting, sampai harus banget berbicara bertiga?

Daripada menduga dan malah salah. Mending Tania mengikuti kemauan bundanya. Di sana terlihat Dito yang masih menggunakan kemeja biru saat ia kenakan di sekolah tadi.

"Too the point, bun Tania capek." Terlihat Tania berbohong ia bukan capek melainkan eneq melihat muka Dito. Yang ia bilang sok baik di depan.

"Sabar sayang. Jadi gini, melihat kalian yang masih agak canggung. Bunda putuskan kalau kalian harus tinggal berdua. Artinya kalian pindah ke rumah baru yang sudah bunda dan ayah siapkan. Supaya kalian lebih dekat. Apa kalian mau?" tanya Sani. Mata Tania langsung melotot. Sangat tidak pas, di saat Tania ingin menjauh. Namun, bundanya malah mendekatkan mereka berdua.

"Tania gak mau!" tolaknya cepat.

"Ini demi kebaikan kamu, Tania. Kamu setuju kan Dito?" ucap Sani.

"Saya ngikut aja, bun," ucap Dito. Ia sempat menoleh ke arah Tania. Seperti mencari tahu apa jawaban yang ingin Tania pilih. Dan akan diikuti Dito.

"Tania gak mau bunda, titik gausah pake tanda koma," ucap Tania tetap kukuh dengan pendiriannya.

Sani hanya ingin putrinya hidup bahagia bersama suaminya. Tapi beda halnya dengan Tania ia tidak mau menerima keputusan Bundanya. Padahal itu baik utuk hubungan mereka.

"Bunda sedih loh kalo kamu gak terima pemberian rumah dari bunda dan ayah. Sebab selama ini kita sudah turuti kemauan kamu tapi sekarang? Bunda hanya minta kamu untuk menempati rumah itu bersama Dito, apa kamu tetap gak mau?"

"Bukan begitu maksud Tania, bun," ucap Tania. "Yauda Tania mau." Akhirnya Tania memutuskan untuk menuruti permintaan bundannya.

Lalu Tania kembali ke lantai atas. Mempersiapkan segala hal yang ingin ia bawa ke rumah barunya. Katanya malam ini mereka kan pindah. Cukup dadakan, tapi mau bagaimana lagi? Mau menolak?

Segera Tania memasukan semua bajunya ke dalam koper pink miliknya. Tidak lupa ia membawa beberapa boneka kecilnya dan si jumbo. Dan ada barang-barang lain yang Tania sukai.

Saat packing barang Dito masuk ke dalam kamar Tania tanpa seizinya. Di pikir dia siapa? Suami sah!

"Siapa yang izinin kamu masuk?" tanya Tania dengan nada tak suka.

"Aku suami kamu, jadi gak harus izin pun aku udah punya hak!" ucap Dito.

"Serah lu deh bambank!" ucap Tania pasrah.

TEACHERBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang