"Yaudah, aku mau ke lokal dulu ya, Khalid." Ujar Hajar.
Entah mengapa, Khalid bahagia ketika Hajar menyebut namanya.
"I-iya, Jar." Khalid mengangguk.
"Kayaknya, Maryam udah ke kelas, soalnya dari tadi dia gak balik-balik." Tambah Hajar.
"Iya." Khalid mengangguk dan tersenyum.
Hajat pun bangkit, "Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Hajar pun bersiap berjalan ke kelas, namun, entah mengapa perutnya terasa sangat sakit.
"Allah.." Gumam Hajar meringis memegang perutnya.
Abbas yang ngeh dengan Hajar pun, merasa risau, namun tetap duduk di kursi.
Hajar tak dapat menahan rasa sakit di perutnya, kepalanya terasa pusing. Dan ia pun...
Brukh
Jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.
"Hajar!" teriak Abbas dan Khalid bersamaan.
Khalid berniat ingin menolong Hajar, tapi keduluan oleh Abbas. Abbas pun langsung menggendong Hajar menuju UKS.
Abbas berlari, Khalid dan Fernan mengikuti dari belakang.
Setelah sampai di UKS, ia pun merebahkan Hajar.
"Telfon, dokter cewek rumah sakit. Sekarang, Fer!" tintah Abbas kepada Fernan. Karena hp nya tertinggal di meja kantin.
"Tapi, ada perawat UKS kok, Bas."
"TELFON AJA APA SUSAH NYA SIH!? GUE YANG BAYAR JUGA!"
Ketegasan Abbas, membuat Fernan mengangguk cepat dan segera menelfon dokter.
"Gu-gue beli teh anget dulu." Khalid pun pergi keluar dari UKS.
"Hajar..." Lirih Abbas pelan, ia benar-benar khawatir dengan keadaan Hajar sekarang. Ia berusaha menciumkan minyak angin ke hidung Hajar. Namun, tak ada sedikitpun gerak-gerik dari Hajar. Dan itu, membuat Abbas tambah khawatir.
Andai Hajar mahrom nya, sudah Abbas genggam telapak tangan Hajar sekarang.
"Hajar kenapa, Bas?" Maryam datang dengan raut khawatirnya menghampiri Hajar.
Abbas menghela nafas, "Pingsan."
"Yaa Allah, Hajar." Maryam khawatir terhadap temannya ini.
"Bas, gue minta minyak anginnya, boleh?"
Abbas mengangguk dan ia pun memberikan itu kepada Maryam.
"Tolong, lo pijit dia. Biar lebih enakan." Ucap Abbas.
Maryam mengangguk.
"Dokternya mana? lama banget." Dumel Abbas kepada Fernan.
"Yaelah, sabar, bro. Masih otw." Ucap Fernan berupaya menenangkan.
"Ck, gue mau ke toilet lagi." Gumam Abbas.
"Gue ke toilet dulu, bentar. Dan Maryam, jagain Hajar." Pamit Abbas dan di balas anggukan oleh Maryam dan Fernan.
Maryam masih memijat pelipis Hajar dan dahinya. Ketika memijat, Maryam teringat satu hal.
"Astagfirullah!"
"Eh copot mati anak ayam!" Fernan ikutan kaget.
"Kenapa sih lu!? gua kaget juga!"
"Jam tangan gue ke tinggalan di westafel. Bentar ya, gue ambil dulu." Maryam pun berlari meninggalkan UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdu Mahabba
Fiction généraleAbbas Musa Al-Akbar, lelaki tampan dan muallaf pada umurnya ke- 7 tahun. Hobinya mabuk-mabukan, tetapi tak pernah meninggalkan sembahyang. Ia tahu, khamar itu haram, namun tetap terus di lakukan. Sangat kaku, hidupnya di penuhi dengan kesibukan. Tid...