Part 15 || SM

616 96 33
                                    

"Jadi, dua tahun yang lalu..."

Flashback on:

"Sher, aku mau kita putus." Kata Fernan di hadapan Shera. Mereka berdiri di depan perpustakaan.

Shera menggeleng kuat, "Nggak mau, Fer. Aku nggak mau. Aku cinta sama kamu." Shera menggenggam pergelangan Fernan. Namun di lepas perlahan oleh Fernan.

"Aku ngerasa kita nggak cocok lagi. Cari yang lebih baik dari aku ya." Ujar Fernan ngasal.

Namun, Shera tetap bersikeras tak mau.

"Aku rela, Fer! Aku rela kasih apa aja buat kamu!" tegas Shera.

"Kalau perlu..." Shera menatap tubuhnya sendiri.

Fernan membulatkan mata, "Lo jangan ngadi-ngadi. Sebrengsek nya gue, nggak pernah mikir buat tidur sama lo." Kata Fernan.

"Yaudah kalo gitu kita nggak usah putus. Ya? please, Fer." Mata Shera sudah berkaca-kaca.

"Ayolah, Sher. Jangan nangis, malu di liatin temen-temen." Ujar Fernan.

"Tapi, Fer-

"Kak Fernan!" teriakan seorang gadis berlari kecil menghampirinya.

"Eh, Luna. Apa, Lun?" tanya Fernan dengan senyuman yang biasa ia tampakkan pada setiap siswi di sekolah.

"Ajarin dong, ini. Luna nggak bisa." Gadis itu merengek, lalu menarik pergelangan Fernan asal. Padahal Shera belum selesai berurusan dengannya.

Fernan menoleh, wajah Shera terlihat marah pada Luna. Tak lama, Shera pun pergi dari situ.

Fernan menghela napas lega.

"Syukur lah, dia nerima kalo gue mutusin dia." Batin Fernan.

***

Di kelas, Fernan sedang memperhatikan pelajaran matematika.

"Matematikaa. Ilmu yang, mengenaskan." Senandungnya pelan.

Ting!

Ponselnya berbunyi, untung saja guru di kelas, tuli-tulian. Jadi tak mendengar. Fernan pun memeriksa ponselnya secara sembunyi-sembunyi.

Shera Andriana

Malam ini kamu ada di apartemen nggak?

Mata Fernan menyipit, sedikit bingung. Ia pun membalas chat itu.

Ada. Emg kenapa?

Namun, hanya di read oleh Shera. Fernan menghendikkan bahu. Toh, mungkin Shera iseng saja.

***

Malam hari...

Fernan sedang santai menonton film action yang berasal dari Inggris di laptopnya.

"Ya! pukul lagi mas bro!" teriaknya mendukung tokoh di film itu.

Ding dong.

Bel berbunyi, Fernan sedikit bingung.

"Udah jam 10, siapa ya?" gumamnya. Fernan pun memilih mem-pause filmnya dan bangkit untuk membuka pintu.

Ceklek

Pintu terbuka.

"Eh, Shera? ngapain Sher?" tanya Fernan santai. Tatapannya beralih ke tubuh Shera.

Syahdu Mahabba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang