Samuel keluar dari kawasan toilet. Mata milik lelaki tampan itu, tertuju ke arah seorang perempuan berkerudung panjang yang sedang berjalan sendirian. Dia, Hajar.
"Itu... Cewek yang kemaren." Gumamnya.
Sam pun langsung menghampiri Hajar berniat untuk berkenalan. Ia menghampirinya dengan langkah cepat.
Setelah sampai ia pun refleks memegang tangan Hajar.
Hajar yang terkejut, lantas langsung menghempas tangan itu, "Astagfirullah!" kejutnya sambil mengusap tangannya yang bekas di pegang.
Hajar menoleh, ia menemukan seorang lelaki yang tak ia kenal sama sekali.
Sam melangkah mendekat, sedangkan Hajar melangkah mundur.
"Lo..." Gumam Sam sambil menunjuk, mengenali.
"Heh!" ketegasan Abbas membuat mereka menoleh.
Abbas pun mendorong Sam hingga ia termundur.
Napas Hajar naik turun. Tubuhnya seakan melemas, ketika merasakan sentuhan dari lelaki yang bukan mahromnya. Hajar merasa ingin menangis sekarang.
"Lo nggak papa?" tanya Abbas pada Hajar, khawatir. Karena raut wajah Hajar yang memucat.
"Di-dia, megang tangan a-aku." Kata Hajar tergagap-gagap.
Emosi mulai menguasai hati Abbas. Ia pun berbalik menoleh pada Sam.
"Cuma megang tangan doang, gue nggak-
BUGH!
Pukulan keras mendarat di pipi kiri Sam. Hingga sudut bibirnya berdarah.
Abbas melangkah maju dengan cepat, dan mencengkram kerah baju Sam.
"Kalo lo berani menyentuh kulit Hajar, walaupun cuma sehelai kain baju atau kerudung dia. Gue nggak segan-segan buat lo masuk ke rumah sakit!" tegas Abbas.
BUGH!
Lengkap! kini pipi kanan Sam juga kena pukul. Sam tersungkur dan ia meringis.
Abbas pun berbalik menghampiri Hajar.
"Lo ke kelas, jangan keluar. Gue anter." Kata Abbas dan di balas anggukan oleh Hajar.
Abbas pun berjalan di depan, sedangkan Hajar di belakang. Karena itulah, aturan dalam Islam.
Namun, Abbas selalu menoleh ke belakang untuk memastikan Hajar baik-baik saja.
Setelah sampai di lokal PA 4B. Hajar pun berniat ingin masuk.
"Tunggu." Tukas Abbas, membuat Hajar tak jadi melangkah dan memutar badannya ke arah Abbas.
"Lo nggak usah takut, ya. Mulai sekarang, lo kalau pergi sama temen, berdua, ya? jangan sendiri. Karena gue nggak 24jam ada buat lo, Hajar. Gue nggak mau lo kenapa-napa." Kata Abbas, risau.
Hajar menghela napas, dan ia pun tersenyum.
"Iya, lain kali aku sama temen kok." Ucap Hajar.
"Janji?"
"Insyaallah, Abbas." Jawab Hajar.
Abbas pun menghembuskan napas, "Yaudah. Sekarang, lo mau apa?"
Hajar menggeleng dan tersenyum, "Nggak, nggak mau apa-apa."
"Makan, udah?"
"Udah, Abbas." Jawabnya.
Abbas pun tersenyum tipis, "Yaudah, gue pergi ya. Lo kalau keluar sama temen, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdu Mahabba
General FictionAbbas Musa Al-Akbar, lelaki tampan dan muallaf pada umurnya ke- 7 tahun. Hobinya mabuk-mabukan, tetapi tak pernah meninggalkan sembahyang. Ia tahu, khamar itu haram, namun tetap terus di lakukan. Sangat kaku, hidupnya di penuhi dengan kesibukan. Tid...