"Hajar..." Panggil Abbas.
"Hm?"
Abbas menghela nafas, "Gue minta maaf soal pagi tadi. Gue... refleks." Ucap Abbas.
Hajar tersenyum, "Udah, gak papa kok. Lagipula, itu udah lewat beberapa jam. Aku udah ikhlas. Kenapa? ada masalah?"
Abbas tersenyum tipis dan menggeleng.
"Abbas." Panggil Hajar, dan dibalas angkatan alis oleh Abbas.
"Mending, kamu stop minum khamar, ya. Bagaimana pun kamu beribadah, tapi kamu masih melakukan yang haram, gimana Allah mau sayang sama kamu?" nada suara Hajar melembut, agar Abbas bisa memahami.
Abbas hanya mengangguk, "Gue bakalan berusaha."
Hajar menghela nafas, "Kalau berusaha, harus di lakukan ya, Bas. Jangan kata-kata doang."
"Hm."
Hajar hanya bisa mengangguk saja, daripada Hajar bersikukuh, ujung-ujungnya Abbas akan berontak, dan mengeluarkan kata-kata kasar lagi.
"Lo senyumin cowok di lokal gue ya?" pertanyaan Abbas membuat Hajar terperangah.
Hajar menggeleng, "Gak ada."
"Lo udah baca chat gue?"
Hajar pun segera memeriksa ponselnya, ia nyengir, Abbas bingung.
"Kenapa?"
"Habis kuota, hehe."
Abbas menggeleng, ia pun menghidupi hotspot selulernya. Dan itu, membuat Hajar gembira seketika.
"Makasih ya, Bas. Makasiihh." Ucap Hajar kesenangan.
Inilah, yang Abbas suka dari Hajar. Kebahagiaannya, tidak terukir dari hal-hal mewah ataupun mahal. Begini saja, sudah membuat Hajar tersenyum kesenangan.
Setelah 1 menit mencari chat Abbas, Hajar pun membaca dan memberi penjelasan.
"Ooh ini, jadi gini ya, kemarin aku ketemu Khaira, terus aku senyum sama dia. Dan ada cowok-cowok di belakang Khaira, dan aku kelirik dia. Tapi aku gak senyum sama dia. Mungkin menurut cowok itu, aku senyum sama dia, padahal enggak." Jelas Hajar.
Abbas pun hanya mengangguk. Mungkin cowok yang Hajar maksud adalah teman selokalnya itu.
"Yaudah, aku masuk ya. Assalamualaikum." Pamit Hajar sambil masuk ke dalam lokalnya. Abbas hanya mengangguk mengiyakan.
Abbas tersenyum puas, sudah ia duga, tak mungkin Hajar murah senyum kepada laki-laki sembarangan.
***
Abbas sedang berjalan bersama Aldo untuk pulang. Karena mereka lah yang paling pertama selesai tugas.
Abbas pintar, cepat, dan benar.
Aldo? nyontek sama Abbas.Ketika di perjalanan, mata Aldo membulat, "Clara, Bas! Clara!" Aldo segera menarik Abbas untuk bersembunyi.
Clara berjalan dengan seksi nya, berlenggak-lenggok kesana kemari, dan rambutnya terurai panjang.
"Ett dah, tuh cewek. Enggak perawan aja masih songong." Dumel Aldo dari balik tembok.
"Si Clara noh, udah 4 kali berzina, Bas!" Ujar Aldo.
Abbas hanya bergidik ngeri mendengar itu semua.
"Anehnya, sama om-om mulu. Mau duit aja kali ye, dia." Tambah Aldo.
"Stop ngomong, gak bermanfaat omongan lo." Ketus Abbas, lalu keluar dari balik tembok setelah batang hidung Clara sudah tak ada lagi.
"Lo udah maafan sama Fernan?" tanya Aldo yang sudah ada di samping Abbas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdu Mahabba
General FictionAbbas Musa Al-Akbar, lelaki tampan dan muallaf pada umurnya ke- 7 tahun. Hobinya mabuk-mabukan, tetapi tak pernah meninggalkan sembahyang. Ia tahu, khamar itu haram, namun tetap terus di lakukan. Sangat kaku, hidupnya di penuhi dengan kesibukan. Tid...