#31 Blue and Grey

671 45 0
                                    

Baca nya pelan-pelan aja. Sambil dengerin lagunya 😋

Selamat membacaa!
.
.
.
"Apakah Jimin baik-baik saja?"

"Jimin.. Aku tidak bisa menjawab ia baik-baik saja, tapi dibanding beberapa hari yang lalu.. Iya dia membaik lah" namja bersurai blonde itu menjawab. Sebagai sosok yang lebih tua, sudah menjadi prioritas baginya untuk menjaga yang lebih muda.

Seokjin mempersilahkan beberapa orang yang datang kemari untuk mengecek kabarnya. Yang dinyatakan terkena kecelakaan beberapa hari yang lalu dan mengharuskan dirinya untuk berhenti menari. Satu-satunya tujuan hidup yang ia miliki setelah kehilangan kedua orangtua nya.

"Bolehkah aku menjenguk ke dalam hyung?" ia memberikan muka khawatir. Seokjin menolehkan kepalanya ke lawan berbicara dan ragu.

"Tentu saja boleh Jungkook-ah, tapi.. Aku ragu ia sedang tidak dalam mood untuk menerima kunjungan. Bahkan makanannya tadi pagi tidak ia sentuh sama sekali" celoteh nya pening. Sudah sekitar 2 hari ia tidak memakan makanannya. Jangankan makan, disentuh saja tidak.

"Tapi ada baiknya bagimu untuk mencoba, hyung akan membahas beberapa hal ke hyung-hyung mu yang lain" Jungkook menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Seokjin selaku anggota paling tua dalam lingkup pertemanannya.

Tok tok tok..

Tiga ketukan pertama ia layangkan. Tidak ada suara sebagai jawaban. Hanya hening.

Sekali lagi.. Tok tok tok..

Tidak ada jawaban.

"Hyung?" panggilnya lembut. Jungkook yakin sekali sosok di balik pintu ini pasti mendengarnya.

Tok tok tok.. Ia kembali mengetuk pintu.

Jungkook mulai khawatir kalau selama ini tidak ada orang di kamarnya. Atau mungkin benar kata Jin hyung. Ia butuh waktu.

Namja itu menghela nafas dan lekas beranjak perlahan. Sebelum akhirnya ia mendengar suara kunci berhasil terbuka. Panggilannya berhasil dijawab.

Tanpa basa basi, ia lekas mengambil langkah besar ke depan bilik, mengambil nafas yang besar dan perlahan memutar pelan knop pintu.

"Aku masuk hyung" ucapnya lembut.

Sama seperti biasa. Ruangannya rapi dan bersih. Foto hingga figura berisikan momen-momen spesial terpajang rapi di seisi ruangan. Miniatur hingga penghargaan tertata rapi di dalam lemari kaca. Yap, tidak ada yang beda. Kecuali itu..

Kursi roda yang sekarang menjadi ornamen tambahan di kamarnya.

Jungkook melihatnya. Ia sedang duduk memandang keluar sana. Menikmati indahnya kota Seoul di malam hari.

Ia berjalan menghampiri dan mengambil kursi untuk duduk di sampingnya. Bersama-sama menikmati seluruh lampu hingga kelap kelip cahaya transportasi yang memperindah suasana.

Ia menghela nafas panjang. Ia tidak akan berbicara sebelum lawan bicaranya memulai duluan. Mengingat butuh waktu segitu lamanya bagi dia untuk membuka pintu putih yang menutupi kamarnya.

Jungkook menutup matanya dan membiarkan seluruh udara itu menyapa wajah polosnya. Membiarkan ketenangan dunia malam menyelubungi pikiran dan hatinya.

Lalu semua itu rusak ketika ia mendengar senggukan tepat di samping kirinya. Hyungnya menangis.

"Hyung!" sahutnya dan lekas bangkit serta mencari sapu tangan yang selalu ia bawa. Meski ia bukan tipe orang yang suka memakai sapu tangan itu sendiri.

Ia menghampiri namja manis itu dan mengelap air matanya yang bercucuran tiada henti tersebut.

"Semua sudah hilang Jungkook-ah... Apalagi yang harus ku lakukan? Aku tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa meraih mimpi ku. Aku tidak bisa menjadi seorang entertainer yang selama ini ku janjikan ke eomma dan appa"

"Shh shhh tenang ya" Jungkook secara reflek memeluknya dari belakang dan menggerakan badannya perlahan ke kanan dan ke kiri.

"Semua meninggalkanku Jungkook-ah.. Aku tidak tahu lagi.." suaranya bergetar dan pecah. Sesedih-sedihnya Jimin, ini pertama kalinya bagi Jungkook untuk mendengar tangisan penuh luka dari nya.

Yang biasa seperti apa? Mungkin ya tidak jauh beda, apalagi ketika mendengar kabar appa nya yang menyusul eomma nya. Tapi yang satu ini. Didengar dari cara nya berbicara ataupun suara tangisannya. Kalian sudah bisa merasakan betapa hancurnya namja ini sekarang.

"Shhhh shhh hyungie yaa.. Ada Jungkookie, jangan menangis lagi nde? Jungkook tidak akan meninggalkan hyung"

"Tapi bagaimana kalau tetiba kau terkena musibah. Seperti aku.. Dan berakhir meninggalkan-"

"Kita belum tahu tentang itu. Aku belum tahu tentang itu. Tapi.. Apapun yang terjadi sekarang kau harus nikmati dengan baik selagi ada"

"Tapi aku tidak pernah merasa seperti ini Kook-ah.. Aku tidak pernah merasa se-tertekan ini tentang hidup"

"Sakit..." suaranya semakin pecah dan hal itu berhasil membuat Jungkook menitikkan air matanya.

Pelukannya semakin dipererat lalu ia menguburkan mukanya ke ceruk leher yang lebih tua. Hanya menangis dan menangis. Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi bila Jimin berakhir mengambil nyawanya sendiri.

Ia juga tidak bisa membayangkan apa yang terjadi saat ini. Keduanya saling tenggelam ke dalam pikiran masing-masing.

"Aku tidak akan meninggalkan mu hyung" ucap Jungkook di tengah tangisannya.

Jimin hanya diam tidak menjawab apapun. Ia tidak mau menerima pernyataan itu terlalu dalam. Karena nyatanya, seluruh hal tidak dapat diprediksi semau kita. Tidak dapat diatur semau kita.

Seperti kedua orangtua nya yang mengatakan mereka selalu baik-baik saja semenjak Jimin pindah ke Seoul untuk melanjutkan mimpinya.  Faktanya mereka sama sekali tidak baik-baik saja.

Jimin menggelengkan kepalanya. "Kau pasti meninggalkanku, sama seperti semua orang"

Ia terdiam dan tersenyum.

"Then I'll stay as long as i could beside you"

Unpredictable [KM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang