Keesokan harinya.
Abbas sudah bersiap untuk pergi ke kampusnya. Ia makan, dan mengoles roti sendiri dengan selai kacang, seperti pagi-pagi terdahulu.
Rumah ini, sepi. Tak ada canda tawa, seperti keluarga lain. Hanya ada dirinya saja.
Tapi, Abbas selalu berusaha bersyukur. Allah masih baik padanya, karena itu Allah memberikan dia tempat tinggal. Dan juga, Abbas tak berhak mengeluh, karena banyak di luar sana yang kondisi kekeluargaan lebih parah darinya.
Setelah sarapan, Abbas pun bangkit dan bersiap untuk ke kampus.
Ketika di ambang pintu. Ia terhenti sejenak. Ia menatap tangannya sendiri, lalu meraba tenggorokannya. Ia tersenyum, "Gue, nggak ada minum khamar dalam seminggu ini." Gumamnya.
"Terimakasih Yaa Allah. Udah jagain, Abbas." Tambahnya.
Abbas hanya geleng-geleng sembari tersenyum. Ia tak percaya dengan dirinya sendiri.
Abbas pun memilih mengunci pintu, dan menaiki motor ninja nya.
Abbas pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang menembus jalan raya. Setelah beberapa menit, ia pun berbelok menuju jalan sepi. Jalan yang setiap hari ia lewati agar cepat sampai ke kampusnya.
Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang sedang berebut tas dengan seorang preman.
Mata Abbas menyipit, ia seperti mengenali perempuan itu. Abbas pun lebih memilih singgah, dan menolongnya.
"HEH!" ketegasan Abbas membuat dua preman itu menoleh.
"Waduhh, ada pahlawan kepagian neh." Ujar preman yang berambut panjang.
"Kak Abbas..." Gumam Icha tertegun, ketika melihat Abbas yang menolongnya.
"Mending lo pergi deh. Kasian, muka lo yang kayak pangeran itu kena bogem." Kata preman yang berambut pendek.
"Balikin tas nya." Kata Abbas dengan nada dinginnya.
"Heh! lo siapa?! berani-beraninya ngelawan kita-kita!" tegas preman yang berambut panjang.
"BALIKIN TAS NYA!" tegasnya nyaring. Membuat Icha dam preman itu terkejut.
BUGH!
Abbas memukul preman yang berambut panjang hingga ia tersungkur.
"HEH!"
BUGH!!
"Kak Abbas!" pekik Icha ketakutan.
Yang berambut pendek memukul Abbas dengan keras hingga sudut bibirnya berdarah. Emosi mulai menguasi hati Abbas.
BUGH! BUGH! BUGH!
Ia memukul dua preman sekaligus tanpa jeda dengan pukulan yang keras hingga dua preman itu terbaring ke tanah. Abbas mendekat.
BUGH!
Abbas memukul wajah preman yang memegang tas, ia pun mengambil alih tas itu.
Abbas pun menarik tangan Icha secara refleks mendekati motornya. Abbas memasang helm dan menaiki motornya, sementara Icha diam di tempat karena kebingungan.
"CEPET NAIK! KEBURU TUH PREMAN BANGUN!" tegas Abbas.
"Na-naik?" tanya Icha membulatkan mata.
"Ck, lo mau gue tinggal? hm?" tanya Abbas balik, dengan nada dingin yang menyeramkan.
Icha pun mengangguk dan naik ke atas motor.
Abbas pun melajukan motornya dengan kecepatan laju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdu Mahabba
Ficción GeneralAbbas Musa Al-Akbar, lelaki tampan dan muallaf pada umurnya ke- 7 tahun. Hobinya mabuk-mabukan, tetapi tak pernah meninggalkan sembahyang. Ia tahu, khamar itu haram, namun tetap terus di lakukan. Sangat kaku, hidupnya di penuhi dengan kesibukan. Tid...