Part 11 || SM

787 121 7
                                    

Hari ini, ospek di mulai. Dimana para mahasiswa dan mahasiswi baru menginjak kakinya untuk pertama kali ke kampus.

Abbas sudah sampai di kampusnya, jam menunjukkan pukul 6 pagi. Ospek akan di mulai pada pukul 7.

"Anggota BEM nggak ada yang telat, kan?" tanya Abbas pada Ersya yang ada di sampingnya.

Ersya menoleh, "Sudah, kak. Semuanya udak aku absen, dan hadir semua enggak ada yang telat." Jawab Ersya, dan di balas anggukan singkat oleh Abbas.

"Ya ampun... Kak Abbas ganteng banget sih hari ini. Pake jas almamater pula." Pekik Ersya dalam hati.

"Suruh mereka ngumpul di aula sekarang, gue tunggu." Ucap Abbas, ia pun lalu berbalik meninggalkan Ersya.

Ersya pun mengangguk, dan mengumpulkan anggota BEM lainnya.

***

Di Aula.

Semuanya sudah duduk di tempat masing-masing. Dan Abbas bersiap berbicara di depan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabrakatuh."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Alasan gue ngumpulin kalian di sini, ada sedikit pesan yang mau gue sampaikan." Ujar Abbas.

Semuanya bersiap mendengarkan.

"Jadi, kalian nggak boleh semena-mena sama junior. Kalian, nggak boleh menghukum dengan menyiksa. Kalian, jangan sesekali membully ataupun merasa paling senior di kampus ini. Jangan pernah main tangan, apalagi sampai pukul-pukulan. Paham?"

"Paham." Jawab mereka mengerti.

"Terserah, kalian mau ngasih hukuman apa kalo mereka nggak patuh. Tapi, ingat, jangan pernah menyiksa mereka." Tekan Abbas.

"Tapi, Bas. Kita kan pas ospek juga di siksa sama kaka tingkat!" tegas Vano. Seorang cowok keren yang dulunya cupu, dan jadi bahan bully-an senior. Sepertinya, dia ingin sekali membully para junior.

"Emang lo mau? sejarah kampus kita pembully-an setiap ospek?" tanya Abbas.

Vano terdiam.

Abbas menghendikkan bahu, "Gue gak perduli sih. Terserah lo, mau nyiksa junior pun gapapa. Tapi, lo nggak malu? anggota semuanya, nggak ada yang mau berperilaku kayak lo." Tekan Abbas.

"Bener tuh, Van. Mending kita biasa aja deh, nggak usah siksa-siksa, nanti mati lagi." Ujar Aldo.

Vano menghela nafas, "Iya dah."

"Terus, gimana kalau ada junior yang ngerendahin kita-kita, Bas?" tanya Khalid.

"Nah, itu. Bersikap dan berwajah tegas, nggak bikin kalian di rendahin. Gue, cuma minta sama kalian, jangan menghukum mereka secara menyiksa." Jawab Abbas.

Mereka pun mengangguk mengerti.

"Oke, siapin aja semuanya. Wassalam." Abbas pun turun dari panggung kecil, dan keluar dari aula.

"Kayaknya lo bakalan di bully sama junior hari ini, Fer." Goda Aldo pada Fernan yang wajahnya masih babak belur, sedikit.

"Heh, gini-gini gue juga masih ganteng. Lah elu? kagak babak belur aja, jelek." Balas Fernan lalu berlalu meninggalkan Aldo.

Plak!

Aldo menampar bokong Fernan.

"Aduhh, lo apaan sih!" balas Fernan kesal sambil menendang bokong Aldo balik.

"Heh! kalian ngapain berantem? cepet keluar!" tegas Khalid.

"Noh, si Aldo, cari masalah mulu ama gue." Jengah Fernan lalu menghampiri Khalid.

Syahdu Mahabba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang