Part 21 || SM

572 68 33
                                    

"Harusnya lo bisa ngerjain tugas gue!"

Teriakan itu, membuat Abbas terhenti di depan lorong sepi. Abbas menoleh ke sebuah lorong kampus yang jarang ada orang lewat.

Mata Abbas menyipit ketika melihat seorang lelaki, adik tingkat kampusnya sedang memarahi seorang perempuan.

"Ma-maaf..." lirihan tangisan itu, seperti familiar di telinga Abbas.

Abbas pun memilih menghampiri lelaki dan perempuan itu.

"Maaf maaf! Maaf doang lo dari kemaren!"

"Nggak usah kasar sama cewek, bro." Ucap Abbas dengan nada dinginnya sambil menarik kerah lelaki itu.

Cowok itu terkejut ketika melihat Abbas sang ketua BEM ada di hadapannya.

"Lo kalau ada masalah, nggak usah pakai kasar." Kata Abbas sekali lagi.

"Kak Abbas..." Gumam perempuan yang tadi, yang tak lain adalah, Icha.

"Dia yang salah, Kak. Kemaren dia minjam uang saya, dengan janji kalau di balikin dia bakalan ngerjain tugas saya. Tapi, dia ingkar janji ya jelas saya marah!" tegas cowok itu penuh emosi menatap Icha. Sedangkan yang di tatap hanya menunduk sambil menyatukan jari jemarinya.

"Emang berapa uang yang di pinjam?" tanya Abbas lagi.

"Dua ratus ribu." Jawab cowok itu.

Abbas pun mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang berwarna merah muda sebanyak tiga lembar. Ia pun menyerahkan itu pada si cowok tadi.

"Dia minjem dua ratus ribu aja, lo tindas. Kalau dua juta, lo apain nih cewek? lo bunuh?"

"Yang namanya uang, ya berharga." Kata cowok itu, sambil menyelipkan uang tadi ke sakunya. Ia pun pergi meninggalkan Abbas dan Icha berdua.

Abbas menoleh ke Icha yang sedang menunduk sambil menangis.

"Udahlah, jangan nangis. Gue nggak suka." Kata Abbas.

Abbas pun pergi meninggalkan Icha sendirian.

Icha mendongak menatap punggung Abbas yang menjauh.

"Ma-makasih, kak Abbas." Gumamnya.

***

"Ketika dia yang ku cinta mencintai, yang lain... Betapa dalammya, terluka hati... ku..." Fernan menyanyikan lagu galau dengan sendok yang menjadi mikrofon.

"Sabar, pren. Namanya juga cinta dalam diam, harus siap patah, tanpa harus di patahkan." Ujar Khalid sambil mengelus pundak Aldo.

Abbas hanya menggeleng melihat tingkah laku temannya ini.

"Bisa-bisanya Jane nikah ama yang lain. Padahal gue udah nyiapin tabungan buat nikahin dia." Lirih Aldo.

"Turut berduka cita, atas matinya rasa saudara Aldo." Kata Khalid dramatis.

"Sabar, Do." Kata Abbas sambil tersenyum sedikit.

"Sabar? sabar lo bilang? gue di tinggal nikah, bro. DI-TINGGAL-NIKAH." Tekan Aldo di kalimat terakhir.

Aldo memang sudah lama mengincar, Jane. Gadis cantik yang di kabarkan muallaf satu tahun lalu. Saat pertama mengenal Jane, pas pertama ospek. Aldo langsung menyukai karena sifat Jane yang sangat ramah dan sabar. Tapi harapan itu pupus ketika mengetahui Jane beragama non-muslim.

Dan ketika memasuki semester dua. Aldo dapat kabar, Jane masuk Islam dan memakai kerudung.

Cinta Aldo kembali tertanam, ketika mengetahui itu semua. Karena tak ingin berpacaran, Aldo pun memilih untuk memendam perasaannya. Berharap kisah cintanya berujung manis.

Syahdu Mahabba Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang