"Berdiri, Fer." Kata Jack.
Fernan pun menerima uluran tangan itu dan sekarang ia berdiri di hadapan Jack.
Jack memukul pelan pundak Fernan. Ia tersenyum sendu.
"Maafin gue." Ucap Jack, ia pun pergi dari aula.
"Tunggu, bang." Tukas Fernan, membuat Jack terhenti.
"Gu-gue mau liat Shera, sekarang, dia di mana?" tanya Fernan.
Jack tersenyum tipis, "Di rumah sakit jiwa." Ucapnya pelan.
Fernan menghela napas beratnya, "Gue mau ketemu dia."
Jack menggeleng, "Jangan." Jack pun kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar.
"Tapi-
"Udah, Fer." Potong Aldo.
"Belum waktunya, lo cuma tunggu aja, kapan waktu yang terbaik untuk itu." Tambahnya.
Raut wajah Fernan berubah sendu. Ia tak tahu lagi harus melakukan apa. Ia pun duduk kembali di lantai.
"Gue nyesel..." Lirihnya sambil membenamkan wajahnya di balik lipatan tangannya.
"Jangan menyesal." Kata Abbas.
Membuat temannya yang bertiga menoleh.
"Masalalu, ya masalalu. Itu alur waktu yang terdahulu. Nggak bisa di ulang, tapi bisa di saksikan. Cuma bisa di tangisi, dan di selali." Tambahnya.
Raut wajah Fernan kembali sendu.
"Tapi, selama umur masih ada. Allah masih beri kesempatan untuk menjadi baik." Ujarnya.
"Apa ini udah takdir gue?" gumam Fernan.
"Iya, takdir, yang lo buat sendiri." Jawab Abbas.
"Allah nggak pernah menghendaki keburukan pada hambaNya. Kecuali hambaNya sendiri yang menghendaki itu." Sambungnya.
Fernan menghela napas, dan mengangguk.
"Yaudah, pulang. Masalah udah selesai. Kita besok harus datang awal. Urusan ini, biar nanti gue yang urus." Kata Abbas.
"Yaudah, pulang yuk. Berdiri, Fer." Ujar Aldo.
Fernan pun berdiri.
Mereka pun pergi keluar untuk pulang.
"Assalamualaikum! gue duluan ya!" teriak Aldo sambil menstater motornya.
"Wa'alaikumsalam, hati-hati!" balas Khalid, dan di balas anggukan oleh Aldo.
Aldo pun pergi.
Tatapan Abbas tertuju pada Fernan yang sedang mengelamun di mobil. Abbas pun menghampirinya.
"Hei." Sapa Abbas, dan membuat Fernan yang ada di dalam mobil tertegun dan terbuyar dalam lamunannya.
"Eh? Bas? lo belum pulang?" tanya Fernan.
"Harusnya gue yang nanya, lo kenapa belum pulang?" tanya Abbas, balik.
"Ma-masih, kepikiran, Bas."Kata Fernan sambil menunduk.
"Lo pulang, terus sholat taubat. Jangan lupa dzikir dan istigfar banyak-banyak sampai tiba waktu sholat tahajjud. Insyaallah, besok lo bakal lebih baik dari hari ini." Kata Abbas.
"Allah sayang kok, sama lo." Tambahnya.
Fernan pun tersenyum dan mengangguk, "Oke, Bas. Thanks, mas bro." Katanya.
Abbas tersenyum simpul, dan menepuk pelan pundak Fernan, "Dah, pulang sana."
"Okedeh, Assalamualaikum!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdu Mahabba
General FictionAbbas Musa Al-Akbar, lelaki tampan dan muallaf pada umurnya ke- 7 tahun. Hobinya mabuk-mabukan, tetapi tak pernah meninggalkan sembahyang. Ia tahu, khamar itu haram, namun tetap terus di lakukan. Sangat kaku, hidupnya di penuhi dengan kesibukan. Tid...