Ting
Hana segera mengecek ponselnya, dan melihat notif di situ.
Abbas:
(location)Jam menunjukkan pukul 9 malam, tapi Hana tak perduli. Ia harus tetap ke rumah sakit. Hana pun memakai blazer panjang berwarna hitam, yang di belikan Abbas untuknya. Ia pun segera pergi keluar.
***
Hana sampai di rumah sakit yang ia tuju dan segera turun, "Makasih ya pak." Ujarnya sambil membayar ongkos pada ojek yang baru saja ia tumpangi.
"Sama-sama neng." Jawab ojek itu, lalu pergi.
Hana masuk ke kawasan rumah sakit itu dan menanya di ruangan mana Abbas di rawat.
Setelah tahu, ia pun berjalan cepat menuju ruangan.
Hana pun sampai di depan ruangan Abbas dengan kaca transparan itu. Di luarnya ada tiga laki-laki sebaya nya yang sedang tertidur duduk, yang ia bisa tebak itu adalah teman Abbas yang tadi.
Mata Hana tertuju pada seorang laki-laki tampan yang sedang terbaring dengan lemah. Yang bernapas dengan bantuan pernapasan.
Apakah itu Abbas? Abbas yang ia lihat adalah lelaki dingin dengan wajah yang tak pernah mengulas senyum. Abbas yang ia perhatikan adalah lelaki dengan wajah gagah dan tak selemah itu.
Hana mulai melangkah mendekat mendekati kaca transparan itu. Tanpa sadar air matanya menetes melihat laki-laki penyelamatnya itu terpejam.
"Ab-Abbas ..." Lirihnya, sambil meraba kaca transparan di depannya dengan gemetar.
"Abbas ..." Lirihnya lagi, dengan suara gemetar dan air mata yang mulai bercucuran.
Fernan terbangun, matanya tertuju pada seorang gadis yang sedang terisak di depan kaca. Fernan mengerutkan alis, melihat gadis tinggi dan kurus serta dengan rambut yang lurus.
Fernan pun mulai duduk dan berdiri perlahan menghampiri gadis itu.
"Lo, Hana?" tanya nya, sudah berada di belakang Hana.
Hana tertegun, lalu ia menoleh kebelakang melihat seorang lelaki tampan sedang menatapnya dengan wajah bingung.
Hana segera menghapus air matanya dan berbalik menghadap Fernan, "Iya. Aku Hana." Jawabnya.
Fernan melihat mata Hana yang sembab akibat menangis. Apakah dia menangisi Abbas? Tapi mengapa? Ada hubungan apa dia dengan Abbas?
"Lo ada hubungan apa sama Abbas?" tanya Fernan menatap mata gadis cantik ini.
"Ikut aku." Hana pun berlalu mendahului Fernan. Fernan yang bingung, hanya menurut saja dan mengikuti Hana.
Mereka tiba di taman yang terang, dan banyak orang berlalu lalang walaupun sudah malam. Hana mulai duduk, begitu juga Fernan. Mereka duduk bersebelahan.
"Jadi, ada hubungan apa lo sama Abbas?" tanya Fernan.
Hana menceritakan semuanya, dari awal hingga akhir, sejujur-jujurnya. Tak ada sama sekali ia lupakan dan tidak ada sama sekali dia potong.
"Gitu ceritanya." Ucap Hana di akhir.
Fernan menghela napas, "Jadi, tempat tinggal lo, pakaian, dan makanan, itu dia bayarin semua?" tanya Fernan.
Hana mengangguk berat, ia tahu, ia adalah orang yang merepotkan.
"Aku kaget, kenapa ada orang sebaik dia di dunia ini? Kenapa dia mau-maunya menghabiskan uang dia cuma buat aku? Padahal, setelah menolong aku malam itu ... Harusnya pas pagi dia langsung ngusir aku, bukan nyariin aku kontrakan." Ucap Hana, lalu menunduk memainkan jemarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdu Mahabba
General FictionAbbas Musa Al-Akbar, lelaki tampan dan muallaf pada umurnya ke- 7 tahun. Hobinya mabuk-mabukan, tetapi tak pernah meninggalkan sembahyang. Ia tahu, khamar itu haram, namun tetap terus di lakukan. Sangat kaku, hidupnya di penuhi dengan kesibukan. Tid...