Lanjutan #26 promise
"Jiminie! Tolong obati anakku ini"
"Nde eomma, duduk dahulu ya. Ndee ayo ikut hyungie sebentar. Hyungie cek sakit dimana nde?"
"Nde hyung"
Jimin memanggil sang ibu untuk memasuki ruang rawat.
"Bagaimana keadaannya?"
Jimin menatap anak kecil itu dengan kesal. Sedangkan anak itu hanya tertawa dan masuk ke dalam selimutnya.
"Hmm, eomma, dia anak yang nakal ya"
"Jangan main dulu kalau masih sakit makanya" omel Jimin dan mengintipnya dari balik selimut.
"Uwahhh! Jimin hyung mau memakan kuu!" Jimin dan wanita tua itu terkekeh melihat tingkah laku anak muda itu.
"Nah, Eunwoo diem aja ya. Jangan keluar-keluar, jangan loncat-loncat terutama. Tidur!" ucap Jimin. Eunwoo menganggukkan kepalanya dan menutup matanya.
"Memang harus kamu yang memerintah Jiminie. Eomma ga akan tega membentaknya"
"Aniya, aku sebenarnya tidak suka membentak. Hanya saja terbiasa membentak seseorang tiap kali kembali" jelas Jimin dan berjalan menatap pemandangan luar jendela
"Ngomong-ngomong bagaimana Jungkook dan Taehyung?"
Jimin diam dan menaruh kedua tangannya di sana.
"Mereka sudah berangkat seminggu yang lalu" jawab Jimin lesu
"Eomma tebak, kau mengomeli Jungkook kan waktu itu?" Jimin menganggukkan kepalanya lemah.
"Kenapa kalau begitu? Bukankah ia berhasil selamat?"
"Iya ia berhasil selamat tapi.. Tapi.. Hiks.." tetiba saja matanya terasa basah dan mengeluarkan air mata.
"Eommaa! Jimin hyung kok menangis?"
"Eunwoo tidur dulu ya, nanti eomma cerita" Eunwoo menurut dan menutup matanya kembali.
"Aku tidak bisa melihatnya terluka eomma. Aku kembali teringat di saat ia benar-benar terluka ketika perang" jelas Jimin. Sosok di depannya ini merupakan pelanggan setia Jimin. Yaa lebih tepatnya gara-gara anaknya sering buat ulah.
Lama-kelamaan mereka dekat. Sehingga sang ibu menyuruhnha untuk memanggil eomma ketimbang ahjumma.
Wanita itu mendekati Jimin dan menepuk pundaknya.
"Uljima.. Hmmm, kau begitu keras dengan Jungkook karena itu kan?" Jimin menganggukkan kepalanya. Ia menangis lagi.
"Heumm, lihat lah di sisi yang positif. Setidaknya ia masih hidup bukan?"
Jimin terdiam dan mendengarkan.
"Kalau ia terluka pun. Eomma yakin, yakinn sekali kalau Jimin pasti bisa menyembuhkannya. Separah apapun itu" jelas eomma kepadanya.
Jimin terdiam dan mengelap air matanya. Ia tersenyum dan memeluk wanita di sampingnya ini. Perkataannya sebelum nya berhas merubah nya sedikit.
.
.
.
.
.
.
"Dasar pengecut! Keluarlah!!" ia berteriak begitu kencang"He..hee..he.. Ini begitu menyenangkan. Menyiksamu seperti ini"
Hhhk!
Ia tidak bernafas, berusaha melepaskan ikatan yang melekat di lehernya.
Selanjutnya ia berlari, berusaha menemukan kawan-kawannya di tengah kabut seperti ini.
"Hhaackk! hhhhhck!" cairan merah mulai keluar dari mulutnya.